Pengaruh Persahabatan Antar Gender pada Pasangan terhadap Kecemburuan Individu Pada Dewasa Muda
Pengaruh Persahabatan Antar Gender pada Pasangan terhadap Kecemburuan Individu Pada Dewasa Muda
Devina Rahmayanti
1601268134
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Persahabatan dan cinta merupakan dua fenomena sosial yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Cinta merupakan sebuah proses kekuatan dasar pada dewasa muda. Erikson (1968,1982) mendefinisikan cinta sebagai pengabdian matang yang mengatasi perbedaan-perbedaan antara pria dan wanita. Dalam membangun suatu hubungan percintaan atau lebih dikenal dengan berpacaran tidak selamanya akan berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Setiap pasangan dalam menjalani suatu hubungan akan selalu di hadapkan dengan beragam konflik. Konflik yang sering dialami dalam suatu hubungan adalah keegoisan atau kurangnya rasa pengertian pada pasangan hingga masalah kecemburuan dengan ada atau tidak adanya kehadiran orang ketiga dalam hubungan romantic atau percintaan mereka (Wicaksono, 2008). Kecemburuan merupakan salah satu penyebab permasalahan dalam menjalani suatu hubungan percintaan.
Kecemburuan adalah suatu emosi negatif yang di alami individu ketika ia merasakan adanya suatu ancaman pada dirinya. Cemburu merupakan sebuah perasaan ancaman, tidak aman atau rasak takut seseorang, terutama pada suatu hubungan yang merupakan bagian dari perasaan individu yang mengalami kecemburuan. Salovey (1991) berpendapat bahwa kecemburuan adalah emosi yang dialami ketika seseorang merasa hubungan dengan pasangannya terancam dan dapat mengakibatkan hilangnya kepemilikan. Kecemburuan dapat diluapkan dengan berbagai macam cara, seperti misalnya kemarahan, kebencian ataupun kejengkelan seorang individu terhadap orang yang menjadi faktor cemburu tersebut. Kecemburuan pada pasangan merupakan keadaan takut dimana individu merasakan ancaman akan kehilangan afeksi dari suatu hubungan yang penting dengan pasangannya dikarenakan pasangan merasa lebih tertarik dan menggoda dari ‘rival’. Rival merupakan pemicu kecemburuan individu dalam suatu hubungan, rival sendiri tidak harus berarti orang ketiga. Rival juga bisa berarti hobi, pekerjaan, keluarga, teman sebaya dan juga sahabat.
Sahabat merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab kecemburuan suatu individu terhadap pasangannya. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa persahabatan memainkan peran yang penting dalam perkembangan sepanjang hidup (Rawlins, 2009). Karakteristik utama dalam hubungan persahabatan salah satunya adalah adanya suatu kedekatan antar sesama. Kedekatan (attachment) merupakan ikatan emosional yang kuat antara dua orang. Persahabatan merupakan pertemanan yang lebih intim dibandingkan pertemanan pada umumnya. Sahabat biasanya merupakan orang terdekat yang menjadi kepercayaan kita. Menurut Yager (1997) sahabat sering kali mengetahui rahasia kita yang tidak diketahui oleh orang lain, termasuk pasangan sendiri. Persahabatan dibangun dengan sukarela, hubungan yang pribadi, biasanya memberikan keintiman dan sebuah bantuan dimana kedua belah pihak saling membutuhkan dan saling mencari. Biasanya individu yang memiliki sahabat mengharapkan dukungan dari sahabat, sehingga sahabat merupakan orang yang selalu ada untuk kita, tidak peduli apapun yang terjadi. Persahabatan tidak selalu dibangun dengan gander yang sama, melaikan persahabatan dapat di bangun dengan orang yang berbeda gender. Banyak orang yang memiliki sahabat berbeda gender dengan dengan dirinya (Sapadin, 1988). Persahabatan antara wanita dan pria atau berbeda jenis gender merupakan persahabatan yang lebih banyak terdapat pada kalangan dewasa muda dibanding pada masa kanak-kanak.
