HUBUNGAN PERCEIVED SOCIAL SUPPORT DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PERANTAU SEMESTER AWAL DI BINUS UNIVERSITY

PROPOSAL

Untuk memenuhi tugas matakuliah

Metode Penulisan Ilmiah dan Proposal yang diasuh oleh Ibu Anggita Dian Cahyani, S.Psi., M.A.

 

Oleh :

Melinda Surya – 1601238756

Jurusan Psikologi – Fakultas Humaniora

Universitas Bina Nusantara

Jakarta

2015

 

 

Bab I

Pendahuluan

 

1.1           Latar Belakang

 

melinda

Pada umumnya mahasiswa memiliki tujuan yang sama dalam berkuliah, yaitu ingin mencapai sebuah ketrampilan, kecakapan dan pengetahuan baru yang dapat terlihat dalam bentuk prestasi belajar yang di dapatnya. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru (Asmara. 2009:11). Jadi pada siswa sekolah nilai yang diberikan guru adalah menunjukkan prestasi belajar siswa, sedangkan pada mahasiswa prestasi belajar ditunjukkan berupa IP (Index Prestasi). Sehingga dalam hal ini yang menjadi fokus peneliti dalam hal mengukur prestasi belajar mahasiswa dalam jangka waktu tertentu adalah melalui Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Dalam mencapai prestasi belajar, mahasiswa di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemampuan dan sebaginya. Faktor eksternal yaitu kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasarana belajar yang memadai (Uha Suliha, 2002).

Pengertian dari mahasiswa sendiri adalah individu yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu (Hutapea, 2006). Dan biasanya pada kalangan mahasiswa, tentu kita sering mendengar istilah mahasiswa perantau. Istilah mahasiswa perantau biasanya ditunjukan pada mahasiswa yang berasal dari luar daerah dimana mereka menuntut ilmu. Adapun definisi mengenai mahasiswa perantau yaitu mahasiswa yang melanjutkan pendidikan di luar daerah asal mereka, dengan pergi ke daerah lain untuk mencari ilmu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000). Fenomena mahasiswa perantau telah menjadi fenomena yang umum di jumpai di Indonesia (Kartono, 1996). Karena seperti yang kita tahu Indonsesia itu sangat luas, dan terdiri dari banyak daerah dan pulau-pulau. Dan biasanya universitas dimana para mahasiswa ingin menuntut ilmu, berada di wilayah yang jauh dari tempat tinggalnya atau tempat asalnya. Sehingga para mahasiswa yang berkuliah jauh dari tempat asalnya atau tempat tinggalnya tersebut, mau tidak mau harus singgah di rumah kosan yang biasanya disediakan di sekitar wilayah kampus atau universitas. Tidak hanya hal tersebut yang membuat fenomena mahasiswa perantau semakin marak, Departemen Pendidikan Nasional (2009) melaporkan bahwa terus terjadi peningkatan jumlah perguruan tinggi di berbagai wilayah di Indonesia, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta namun, persebaran perguruan tinggi di setiap kota, daerah, atau wilayah tersebut tidak merata dimana terdapat kota atau daerah yang sangat banyak perguruan tingginya dan di tempat lain sangat terbatas dan bahkan mungkin tidak ada. Harian Kompas (17 Juni 2008) juga menyatakan bahwa perguruan tinggi di Indonesia yang masuk kategori perguruan tinggi berkualitas masih didominasi perguruan tinggi di Pulau Jawa. Tidak meratanya kualitas pendidikan di setiap wilayah di Indonesia dapat menyebabkan tingginya jumlah pelajar yang memutuskan meninggalkan daerah asalnya untuk mengecam pendidikan yang lebih berkualitas di Pulau Jawa. Jadi dapat dikatakan bahwa, mahasiswa yang berkuliah di wilayah diluar dari wilayah asalnya, akan sering disebut sebagai mahasiswa perantau. Dan tentunya mahasiswa pernatau, jauh dari keluarganya, teman dekatnya, dan mau tidak mau harus beradaptasi pada lingkungan yang baru pada dunia perkuliahan yang nyatanya berbeda dengan suasana saat mereka sekolah, apalagi bagi mahasiswa perantau yang masih pada semester awal.

