Hallo Psytroopers!

Pada tanggal (9 Mei 2016), salah satu dosen psikologi Binus, Ibu Esther Widhi Andangsari, M.Si., Psikolog diminta untuk membantu melakukan wawancara siswa sekaligus melakukan assessment dalam rangka pemilihan siswa teladan yang diadakan oleh OSIS SMA 35 Bendungan Hilir – Jakarta. Walaupun pihak sekolah tidak memberitahukan kriteria secara rinci, tetapi Ibu Esther dengan cermatnya telah membuat list kriteria mengenai hal apa saja yang nantinya akan dinilai dan dirasa sesuai untuk pemilihan calon siswa teladan SMA 35 Bendungan Hilir – Jakarta.

Beberapa hari sebelum kedatangan Ibu Esther ke SMA tersebut, Himpunan Psikologi telah memberikan pengumuman via media sosial bahwa sedang dibutuhkannya tenaga volunteer untuk membantu jalannya wawancara di SMA 35 Bendungan Hilir – Jakarta. Maka H-1 sudah ditemukan satu mahasiswa angkatan 2017 yang siap membantu Ibu Esther melakukan wawancara keesokan harinya. Ibu Esther memberikan briefing terlebih dahulu sebelum terjun langsung ke lapangan membantu jalannya wawancara, beserta poin-poin alternatif jika kondisi serta situasi hari H mengharuskan mahasiswa tersebut juga melakukan wawancara dan assessment seperti yang akan dilakukan oleh Ibu Esther.

Sesaat setelah sampai di SMA 35 Bendungan Hilir – Jakarta pada pukul 13.00 WIB, Ibu Esther bersama mahasiswanya langsung disambut hangat oleh siswa anggota OSIS yang bertanggung jawab akan pelaksanaan pemilihan siswa teladan tersebut. Kemudian melakukan beberapa obrolan ringan serta briefing sebelum masuk ke dalam ruangan yang telah disediakan untuk melakukan wawancara. Menurut penjelasan person in charge perwakilan dari pihak OSIS, pemilihan siswa teladan tersebut telah berjalan dan saat ini memasuki tahap ketiga setelah tahap tes tertulis dan tahap menunjukkan keahlian para calon siswa teladan. Pihak OSIS berharap dengan diadakannya wawancara yang akan dilakukan oleh Ibu Esther bersama mahasiswanya, mereka mendapatkan gambaran mengenai kepribadian para calon siswa teladan.

Pada akhirnya baru diketahui bahwa jumlah calon siswa teladan yang harus diwawancarai jauh lebih banyak di luar perkiraan awal, sedangkan waktu yang disediakan oleh pihak OSIS hanya beberapa jam saja. Hal ini membuat Ibu Esther perlu mengikuti skenario alternatifnya, bahwa mahasiswa volunteer yang membantunya harus melakukan wawancara dan assessment  juga seperti yang beliau instruksikan saat briefing sebelumnya.

Satu persatu siswa masuk dan keluar ruang wawancara sampai habis seluruhnya dan sedikit melewati batas waktu yang ditentukan. Keterbatasan waktu membuat jalannya wawancara tidak maksimal karena diburu-buru untuk melakukannya dengan cepat, sehingga tidak mampu melihat banyak aspek yang mungkin saja terlewat dan belum ditampilkan oleh para calon siswa teladan. Setelah selesai mewawancarai seluruh siswa yang terdaftar, dibuatlah rekapan singkat mengenai hasil serta merekomendasikan beberapa nama siswa yang menjadi top three. Setelahnya, tanpa banyak kata Ibu Esther bersama mahasiswanya segera berpamitan pada pihak OSIS yang mendampingi sejak awal, dikarenakan memang waktu pembelajaran di sekolah juga sudah lama usai.

Selama di perjalanan kembali menuju kampus Binus Kijang, Ibu Esther dan mahasiswanya melakukan evaluasi keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan. Lalu mengambil kesimpulan bahwa komunikasi mengenai teknis acara secara rinci sejak awal sangatlah penting dan tidak boleh disepelekan.

Sampai bertemu dilain waktu, teman-teman! 🙂