Pria dan wanita menjadi sahabat didasari dengan alasan bahwa mereka tumbuh dekat bersama dengan rasa persahabatan. Persahabatan antargender dibangun dengan rasa saling menghormati, kepercayaan dan dukungan sosial yang terlibat karena mereka berhadapan dengan wanita sebaliknya pria. Pria seringkali lebih terbuka dan ekspresif dengan teman-teman perempuan mereka daripada dengan teman-teman pria mereka (Fehr, 1996). Bagaimanapun juga persahabatan antargender memberikan keuntungan maupun kerugian bagi yang menjalankannya. Keuntungan memiliki sahabat yang berbeda gender yaitu individu dapat belajar dalam peran lawan gender, dapat memiliki pengalaman yang di alami lawan gender, namun ada pula yang menjadi suatu kerugian yaitu dalam persahabatan antargender terdapat ketidakjelasan dengan batasan-batasan seksual yang dapat menimbulkan ketegangan dan kebingungan baik bagi yang menjalani persahabatan tersebut maupun pasangan dari yang memiliki sahabat berbeda gender tersebut. Ketidakjelasan batasan-batasan tersebut dapat menjadi suatu ancaman individu yang pasangannya memiliki sahabat berbeda gender. Individu merasa adanya ancaman yang menimbulkan prasangka buruk, atau dapat dikatakan sebagai bagian dari cemburu. Prasangka-prasangka tersebut biasanya dialami oleh individu dewasa muda yang memiliki pasangan kurang dari 5 tahun.
Pada dewasa muda persahabatan dan percintaan merupakan salah satu topik permasalahan yang sering dialami pada masa ini. Perkembangan seorang individu pada dewsa muda merupakan masa yang penting dimana pada dewasa muda merupakan sebuah proses masa transisi dari remaja ke dewasa yang terjadi pada rentang usia 18 sampai 25 tahun (Arnett, 2006). Pola prilaku, dunia sosial dan personal pada individu dewasa muda lebih luas dan kompleks dari masa-masa sebelumnya. Perubahan tersebut disebabkan oleh peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya yang dapat mengubahnya. Pada usia dewasa muda dikenal juga dengan usia banyak masalah (Problem age) dimana pada masa tersebut merupakan masa yang penuh dengan masalah. Persoalan yang di hadapi salah satunya adalah persoalan percintaan, persahabatan dan semua yang memerlukan penyesuaian diri di dalamnya. Banyak individu yang mengalami ketegangan emosi dalam menghadapi permasalahannya. Ketengangan emosi pada dewasa muda ini di tampakan sebagai ketakutan atau kekhawatiran. Ketakutan dan kekahawatiran merupakan salah satu penyebab terjadinya kecemburuan
Pada usia dewasa muda, individu juga sedang menjalani tahapan keenam dari perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh Erikson. Tahapan keenam tersebut merupakan isu utama pada masa dewasa awal, yaitu tahapan intimasi versus isolasi. Elida Prayitno (2006) menyatakan bahwa setiap tahapan perkembangan individu diharapkan untuk menguasai kemampuan dalam berprilaku yang menjadi keberhasilan atau kenormalan perkembangannya. Tahapan tersebut merupakan tahapan yang penting untuk diselesaikan menurut Erikson seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa muda berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual.
Keintiman (intimacy) di sini adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan. Bila gagal dalam membentuk keintiman maka akan mengalami tahapan isolasi yaitu, merasa tersisihkan dari orang lain dan kesepian. Tidak sedikit individu yang mengalami kegagalan dalam tahapan intimacy versus isolation ini, dikarenakan hubungan individu dengan pasangan kandas di tengah jalan hanya karena kecemburuan. Kecemburuan merupakan salah satu factor penyebab kegagalan suatu hubungan. Kecemburuan dengan sahabat lawan jenis pada pasangan dapat memperkuat rasa cemburu individu dikarenakan dalam suatu persahabatan lawan jenis tidak ada kejelasan batasan-batasan. Sahabat lawan jenis juga merupakan suatu rival individu yang mengancam keberadaannya
Dari uraian diatas menunjukan bahwa dewasa muda perlu melewati tahap perkembangan keenam dari Erikson dengan baik. Apabila individu dapat melewati tahapan keenam dengan keberhasilannya yaitu, keintiman (intimacy) atau dalam hal ini individu dapat menjaga keintimannya dengan pasangannya dan juga menjaga kecemburuannya dari sahabat pasangannya maka individu akan membangu kehangatan, kepercayaan dan membina hubungan. Namun bila gagal individu akan merasa tersisihkan dan kesepian.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan adakah pengaruh persahabatan lawan jenis pada pasangan terhadap kecemburuan individu pada dewasa awal?
- Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh persahabatan lawan jenis pada pasangan terhadap kecemburuan individu pada dewasa awal.
- Manfaat
- Manfaat Umum
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan di gunakan sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu psikologi dan untuk bahan dalam melaksanakan penelitian sejenis atau dalam lingkup yang lebih luas
- Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi ilmu dan masukan agar mampu mengendalikan kecemburuan yang bertujuan untuk tidak terjadinya ketengangnya atau meluapnya emosi negatif pada individu yang memiliki pasangan dengan sahabat antargender.
- Sistematika Penulisan
Bab I
Pendahuluan Menguraikan garis besar Pengaruh persahabatan antar gender pada pasangan terhadap kecemburuan individu dewasa awal yang meliputi: Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan dan Manfaat dan Sistematika penulisan
Bab II
Tinjauan dan Landasan Teori Berisi definisi Persahabatan, Kecemburuan dan Dewasa Muda
Bab III
Metode Penelitian Merupakan urutan dari Desain Penelitian, Jenis Penelitian, Subjek Penelitian, Variabel Penelitian dan Definisi Operasional, dan Teknik Pengumpulan data.
BAB II
LANDASAN TEORI
- Persahabatan
- Definisi Persahabatan
Persahabatan adalah suatu bentuk hubungan yang dekat yang melibatkan kesenangan, penerimaan, percaya, respek, saling membantu, menceritakan rahasia, pengertian, dan spontanitas (Santrock, 2002).
Argyle dan Henderson (1997) juga memberikan definisi mereka tentang persahabatan. Menurut mereka, persahabatan meliputi orang-orang yang saling menyukai, menyenangi kehadirannya satu sama lain, memiliki kesamaan minat dan kegiatan, saling membantu dan memahami, saling mempercayai, menimbulkan rasa nyaman dan saling menyediakan dukungan emosional
Menurut Baron dan Bryne (2004) Persahabatan adalah hubungan dimana dua orang menghabiskan waktu bersama, berinteraksi dalam berbagai situasi, dan menyediakan dukungan emosional.
Dalam buku Child and Adolescent Development, Owens (2002) mengartikan “persahabatan sebagai hal berkenaan dengan dibangunnya hubungan dyadic antara dua anak yang dikarakteristikkan dengan perasaan saling suka yang kuat”.
Menurut Shaffer (2005), persahabatan diartikan sebagai sebuah hubungan yang kuat dan bertahan lama antara dua individu yang dikarakteristikkan dengan kesetiaan, kekariban, dan saling menyayangi.
Menurut Rubin (2004), persahabatan adalah multidimensi dalam sifat dan melayani manusia dalam berbagai cara (seperti kesenangan, harapan dan ketakutan, menyediakan afeksi, dukungan dan keamanan emosi).
- 1. 1. 1. Fungsi Persahabatan
Persahabatan mempunyai enam fungsi (Gottman dan Parker, 1987):
- Companionship adalah persahabatan memberikan anak pasangan yang familier, seseorang yang mau menghabiskan waktu dengan mereka dan ikut dalam kegiatan yang memerlukan kerja sama.
- Stimulation adalah persahabatan memberikan remaja informasi yang menyenangkan, kesenangan dan hiburan.
- Physical support adalah persahabatan memberikan waktu, sumber, dan bantuan.
- Ego support adalah persahabatan memberikan dukungan, dorongan, dan umpan balik yang dapat membantu anak-anak menjaga kesan mereka sebagai orang yang kompeten, menarik, dan individu yang berharga.
- Social comparison adalah persahabatan memberikan informasi mengenai kapan mereka berhadapan sebagai lawan dan kapan mereka mengerjakan sesuatu dengan baik.
- Intimacy/affection adalah persahabatan memberikan hubungan yang hangat, dekat, dapat mempercayai individu lain, sebuah hubungan yang mempunyai pengungkapan diri (self-disclosure)
Dalam buku Child and Adolescent Development (2002), disebutkan bahwa fungsi persahabatan adalah:
- Persahabatan adalah tempat dimana anak-anak memperoleh keahlian sosial dasar seperti komunikasi dan kerjasama.
- Persahabatan memberi pengetahuan mengenai diri sendiri seperti halnya memberi perngetahuan mengenai orang lain dan dunia.
- Persahabatan memberi dukungan emosional ketika menghadapi stres
- Persahabatan adalah awal untuk hubungan selanjutnya (percintaan, pernikahan, dan menjadi orang tua) dimana persahabatan memberikan pengalaman mengenai cara mengatasi kekariban dan saling mengatur.