Mahasiswa perantau pada semester awal juga akan menemukan suatu cara komunikasi yang berebeda dari tempat asalnya, seperti bahasa dan budaya yang berbeda, serta harus dapat berteman dengan orang-orang yang baru. Sehingga mau tidak mau para mahasiswa perantau harus dapat beradaptasi dengan lingkungan atau situasi baru yang mereka hadapi tersebut. Tidak hanya dalam hal beradaptasi, mahasiswa perantau juga dituntut untuk mencapai prestasi belajar yang baik, yaitu dalam bentuk IPK(Indeks Prestasi Kumulatif) yang maksimal atau di atas standar, IPK sendiri pengertiannya yaitu indeks prestasi yang dihitung pada akhir suatu program pendidikan lengkap atau pada akhir semester kedua dan seterusnya untuk seluruh mata kuliah yang diambilnya, yang dinyatakan dengan rentangan angka 0,00 – 4,00. Namun dalam mencapai prestasi belajar yang di harapkan dalam bentuk IPK yang baik, maksimal dan di atas standar tersebut, tentunya mahasiswa perantau pada semester awal pada umumnya akan mengalami kesulitan dan masalah yang dihadapi, apalagi mereka bertemu dengan teman-teman atau orang yang baru, lingkungan baru, jauh dari keluarga serta teman dekatnya terdahulu, seperti yang telah peneliti jabarkan di atas. Oleh karena hal tersebut peneliti melakukan kegiatan wawancara untuk memperkuat fenomena mengenai mahasiswa perantau dengan masalah seputar belajar atau prestasi belajarnya, dan dari wawancara yang peneliti lakukan pada pimpinan di lembaga SAC (Student Advisory Center) di Binus University, yaitu berupa adanya suatu masalah bagi mahasiswa yang berasal dari luar Jakarta dalam lingkup belajar yang tidak jauh-jauh dari prestasi belajar yang didapatkan yaitu, memang sering terjadinya fenomena dimana mahasiswa pada semester awal yang khsususnya mahasiswa tersebut sebelumnya bersekolah di luar Jakarta, mengalami kesulitan dalam hal penyesuaian diri atau beradaptasi dengan lingkungan perkuliahan yang baru mereka hadapi tentunya, seperti masalah dalam logat, bahasa serta budaya dan sebagainya, dimana hal-hal tersebut mempengaruhi mereka dalam mendapatkan teman atau dalam berhubungan interpersonal, dalam hal mendapatkan dukungan   yang mempengaruhi mereka dalam hal belajar atau membentuk kelompok belajar. Terlihat bahwa dukungan itu penting dan dibutuhkan mahasiswa untuk meraih prestasi belajar dan proses belajar.

Dari yang telah dibahas diatas mengenai fenomena prestasi belajar serta mahasiswa peranatu, peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa perantau membutuhkan beberapa dukungan yang berasal dari keluarga, teman dekat, dan bahkan mungkin pacar serta teman dan lingkungan baru yang mereka temui, dan hal tersebut dapat mempengaruhi mereka dalam proses belajar dan meraih prestasi belajar yang diharapkan. Biasanya dukungan yang diberikan keluarga, teman, pacar serta dukungan dari orang-orang di sekitarnya biasa disebut sebagai dukungan sosial (social support). Sarason, Sarason & Pierce (Baron & Byrne, 2000 dalam Aprianti, 2012) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan anggota keluarganya. Dukungan sosial sendiri terdapat 2 konstruk, yaitu received social dan perceived social (Heller & Swindle, 1983; Vaux, Riedel, Stewart, 1987 dalam Haber, dkk., 2007). Pengertian dari received social support sendiri adalah artinya perilaku membantu yang muncul dan diberikan secara alamiah, sedangkan perceived social support diartikan sebagai keyakinan bahwa perilaku membantu akan tersedia ketika diperlukan. Oleh karena itu secara singkat dapat dikatakan bahwa received support adalah perilaku membantu yang memang benar-benar terjadi dan perceived support adalah perilaku membantu yang mungkin akan terjadi (Sholichah pada Barrera, dalam Norris dan Kaniasty, 1996). Dan pengukuran terhadap received social support dibuat untuk menilai aksi suportif yang signifikan yang diberikan kepada penerima oleh jaringan sosialnya, sedangkan pengukuran terhadap perceived social support dilakukakan untuk menilai presepsi penerima mengenai keberadaan dukungan yang diberikan dan di dapat (Sarason, Sarason, & Pierce,1990 dalam Habber, dkk., 2007). Bukti empiris juga menunjukkan bahwa pencapaian prestasi dalam dunia pendidikan merupakan sebuah konsekuensi multidimensional yang menghubungkan berbagai faktor termasuk keluarga, komunitas, sekolah, teman sebaya dan siswa itu sendiri (Lucio,Rapp-Paglicci, & Rowe, 2011). Oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa berhasil tidaknya pencapaian mahasiswa dalam hal prestasi belajar sangat erat hubungannya dengan sumber dari dukungan sosial yang tersedia.

