Kiat Menjaga Keseimbangan Kerja-Kehidupan Pribadi
Pada posting sebelumnya, saya membahas pentingnya keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi bagi seorang psikolog klinis. Sesuai janji, pada posting kali ini saya akan membagikan strategi menjaga keseimbangan kerja-kehidupan, seperti yang dirangkum oleh Kirsten Weir dalam artikel “Seeking more balance” di majalah Monitor on Psychology Vol. 47 No. 7 edisi July/August 2016. Meskipun ditulis dengan latar belakang profesi psikolog klinis, tapi strategi ini bisa juga digunakan untuk profesi lainnya.
Berikut ini beberapa strategi berbasis riset untuk kehidupan yang lebih seimbang:
Mindfulness, bisa dilakukan juga di saat istirahat kerja.
- Latih “mindfulness”. Dalam penelitian tentang orangtua yang bekerja, psikolog Tammy D, Allen, PhD, menemukan bahwa orang yang memiliki mindfulness cenderung memiliki keseimbangan antara keluarga-pekerjaan, kualitas tidur dan vitalitas yang lebih baik. Salah satu cara meningkatkan mindfulness ialah dengan membiasakan diri mengevaluasi apa yang kita rasakan tanpa menghakimi diri sendiri.
- Carilah ‘hikmah’ dari kejadian negatif yang dialami. Misalnya, saat sedang stres bekerja, ingatlah bahwa tekanan tersebut hanya sementara. Lalu, fokuslah pada keuntungan yang diterima, misalnya adanya gaji bulanan yang tinggi atau kesempatan lain di pekerjaan.
- Pelajari prinsip psikologi positif. Emosi positif bisa meningkatkan “persediaan” kognitif, perhatian dan perilaku seseorang. Artinya, saat memiliki emosi positif, pilihan untuk mengambil keputusan atau melakukan sesuatu menjadi lebih banyak, sehingga membuat seseorang mampu bangkit lagi dari kondisi tertekan. Kemampuan untuk bangkit dari kondisi tertekan ini pada akhirnya membantu meningkatkan kesejahteraan diri (well-being) seseorang. Salah satu cara meningkatkan emosi positif ialah dengan latihan bersyukur setiap hari. Tentang cara latihan yang sudah saya coba lakukan selama 6 bulan belakangan ini, akan saya tulis di posting berikutnya. J
- Cari dukungan dari orang orang terdekat seperti suami/istri, keluarga, atau sahabat dekat. Penelitian menemukan bahwa dukungan orang terdekat ini bisa mencegah stres yang Anda rasakan di pekerjaan masuk juga ke kehidupan pribadi Anda.
- Cari seorang atasan atau supervisor yang memahami kondisi Anda dan bersedia menolong di tempat kerja Anda. Penelitian menemukan bahwa efek negatif dari stres kerja bisa berkurang saat memiliki atasan yang mendukung Anda.
- Bergerak! Bukan bergerak keluar dari tempat kerja Anda, tapi perbanyak olah raga. Telah banyak penelitian yang menemukan bahwa berolahraga bisa meningkatkan mood, dan dalam jangka panjang bisa mengurangi gejala depresi, kecemasan, bahkan hingga kecanduan dan penurunan kognitif.
- Habiskan waktu di alam. Penelitian menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam terbuka berhubungan dengan peningkatan kognisi, perhatian, mood dan subjective well-being. Selain itu juga menurunkan gejala stres dan depresi. Jadi, jika ada waktu luang, gunakan untuk berjalan kaki di taman terdekat rumah/kantor Anda.
- Jadikan hidup Anda bermakna. Entah itu melalui kegiatan keagamaan atau kegiatan spiritual lainnya, atau menjadi sukarelawan. Hidup menjadi lebih bermakna saat kita dapat melakukan sesuatu bagi orang lain, atau demi lingkungan sekitar kita.
Semoga kiat-kiat ini berguna bagi Anda. Jika Anda memiliki kiat lain yang berguna buat Anda, mari bagikan di kolom komentar. Siapa tahu bisa berguna juga bagi pembaca lainnya. Saya menunggu kiat-kiat praktis Anda!
Referensi:
Weir, K. (2016, July). Seeking More Balance. Monitor on Psychology, Vol. 47 (7), 42-46.
Tentang penulis:
Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi., Psikolog ialah seorang psikolog klinis dewasa yang tertarik dengan isu hubungan romantis baik pacaran maupun pernikahan, serta trauma. Telah mengikuti workshop Couple and Family Therapy, serta sertifikasi terapis EMDR, dan sertifikasi alat ukur kepribadian Lumina. Bisa dihubungi di prumondor@binus.edu.
Comments :