- 1. 1. 2. Karakteristik Persahabatan
Parlee (dalam Santrock, 2002) mengkarakteristikkan persahabatan sebagai berikut:
- Kesenangan yaitu kita suka menghabiskan waktu dengan teman kita
- Penerimaan yaitu kita menerima teman kita tanpa mencoba mengubah mereka
- Percaya yaitu kita berasumsi bahwa teman kita akan berbuat sesuatu yang sesuai dengan kesenangan kita
- Respek yaitu kita berpikiran bahwa teman kita membuat keputusan yang baik
- Saling membantu yaitu kita menolong dan mendukung teman kita dan mereka juga melakukan hal yang demikian
- Menceritakan rahasia yaitu kita berbagi pengalaman dan masalah yang bersifat pribadi kepada teman
- Pengertian yaitu kita merasa bahwa teman kita mengenal dan mengerti kita dengan baik seperti apa adanya kita
- Spontanitas yaitu kita merasa bebas menjadi diri kita ketika berada di dekat teman kita
- 1. 1. 3. Kualitas Persahabatan
Ciri-ciri persahabatan adalah atribut atau karakteristik dari persahabatan itu sendiri. Beberapa contoh ciri-ciri persahabatan adalah keakraban (intimacy), persahabatan (companionship) dan konflik. Setiap persahabatan memiliki ciri-ciri yang beragam. Pada teman yang sama terdapat keakraban, terdapat juga kebersamaan dalam aktivitas dan terdapat juga konflik di dalamnya. Contoh persahabatan tersebut memberi gambaran bahwa persahabatan mempunyai ciri- ciri positif dan negatif sekaligus.
Berikut ini adalah aspek dari kualitas persahabatan (Bukowski, 2005):
- Companionship : Menghabiskan waktu bersama antar sahabat.
- Conflict : Seseorang berselisih dan berargumen dengan temannya, mereka merasa jengkel satu sama lain dan ada ketidaksepakatan dalam hubungan persahabatan mereka.
- Help/aid : Saling membantu, menolong dan melindungi.
- Security : Kepercayaan bahwa mereka dapat mempercayai, bersandar pada temannya.
- Closeness : Perasaan kasih sayang atau pengalaman spesial yang dialami olah seseorang dengan temannya dan memperkuat ikatan orang tersebut dengan temannya.
- 1. 1. 4. Faktor yang mempengaruhi Persahabatan
Huyck (dalam Kail & Cavanaugh, 2000) mengatakan bahwa ada empat faktor yang dapat meningkatkan hubungan persahabatan, yaitu :
- Kedekatan mereka satu sama lain (proximity)
- Kesamaan akan minat dan sikap mereka (similarity)
- Saling melengkapi kepribadian mereka (complementarity)
- Ketertarikan fisik (physical attractiveness)
- Definisi Gender
Dalam kamus bahasa inggris yang ditulis oleh (John M. Echols dan Hasan Sadhily 1983). Kata “Gender” berasal dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin, dan secara umum pengertian gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.
Sedangkan menurut Hilary M. Lips dalam bukunya yang berjudul Seks And Gender . Gender adalah sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan, misalnya perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, perkasa, jantan, rasional, tetapi ciri-ciri dan sifat itu bisa saling dipertukarkan, misalnya laki-laki lemah lembut ada perempuan yang kuat, rasional dan perkasa, perubahan dan ciri-ciri tersebut dapat terjadi dari tempat ke tempat yang lain.
- Persahabatan Antar Gender
Persahabatan antar gender lebih banyak kita jumpai di kalangan orang dewasa dibandingkan pada anak-anak sekolah dasar. Persahabatan antar gender dibangun oleh pria dan wanita dengan didasari alasan bahwa mereka tumbuh dekat bersama dengan rasa persahabatan. Persahabatan antargender dibangun dengan rasa saling menghormati, kepercayaan dan dukungan sosial yang terlibat karena mereka berhadapan dengan wanita sebaliknya pria. Pria seringkali lebih terbuka dan ekspresif dengan teman-teman perempuan mereka daripada dengan teman-teman pria mereka (Fehr, 1996).
Menurut Sherrod (1989), baik wanita maupun pria menghargai keakraban teman sesama jenis, dan keduanya setuju pada kualitas dasar persahabatan dekat: keakraban, penerimaan, kepercayaan dan bantuan.