Dari fenomena dan penjelasan diatas maka peneliti membuat penelitian ini. Peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kebutuhan dan tugas dari mahasiswa perantau, yaitu berupa kebutuhan akan dukungan sosial dalam bentuk presepsi atau keyakinan mahasiswa perantau pada semester awal adanya dukungan sosial yang tersedia bagi mereka dalam meraih prestasi belajar. Seperti yang dijabarkan diatas, baik mahasiswa perantau dan bukan dituntut untuk meraih prestasi belajar yang baik yaitu dalm bentuk IPK yang maksimal. Peneliti memilih Binus University sebagai sampel universitas dalam penelitian. Karena dari survey yang dilakukan, Binus University memiliki mahasiswa dengan jumlah yang cukup banyak, dengan jumlah dari mahasiswa perantau yang ada di Binus University pun cukup banyak, serta Binus University juga telah meraih prestasi di tingkat Indonesia (BM, 2013,https://binus.ac.id/2013/08/binus-university-meraih-prestasi-di-tingkat-indonesia/). Berdasarkan dari data diatas dapat di-katakan bahwa mahasiswa di Binus University memiliki prestasi belajar yang baik dan tinggi, dari sinilah peneliti ingin melihat apakah yang menjadi penyebab tingginya prestasi belajar tersebut, apakah memang ada hubunganya dengan perceived social support yang ada dalam diri masing-masing mahasiswa Binus sendiri, khsusunya mahasiswa perantau.

1.2           Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah seperti yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara perceived social support dengan prestasi belajar mahasiswa perantau semester awal di Binus University?

 

1.3           Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara perceived social support dengan prestasi belajar mahasiswa perantau semester awal di Binus University.

 

1.4           Manfaat Penelitian

Secara umum manfaat penelitian ini adalah untuk menjawab masalah yang disajikan. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Dilihat dari segi teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang luas   secara khusus perkembangan di dunia pendidikan dalam pembahasan dan penjabaran berupa hubungan antara perceived social support dengan prestasi belajar.

 

  1. Dilihat dari segi praktis

Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dari segi praktis antara lain :

a.       Memberikan informasi kepada mahasiswa bahwa perceived social support memiliki hubungan dengan prestasi belajar mereka, sehingga mereka bisa membangun perceived social support pada diri mereka.

 

b.      Memberi masukan bagi dosen dan universitas sendiri, bahwa perceived social support bagi mahasiswa penting dan dapat mempengaruhi prestasi belajar, diharapkan para dosen dapat membantu membangun perceived social support pada diri mahasiswa berupa selalu mendukung dan mensupport para mahasiswanya dan dapat lebih mengerti kebutuhan akan dukungan yang di butuhkan para mahasiswa, dan untuk universitas agar dapat lebih mengembangkan program-program seperti FEP, seminar-seminar yang berhubungan dengan dukungan social bagi para mahasiswa, khususnya mahasiswa semester awal.

c.       Memberikan masukan bagi para orang tua yang memiliki anak dengan profesi sebagai mahasiswa, untuk lebih mendukung dan selalu memberika perhatian bagi anaknya yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi, sehingga sang anak memiliki keyakinan bahwa dirinya memang selalu di dukung oleh keluarganya dalam menuntut ilmu dan mencapai prestasi.

d.      Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis sebagi calon pendidik dan orang tua.

e.       Memberikan gambaran serta wawasan kepada peneliti selanjutnya yang ada hubungannya dengan permasalahan yang ada di dalam penelitian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab II

Tinjauan Teori

2.1 Dukungan Sosial

2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan sosial secara umum adalah kehadiran orang lain yang dapat diandalkan untuk dimintai sebuah bantuan, dorongan, dan penerimaan pada individu yang sedang mengalami sebuah kesulitan sehinnga menumbuhkan perasaan yang nyaman dan dapat meberikan individu perasaan berupa rasa nyaman dan rasa percaya bahwa ia dihormati, dicintai, dan dihargai. Menurut Sarafino (dalam Jamilah, 2013) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diperoleh individu dari orang lain, dimana orang lain disini dapat diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok. Dan menurut Cobb (dalam Buchanan, 2011) “provided one of the first definitions of social support: as the individual belief that one is cared for and loved, esteemed and valued, and belongs to a network of communication and mutual obligations”. Jadi mkasudnya adalah dukungan sosial adalah sebuah keyakinan yang dimiliki individu bahwa ia dirawat dan dicintai, dihargai dan bernilai, dan individu tersebut termasuk bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama atau bagian dari sebuah komunitas.

