Freshman Jurusan Psikologi dibekali Visi Psikologi Meng-Indonesia Oleh Senior Lecturer
Pada 3 Oktober 2016, Rumpun Psikologi Komunitas menyelenggarakan kuliah tamu, sebagai bagian dari Global Learning System mata kuliah Social Sciences for Psychology. Peserta kuliah tamu ini adalah mahasiswa/i Semester 1.
Pemberi kuliah adalah dosen senior Fakultas Psikologi, Unika Atma Jaya, Dr. Nani Indra Ratnawati Nurrachman-Sutojo, Psikolog. Beliau menyampaikan kuliah berjudul “Kaitan Ilmu-ilmu Sosial dengan Psikologi Intervensi (intervention) & Kerekayasaan (engineering) dalam Konteks Indonesia“.
Sepanjang perkuliahan, beliau menjabarkan 15 buah proposisi kunci yang “dihadiahkan” kepada seluruh sivitas akademika Jurusan Psikologi, BINUS University, untuk meneguhkan dan mengembangkan visi-misi Jurusan ini yang memfokuskan keunggulan pada psikologi intervensi dan kerekayasaan pada tiga area bidang minat, yakni Psikologi Komunitas, Psikologi Industri & Organisasi, serta Psikologi Pendidikan.
Kelimabelas proposisi tersebut adalah sebagai berikut:
- Human beings need to be studies in social-cultural context.
- Ontologically the individual and the collectivity are inseparable.
- The ecology of the environment, its objective characteristics needs to be studies alongside its mediated reality.
- People create organizations – we can also say that it is the social organizations that recast people.
- Innovation is as much an imperative of the social systems of relations to the environment as is conformity.
- The aim of societal psychology is the development of conceptual framework or models rather than the forlorn search for invariance laws.
- The need for theoretical pluralism.
- There is a need to maintain a historical perspective.
- Cross-fertilization between societal psychology and the other social sciences is indispensable for the adequate analysis of social phenomena and social systems.
- There is a need for cross-fertilization among societal, developmental and personality psychologists.
- There is also a need for cross-fertilization between basic and applied research.
- Societal psychology requires system approach.
- The study of a social phenomena requires a multilevel approach, at the macro as well as at the micro level.
- We need to accept and examine the implication that there is no such thing as value-free social research.
- We need to adopt a much wider range of research tools.
Porposisi-proposisi tersebut ditawarkan oleh Ibu Nani (panggilan akrab pemberi kuliah) untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana psikologi sebagai sebuah ‘sains formal’ digunakan dan diterapkan pada orang Indonesia dalam pembangunan nasional?”, serta bagaimana Jurusan Psikologi BINUS University dapat mengambil peran. Sambil memaparkan tentang signifikansi Kesejarahan Indonesia, beliau menyampaikan penglihatan kritis, setidaknya berdasarkan risalah Hadiz dan Dhakidae (2005), yang menunjukkan bahwa ilmu-ilmu sosial di Indonesia yang terkait dan digunakan untuk kepentingan pembangunan nasional selama beberapa dekade “tidak menyebut apapun tentang peran psikologi”. Padahal, mengutip Fuad Hassan (1992), pembangunan nasional pada dasarnya merupakan perkembangan kebudayaan. Pembangunan nasional hendaknya tidak mengalienasikan seseorang dari matriks kebudayaan. Ibu Nani kemudian menambahkan, “It is in this sphere of cultural awareness that the role of psychology and (Indonesian) psychologists should take place.”
Salah satu paparan beliau tentang Psikologi Meng-Indonesia:
Current Notions: Indonesian Psychology in the making?
- 1960: the birth of psychology (FPsi UI), geared to solve problems in HRD, failure of students in school and career paths.
- 1974: adaptation of Children Apperception Test by Singgih Dirga Gunarsa.
- 1979: study of ethnic stereotypes between ethnic groups in Jakarta by Suwarsih Warnaen.
- 1997: critical study on the Javanese ‘wejangan’ by Darmanto Jatman; ‘mawas diri’.
Kuliah tamu kali ini dimoderatori oleh Juneman Abraham, S.Psi., M.Si. (SCC Community Psychology), serta turut dihadiri oleh Ibu Lisa Ratriana, Dra., M.Si. (dosen pengampu MK Social Sciences for Psychology), Bapak Dr. Johannes A. A. Rumeser (Dekan Fakultas Humaniora), serta Ibu Dr. Cornelia Istiani Chandra, S.Pd., M.Psi.T. (Lecturer Specialist). Bapak Johannes dalam penutupnya menyampaikan agar mahasiswa/i Jurusan Psikologi tidak lupa bahwa “Kita tetap jadi orang Indonesia” meskipun sedang terus-menerus belajar Psikologi yang mula-mulanya secara formal dianggap sebagai produk dari ‘Western Enlightment‘.
Berikut ini adalah beberapa foto-foto suasana kuiah tamu yang menghadirkan banyak insight pada para mahasiswa dan dosen yang hadir.
Comments :