Peneliti lain (Berscheid, Snyder, & Omoto, 1989; Jones, 1991) sepakat bahwa dalam banyak hal tidak ada perbedaan substansial antara persahabatan kedua jenis kelamin.
- Kecemburuan
- Definisi Cemburu
Bringle dan Buunk (2009) mengemukakan bahwa cemburu adalah reaksi negatif pasangan pada keterlibatan emosional atau seksual pasangan dengan orang lain, baik secara nyata maupun hanya imajinasi.
Pengalaman dan ekspresi cemburu dipengaruhi oleh beberapa fakor, diantaranya adalah budaya, kepribadian, dan karakteristik hubungan (Harvey, Wenzel, & Sprecher, 2004).
Cemburu dapat dikatakan emosi kompleks karena kehadirannya juga ditandai dengan adanya pengalaman emosi-emosi yang lain. Tiga perasaan yang paling menggambarkan cemburu adalah hurt, fear, dan anger (Guerrero, dalam Miller, 2007).
Terluka (hurt) timbul dari persepsi bahwa pasangan kita tidak menghargai komitmen pada hubungan kita, sedangkan takut (fear) dan cemas (anxiety) timbul dari ketakutan akan diabaikan dan kehilangan. Marah (angry) timbul dari perasaan dinomorduakan dari orang lain (Mathes, Adams, & Davies, 1985).
Hal serupa dikemukakan oleh Hupka (1996) yaitu bahwa pengalaman cemburu biasanya akan diikuti oleh emosi-emosi lain. Jika individu mengubah fokus perhatiannya kepada aspek situasi lain, selain ancaman akan kehilangan sesuatu yang berharga, maka pengalaman ini akan lebih baik jika dijelaskan dalam emosi- emosi yang berbeda. Dalam hal ini, individu yang merasa cemburu adalah individu yang juga marah, terluka, tertekan, dan bahkan jijik atau senang.
- Tipe Cemburu
Menurut Bunk (dalam Miller, Perlman, & Brehm, 2009) terdapat 3 tipe cemburu, yaitu:
- Reactive Jealousy
Respon langsung terhadap ketidaksetiaan pasangan yang sedang terjadi
- Anxious Jealousy
Proses kognitif aktif yang menghasilkan bayangan bahwa partnernya sedang terlihat secara seksual atau emosional dengan orang lain
- Possessive Jealousy
Pencegahan pasangan bertemu dengan orang lain yang mungkin menjadi pasangan rivalnya
- Penyebab Cemburu
Menurut Olson dan Defrain (2006), terdapat 2 penyebab terjadinya cemburu, yaitu:
- Penyebab eksternal : disebabkan oleh prilaku pasangan yang terlihat tertarik, baik secara emosional maupun seksual pada orang lain dibandingkan terhadap pasangannya sendiri
- Faktor internal : Biasanya yang menjadi penyebab seseorang cemburu terhadap pasangannya adalah harga diri seseorang, yaitu seberapa bergantung individu terhadap pasangannya
Menurut penelitian dari Miller et.al., 2007 penyebab cemburu disebabkan oleh:
- Siapa yang membuat individu ccemburu?
- Hal apa sajakah yang mungkin membuat individu cemburu?
Individu cenderung dapat dengan mudah atau tidak dalam merasa cemburu terkait dengan hal-hal berikut:
- Ketergantungan dalam hubungan dengan pasangan
- Perasaan inadewuancy dalam hubungan dengan pasangan
- Gaya attachment, misalnya individu yang membutuhkan perhatian akan lebih mudah cemburu dbandingkan dengan individu yang mandiri
- Gaya kepribadian individu
- Keinginan eksklusivitas dalam hubungan seks
- Peran gender
- Proses Terjadinya Cemburu
- Primary Appraissal
Proses pertama ini menjelaskan bahwa individu merasakan atau menilai adanya ancaman terhadap hubungan yang ia miliki dengan pasangannya.
- Secondary Appraissal
Pada proses ini individu berusaha memahami situasi yang ia hadapi dengan lebih baik. Indibidu juga mulia berfikir mengenai cara untuk mengatasi situasi dimana ia merasa cemburu.
- Emotional Reaction
Ketika terjadi rasa cemburu pada pasangannya, individu mengalami reaksi emosional. Dengan berbagai tipe emosi negatif, seperti mudah marah terhadap pasangannya atau orang ketiga, cemas akan kehilangan hubungan yang sudah dimiliki, depresi dan sedih.