Biasanya dukungan yang diberikan keluarga, teman, pacar serta dukungan dari orang-orang di sekitarnya juga biasa disebut sebagai dukungan sosial (social support). Sarason, Sarason & Pierce (dalam Baron & Byrne, 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan anggota keluarga. Sementara dukungan social didefinisikan oleh Lahey (2007) sebagai peran yang dimainkan oleh teman-teman dan relatif dalam memberikan nasihat, bantuan, dan beberapa antaranya untuk menceritakan perasaan pribadi. Sehingga dari beberapa definisi mengenai dukungan sosial, peneliti menyimpulkan bahwa dukungan sosial adalah hadirnya individu lain yang dapat memberikan rasa cinta, rasa nyaman (fisik dan psikologis), serta berupa bantuan bagi individu tersebut, sehingga membuat fisik dan psikologis individu tersebut sejahtera.

2.1.2 Bentuk – Bentuk Dukungan Sosial

Young (2006) mengklasifikasikan dukungan sosial ke dalam dua bentuk, yaitu dukungan sosial yang diterima (received social support) dan dukungan sosial yang dipersepsikan (perceived social support). Dalam received social support, pengukuran dukungan social dilakukan berdasarkan bentuk dan/atau jumlah dukungan sosial yang sebenarnya diberikan oleh orang lain. Dalam perceived social support, pengukuran dukungan sosial dilakukan dengan menanyakan sejauh mana seseorang mempersepsikan atau percaya bahwa dirinya akan ditolong oleh orang lain.

2.1.2.1 Perceived Social Support

Peneliti menyimpulkan bahwa perceived social support adalah sebuah keyakinan yang dimiliki seorang individu bahwa adanya sumber dukungan yang tersedia bagi individu tersebut, ketika mereka membutuhkan dukungan pada situasi-situasi tertentu. Kahn and Antonucci (1980) “defined perceived social support as the perception of the individual of the amount and quality of support received from his/her social network”. Dapat diartikan bahwa persepsi yang dimiliki individu akan jumlah dan kualitas dukungan yang diterima dari / jaringan sosial nya.

“Perceived social support generally represents moderately stable cognitive appraisals that support from others will be available when needed or that connections to others are secure” (Sarason et.al., 1990). Dapat diartikan yaitu penilaian kognitif yang stabil akan adanya dukungan dari orang lain yang tersedia ketika dibutuhkan atau adanya koneksi ke orang lain yang aman. Dan menurut Taylor, Sherman dan Kim (dalam Aprianti, 2012) mengemukakan bahwa persepsi terhadap tersedianya dukungan sosial lebih bermanfaat dibandingan dengan dukungan sosial itu sendiri.

  • Dimensi – Dimensi Dukungan Sosial

House dan Umberson (1988) mengatakan ada 4 (empat) dimensi dukungan sosial, yaitu :

  1. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau dukungan material. Dukungan ini mengacu pada penyediaan benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis, meliputi aktivitas-aktivitas seperti penyediaan benda-benda, misalnya alat-alat kerja, meminjamkan atau memberikan uang dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis.

  1. Dukungan Informasional

Dukungan informasional adalah dukungan berupa pemberian informasi yang dibutuhkan oleh individu. Dukungan ini meliputi pemberian informasi yang dapat membantu individu dalam mengevaluasi performance pribadinya dan dukungan ini dapat berupa pemberian informasi, saran, nasehat, dan bimbingan.

  1. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Mencakup dukungan yang terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk orang tersebut.

  1. Dukungan Emosi

Dukungan emosi adalah dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi/ekspresi. Tipe dukungan ini lebih mengacu kepada pemberian semangat, kehangatan, cinta, kasih, dan emosi. Dukungan ini juga mencakup ungkapan empati, kepedulian terhadap orang yang bersangkutan.

