Bisa Berubahkan Kepribadian Manusia ?
Kepribadian menjadi sesuatu yang menggelitik untuk diketahui. Orang selalu memiliki rasa penasaran yang tinggi untuk mengetahui kepribadiannya sendiri maupun untuk menilai kepribadian orang lain. Berbagai upaya dilakukan untuk mengetahui tentang kepribadiannya, mulai dari mengisi kuis-kuis yang sering ditawarkan di sosial media, membaca buku-buku populer yang membahas tentang kepribadian, sampai menggunakan cara yang ekstrim dengan bertanya pada paranormal.
Sebenarnya enggak aneh kalau orang ingin tahu tentang kepribadiannya, karena kepribadian itu memberi roh pada manusia dan berdampak besar dalam berbagai aspek kehidupannya. Kepribadian itu akan menentukan sikap dan perilaku yang ditampilkan saat berinteraksi dengan orang lain atau berespon terhadap suatu situasi. Selain itu, disadari atau tidak semua aspek kehidupan manusia selalu terkait dengan kepribadian. Misalnya saja dalam memilih pasangan. Menemukan pasangan yang tepat tidak lah mudah, karena orang harus menemukan pasangan dengan kepribadian yang baik dan pas untuk dirinya. Dalam memilih pekerjaan pun biasanya akan dicocokkan kesesuaian antara kepribadian dengan sifat pekerjaan yang hendak dipilih. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan orang yang mengerjakannya merasa nyaman.
Sebelum lebih jauh membahas tentang kepribadian, maka perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dari kepribadian dalam sudut pandang Psikologi. Menurut Eysenck (Seo, dkk., 2012), kepribadian didefinisikan sebagai pola respon yang stabil dan bervariasi pada setiap individu ketika mereka berespon terhadap kondisi dan stimulasi eksternal yang sama. Biasanya ketika membahas tentang kepribadian, maka secara langsung akan membahas tentang trait, karena trait merupakan penggambaran dari kepribadian.
Sebagai suatu respon yang stabil, maka kepribadian merupakan unsur bawaan dari lahir dan tidak berubah-ubah sepanjang rentang kehidupan. Namun, seorang teman pernah ‘curhat’ pada saya bahwa sebagai seorang ekstrovert biasanya ia selalu mencari ‘keramaian’ saat mengerjakan tugas agar ide-idenya bisa muncul dan agar bersemangat mengerjakan tugasnya, tetapi akhir-akhir hal ini tidak begitu lagi. Saat ini, ia justru lebih menyukai ketenangan dan kondisi yang sepi untuk bekerja. Ketika suasana tenang dan tidak ada orang lain yang berada di kantor, ia menjadi lebih mudah untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Kondisi ini dapat terjadi karena menurut Myers & Myers (Steele & Young, 2011) perkembangan tipe kepribadian merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup. Meskipun tipe dasar kepribadian sama sepanjang rentang kehidupan, tetapi variasi dapat terjadi. Maksud variasi disini mengacu pada konteks kuatnya aspek yang berbeda dari kepribadian dalam waktu yang berbeda. Misalnya, orang yang pada awal kehidupannya menunjukkan karakteristik ekstrovert yang kuat, kemudian melalui proses pendewasaan akhirnya menemukan bahwa kecenderungan introvert lebih menarik. Namun bukan berarti bahwa orang tersebut berubah total dari seorang ekstrovert kemudian menjadi introvert. Hanya ketika trait dasar sudah lengkap, maka individu mulai memberikan perhatian pada fungsi inferior atau sekunder dan tersier yang dimilikinya (Seo, dkk, 2012).
Menurut Jung (Feist, Feist, & Robert, 2013) pada dasarnya setiap orang memiliki dua sikap dasar yang bertolak belakang, yaitu introvert dan ekstrovert. Meskipun memiliki dua sikap dasar, tetapi satu diantaranya disadari dan yang lainnya tidak disadari. Ketika seorang individu memiliki sisi ekstrovert yang disadari dan bersifat dominan, maka kemudian sisi kepribadian tersebut akan dieksplorasi dan dikembangkan secara utuh. Setelah sisi ekstrovert berkembang dengan utuh, baru kemudian individu tersebut perlahan-lahan mulai melihat sisi berbeda dari dirinya, yaitu sisi introvert.
Variasi kepribadian ini dapat terjadi karena adanya perubahan lingkungan, kebutuhan yang muncul dan adanya peristiwa dalam kehidupan yang memperkuat beberapa tendensi dasar kepribadian dan meredam ekspresi dari karakteristik kepribadian yang dominan (Seo, dkk, 2012). Dapat dikatakan bahwa terdapat kondisi-kondisi yang membuat individu harus beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang dihadapi, sehingga terjadi peralihan fokus trait kepribadian yang dimilikinya.
Referensi
Feist, J., Feist, G. J., & Robert, T-A. 2013. Theories of Personality. 8th Edition. New York L McGraw Hill.
Seo, H.S., Hahner, A., Gudziol, V., Scheibe, M., & Hummel, T. 2012. Influence of background noise on the performance in the odor sensitivity task : effect of noise type and extraversion. Exp Brain Res, 222, 89-97. DOI 10.1007/s00221-012-3222-5.
Steele, A. L., & Young, S. 2011. A descriptive study of Myers-Briggs Personality Types of professional music educators and music therapies with comparisons to undergraduate majors. Journal of Music Therapy, 48(1), 55-73.
Ditulis oleh Rani Agias Fitri, M. Si., Psikolog (rfitri@binus.edu)
Tentang penulis :
Rani Agias Fitri merupakan psikolog Klinis yang mengikuti pelatihan souldrama. Dalam pengembangan keilmuwannya, ia tertarik untuk mendalami tentang trait kepribadian dan kesehatan mental melalui penelitian-penelitian yang dilakukannya.
Comments :