- Coping with the situation
Individu akan mengatasi perasaan cemburu dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada penilaian individu dimasing-masing tahapan sebelumnya.
- Cara mengatasi Rasa Cemburu
- Individu berusaha untuk mempertahankan hubungannya.
- Individu berusaha menjaga self-esteem yang dimilikinya
Prilaku yang dilakukan individu dalam mengatasi rasa cemburu dapat menjadi tingkah laku yang positif dan konstruktif atau negatif atau destruktif
- Dewasa Muda
- Definisi Dewasa Muda
Perkembangan seorang individu pada dewsa muda merupakan masa yang penting dimana pada dewasa muda merupakan sebuah proses masa transisi dari remaja ke dewasa yang terjadi pada rentang usia 18 sampai 25 tahun (Arnett, 2006).
Sementara itu, Dariyo (2003) mengatakan bahwa secara umum mereka yang tergolong dewasa muda (young adulthood) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu semakin bertambah besar. Ia tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis maupun psikologis pada orangtuanya (Dariyo, 2003).
Santrock (2002) mengatakan masa dewasa muda adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya.
Pada tahapan perkembangan ini, dewasa muda memiliki tugas utama yang harus diselesaikan seperti meninggalkan rumah, memilih dan mempersiapkan karir, membangun hubungan dekat seperti persahabatan dan pernikahan dan memulai untuk membentuk keluarga sendiri (Atwater & Duffy, 2005).
Selain itu, pada usia dewasa muda, individu juga sedang menjalani tahapan keenam dari perkembangan psikososial yaitu keintiman versus isolasi yang dikemukakan oleh Erikson. Elida Prayitno (2006) menyatakan bahwa setiap tahapan perkembangan individu diharapkan untuk menguasai kemampuan dalam berprilaku yang menjadi keberhasilan atau kenormalan perkembangannya
- Tugas Perkembangan Dewasa Muda
Menurut Erikson (1950), terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi
- Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Jika seorang ibu tidak dapat memberikan kepuasan kepada bayinya, dan tidak dapat memberikan rasa hangat dan nyaman atau jika ada hal-hal lain yang membuat ibunya berpaling dari kebutuhan-kebutuhannya demi memenuhi keinginan mereka sendiri, maka bayi akan lebih mengembangkan rasa tidak percaya, dan dia akan selalu curiga kepada orang lain.
- Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun, sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah, maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu.
- Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif .
- Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
- Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion.Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.
- Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya. Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Periode diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut dengan istilah pacaran guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan orang lain. Di mana muatan pemahaman dalam kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin dengan orang lain.
Kecenderungan antara keintiman dan isoalasi harus berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks teorinya, cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan segala bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan. Wilayah cinta yang dimaksudkan di sini tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain. Ritualisasi yang terjadi pada tahan ini yaitu adanya afiliasi dan elitisme. Afilisiasi menunjukkan suatu sikap yang baik dengan mencerminkan sikap untuk mempertahankan cinta yang dibangun dengan sahabat, kekasih, dan lain-lain. Sedangkan elitisme menunjukkan sikap yang kurang terbuka dan selalu menaruh curiga terhadap orang lain
- Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun.Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli terhadap siapapun.
- Integrity vs despair (integritas vs putus asa)
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
Pada tahap paling tinggi dalam teori Erikson terdapat integritas yang memiliki arti tersendiri yakni menerima hidup dan oleh karena itu juga berarti menerima akhir dari hidup itu sendiri. Namun, sikap ini akan bertolak belakang jika didalam diri mereka tidak terdapat integritas yang mana sikap terhadap datangnya kecemasan akan terlihat.
Hurlock (1980) membagi tugas perkembangan pada individu dewasa awal, antara lain:
- mulai bekerja
- memilih pasangan
- mulai membina keluarga
- mengasuh anak
- mengelola rumah tangga
- mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
- mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
Havighurst (1961) mengungkapkan tugas- tugas perkembangan masa dewasa muda, yaitu:
- Menentukan pasangan hidup. Seperti yang dikatakan oleh Erikson bahwa krisis yang dialami pada masa dewasa muda adalah intimacy atau kedekatan dengan orang lain disekitarnya. Jika krisis utama ini mampu diselesaikan oleh individu maka individu akan memiliki hubungan yang baik dan sehat dengan lawan jenis.