2.1.4 Sumber Dukungan Sosial

Sumber dari dukungan sosial sebenarnya banyak dan dapat diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya. Sumber dukungan sosial merupakan aspek yang penting untuk diketahui serta dipahami oleh inidividu. Karena dengan memiliki pengetahuan dan pemahaman tersebut, individu dapat tahu pada siapa individu akan mendapatkan dukungan sosial yang sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik, sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti atau penting bagi indidividu tersebut. Dan menurut Ward Furnham dan Bochner (dalam Rahmali, 2011) sumber dari dukungan sosial antara lain adalah keluarga, teman-teman (peer ), dan relasi.

2.2 Prestasi Belajar

2.2.1 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah hal yang ingin dicapai oleh setiap mahasiswa pada umumnya. Pengertian dari prestasi belajar yaitu menurut Muryono (dalam Rosa, 2008), merupakan sebuah hasil belajar, berupa sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan oleh pengajar. Menurut (Asmara. 2009:11) prestasi belajar adalah sebuah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru. Namun sebuah pestasi belajar yang diraih oleh seorang mahasiswa adalah dalam bentuk IPK.

2.2.1.1 IPK (Indeks Prestasi Kumulatif)

Dari pengertian IPK, atau bahasa kerennya GPA yaitu sebuah pengukuran standar dari berbagai tingkat pemahaman tiap mahasiswa. Tingkatannya dapat diberikan dalam huruf (misalnya, A, B, C, D, atau F), sebagai rentang (misalnya 1,0 – 4,0), sebagai deskriptor (sangat baik, besar, memuaskan, perlu perbaikan), dalam persentase, atau seperti yang umum di beberapa institusi pasca sekolah menengah di beberapa negara, sebagai Grade Point Average (GPA) (dalam Embong, 2012).

2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Hawadi (2001) ada dua faktor yang mempengaruhi pretasi belajar yaitu internal (dari dalam diri) dan eksternal (dari luar diri).

  1. Faktor internal, meliputi :
  • Kemampuan Intelektual

Dari beberapa penelitian ditemukan adanya korelasi positif dan cukup kuat antara taraf inteligensi dengan prestasi seseorang, yaitu berkisar 0,70.

  • Minat

Pada umumnya seseorang akan merasa senang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan minatnya.

  • Bakat

Bakat merupakan kapasitas untuk belajar dan karena itu baru terwujud kalau sudah mendapat latihan.

  • Sikap

Seseorang akan menerima atau menolak sesuatu berdasarkan penilaiannya pada objek yang dinilainya

  • Motivasi Berprestasi

Semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang, maka akan semakin baik prestasi yang akan diraihnya.

  • Konsep Diri

Konsep diri menunjukkan bagaimana seseorang memandang dirinya serta kemampuan yang dimiliki. Siswa yang memiliki konsep diri yang positif akan lebih berhasil di sekolah.

  • Sistem Nilai

Sistem nilai merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang tentang cara bertingkah laku dan kondisi akhir dari yang diinginkannya. Sistem nilai yang dianut dapat mempengaruhi dan menentukan motivasi, gaya hidup dan tindakan seseorang.

  1. Faktor eksternal, meliputi :
  • Lingkungan Sekolah

Hal-hal yang mempengaruhi prestasi siswa di sekolah adalah keadaan fisik di sekolah, fisik ruangan, kelengkapan alat pelajaran, disiplin sekolah, metode belajar mengajar serta hubungan antara siswa dengan guru. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ada hubungan positif antara sikap guru dan pelajaran dengan prestasi belajar siswa.

  • Lingkungan Keluarga

Hal-hal yang mempengaruhi prestasi siswa dari keluarga adalah hubungan siswa dengan anggota keluarganya, ukuran besarnya keluarga, bentuk keluarga, pendidikan orang tua, keadaan ekonomi keluarga.

  • Lingkungan Masyarakat

Hal ini berupa kegiatan-kegiatan yang diikuti oleh siswa seperti ikut klub olahraga, karang taruna, dan sebagainya.

2.3 Mahasiswa

2.3.1 Mahasiswa

Sarwono (dalam Rahmalia, 2011) mendefinisikan mahasiswa sebagai seseorang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia antara 18-30 tahun. Dan Budiman (2006) mengemukakan bahwa mahasiswa adalah orang yang belajar di tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat diploma, sarjana, magister atau spesialis.

2.3.2  Mahasiswa Perantau

Definisi mengenai mahasiswa perantau yaitu mahasiswa yang melanjutkan pendidikan di luar daerah asal mereka, dengan pergi ke daerah lain untuk mencari ilmu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000). Dan menurut Naim (1982) mahasiswa perantau adalah sekelompok individu yang berada pada tahapan usia dewasa awal yang mengambil keputusan untuk menuntut ilmu di luar daerah asalnya dalam jangka waktu tertentu, atas kemaunnya sendiri. Maka peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa perantau adalah mahasiswa yang menuntut ilmu di luar daerah asal mereka, dan tentunya mahasiswa perantau adalah mahasiswa yang tidak tinggal bersama kedua orang tuanya. Biasanya yang disebut mahasiswa perantau adalah mahasiswa yang singgah di rumah kost selama proses mereka menuntut ilmu di luar daerah asal mereka.

2.4 Kerangka Berpikir

Persepsi akan adanya dukungan sosial yang tersedia bagi individu sangatlah penting, khususnya bagi mahasiswa perantau. Karena seperti yang kita tahu mahasiswa perantau ialah mahasiswa yang tinggal jauh dari kedua orang tuanya dan berada di daerah yang bukan tempat asalnya, yang tentunya masih terasa asing untuk dirinya. Dan biasanya pada masa seperti ini, mahasiswa perantau sangat butuh ketersediaan dukungan sosial bagi dirinya khususnya perceived social support yang ada, yaitu persepsi bahwa dirinya selalu didukung, dicintai dan dihargai. Dengan adanya perceived social support yang dimiliki mahasiswa perantau, menyebabkan mereka menjadi lebih sehat secara fisik dan psikis, selain itu mereka juga akan lebih termotivasi untuk lebih mencapai prestasi belajar di dalam perkuliahan menjadi lebih sukses. Prestasi belajar yang dimaksud yaitu tentunya berupa ipk yang di atas standar.

Hasil penelitian juga yang telah dilakukan oleh Lim dan Yi (1997, dalam Aprianti, 2012) melaporkan bahwa salah satu masalah unik yang dialami oleh mahasiswa dari luar daerah adalah berubahnya system dukungan sosial. Adapula penelitian yang telah dilakukan oleh Rosa (2008) yaitu mendapatkan hasil bahwa adanya korelasi positif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan prestasi belajar pada anak usia sekolah dasar. Hal ini berarti semakin positif dukungan sosial orang tua maka semakin tinggi prestasi belajar, sebalikya semakin negatif dukungan sosial orang tua maka semakin rendah pula prestasi belajarnya. Hasil penelitian lain yang telah dilakukan oleh Dhitaningrum (2013) mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan signifikan antara persepsi mengenai dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar. Dimana motivasi belajar tersebut tentunya dapat mendorong pencapaian prestasi belajar yang diharapkan. Jadi perceived social support sangat penting dan ada hubungannya dengan pencapaian prestasi belajar khsusnya mahasiswa perantau.

Mahasiswa Perantau
Prestasi Belajar
Perceived Social Support

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hipotesis :

Adanya hubungan antara perceived social support dengan prestasi belajar mahasiswa perantau di BINUS University. (h1)

Tidak adanya hubungan antara perceived social support dengan prestasi belajar mahasiswa perantau di BINUS University. (h0)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Gage, N.L. & Berlinger, D.C. (1991).Educational psychology. Boston : Houghton             Mifflin Company.

Sarason, B. R., Shearin, E. N., Pierce, G. R., & Sarason, I. G. (1987).          Interrelations of social support measures: Theoretical and practical         implications.Journal of Personality and Social Psychology52(4), 813.

Barroso, J., Buchanan, D., Tomlinson, P., & van Servellen, G. (1997). Social          support and long-term survivors of AIDS. Western Journal of Nursing            Research19(5), 554-582.

Santrock, John W (2008).Educational Psychology. Jakarta Selatan: Penerbit          Salemba Humanika ( 2009). Psikologi pendidikan.

Badudu, Zain, 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.

Sari, R. P., Andayani, T. R., & Masykur, A. M. (2010). Pengungkapan diri             mahasiswa       tahun pertama Universitas Diponegoro ditinjau dari jenis     kelamin dan harga       diri. Jurnal Psikologi Undip3(2), 11-25.

Carothers, S. S., Borkowski, J. G., Lefever, J. B., & Whitman, T. L. (2005).           Religiosity and the socioemotional adjustment of adolescent mothers and their children. Journal of Family Psychology,19(2), 263.

Tang, Y. (2009). Social support of elderly caregivers.International Journal of          Business and Management,3(8), p81.