- Belajar untuk menyesuaikan diri dan hidup bersama pasangan (suami atau istri). Ketika individu telah mampu menemukan pasangan hidup, ia harus mampu beradaptasi dengan pasangannya dan mulai untuk membentuk keluarga.
- Membentuk keluarga.
- Belajar mengasuh anak.
- Mengelola rumah tangga.
- Meniti karir atau melanjutkan pendidikan.
- Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak.
- Memperoleh kelompok sosial yang sejalan dengan nilai-nilai yang dianutnya.
- Pengaruh Persahabatan Antar Gender pada Pasangan terhadap Kecemburuan Individu Pada Dewasa Muda
Usia dewasa muda merupakan usia dimana terjadinya transisi dari masa remaja ke dewasa. Meurut Arnett (2006) usia dewasa muda terjadi pada usia 18 sampai 25 tahun. Dalam tahapan perkembangannya, individu pada usia dewasa muda dituntut untuk dapat melewati tahapan perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson. Tahapan keenam tersebut yaitu keintiman versus isolasi. Dalam konteks teorinya yang dimaksud dengan keintiman ialah proses menemukan diri sendiri sekaligus peleburan diri sendiri di dalam diri orang lain, atau dalam hal ini dapat disebut pasangan atau berpacaran. Keintiman juga membutuhkan komitmen. Ketidakmampuan melewati perkembangannya dengan tidak dapat mengembangakn relasi yang bermakna denga orang lain dapat melukai kepribadian dan social individu. Hal tersebut dapat membuat individu untuk tidak mau mengakui, mengabaikan atau menyerang orang-orang yang dianggap menimbulkannya.
Dalam penelitian ini, persahabatan dan percintaan menjadi suatu fenomena sosial yang tidak lepas dari perkembangan pada dewasa muda. Pada usia dewasa muda percintaan atau dalam hal ini memiliki pasangan merupakan sebuah proses kekuatan dasar pada masanya. Dalam membangun suatu hubungan percintaan atau lebih dikenal dengan berpacaran tidak selamanya akan berjalan sesuai yang diharapkan individu. Konflik menjadi salah satu kendala dalam sebuah hubungan, biasanya konflik didasari dengan keegoisan atau kurangnya pengertian. Kecemburuan merupakan salah satu konflik yang ada pada suatu hubungan.
Cemburu merupakan sebuah perasaan ancaman, tidak aman atau takut akan kehilangan seseorang atau dalam hal ini pasangannya. Kecemburuan dapat diluapkan dengan berbagai macam cara, seperti misalnya kemarahan, kebencian ataupun kejengkelan seorang individu terhadap orang yang menjadi faktor cemburu tersebut. Sahabat merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab kecemburuan terhadap pasangannya. Terlebih apabila sahabat yang dimiliki oleh pasangan adalah berbeda gender. Persahabatan antargender dibangun dengan rasa saling menghormati, kepercayaan dan dukungan sosial yang terlibat karena mereka berhadapan dengan wanita sebaliknya pria. Namun persahabatan antar gender dapat menjadi suatu ancaman individu yang memiliki pasangan dan sahabat tersebut. Dalam hal ini individu merasa terancam akan posisinya yang akan tergantikan dari sahabat pasangannya tersebut. Dalam kaitannya dengan tahapan perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson individu yang dapat mengendalikan emosinya atau cemburu dan menjaga hubungan dengan pasangannya makan individu tersebut dapat mengembangkan tahap keintiman. Namun, apabaila individu tidak dapat mengendalikan rasa cemburu pada pasangannya dan tidak dapat mengendalikan hubungannya maka individu tersebut mengalami isolasi. Erikson berharap pada tahapan-tahapannya individu dapat melewati setiap tahapan dengan keberhasilan, apabila tidak, individu akan mengalami kegagalan. Namun, kegagalan tersebut tidak selamanya berdampak negatif pada hidupnya. Individu yang mengalami kegagalan akan berinstropeksi diri seiring dengan perkembangannya.
- Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah penulis jelaskan, penulis menemukan adanya hubungan positif antara IV dengan DV. Bahwa IV yaitu persahabatan antar gender pada pasangan, memberikan pengaruh terhadap DV yaitu kecemburuan individu. Dengan kata lain, adanya pengaruh dalam persahabatan antar gender pada padangan terhadap kecemburuan individu pada dewasa muda
Comments :