HUBUNGAN ANTARA CELEBRITY WORSHIP K-POP TERHADAP PERILAKU IMITASI PADA REMAJA
HUBUNGAN ANTARA CELEBRITY WORSHIP K-POP TERHADAP PERILAKU IMITASI PADA REMAJA
Melissa Siswanto – 1601268052
BAB 1
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Musik merupakan hasil karya seni dimana karya tersebut dalam berupa bunyi yang berbentuk lagu atau komposisi yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaan dari penciptanya melalui unsur-unsur pokok musik yaitu irama, melodi, harmoni, dan bentuk atau struktur lagu dan ekspresi yang membentuk suatu kesatuan ( Jamalus, 1988 ). Dimana dapat dikatakan bahwa musik adalah segala hal yang berhubungan dengan bunyi yang memiliki unsur-unsur irama, melodi serta harmoni. Dengan hal tersebut, maka dapat mewujudkan sesuatu yang indah dan dapat dinikmati oleh indra pendengaran manusia. Musik sendiri memiliki beberapa gendre atau aliran, diantaranya ada Alternative Rock, Blues, Classical, Easy Listening, Rock, Rap, Jazz, Death metal, J-pop, New Ages, R&B, Pop, J-Rock, Reggae, Techno, World, Dangdut, K-pop, dan lain sebagainya.
Di Indonesia sendiri, mulai terdapat banyak aliran musik baru yang masuk, dan sudah banyak diterima oleh kalangan masyarakat, seperti K-pop. Hal tersebut dapat yang menimbulkan fenomena demam korea atau disebut juga sebagai Hallyu. Hallyu ini merupakan penyajian hiburan korea yang diberikan dalam bentuk film, drama, variety show dan musik. Salah satu Hallyu yang digemari adalah K-pop yang kebanyakan digemari oleh masyarakat golongan remaja, terutama pada remaja putri. K-pop itu sendiri merupakan singkatan dari Korea Pop, atau disebut juga dengan musik pop Korea. K-pop merupakan salah satu aliran musik populer yang berasal dari negara Korea Selatan. K-pop terkenal secara global pada tahun 2000-an ketika beberapa artis korea sukses memperkenalkan K-pop kepada dunia, yaitu seperti Rain, BoA, dan Big Bang (K-Pop, 2012). Sedangkan K-pop mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia karena serial dramanya, yang ditayangkan oleh beberapa stasuin TV pada tahun 2000-an di Indonesia, sehingga hal tersebut membuat masayarakat akhirnya mengenal music K-pop dan membooming di kalangan remaja purti. K-pop banyak digemari oleh kalangan anak muda karena K-pop terkenal karena adanya kemunculan boyband dan girlband, dimana personelnya memiliki tubuh yang ideal, wajah yang cantik, serta memiliki penampilan yang menarik. Terkenalnya K-pop juga didasari oleh dandanan yang menarik serta fashion yang unik. Musik K-pop juga mudah untuk didengarkan dan sesuai dengan selera masyarakat terutama oleh golongan remaja atau anak muda.
Demam K-pop yang sedang terjadi di Indonesia dapat kita buktikan dengan banyaknya forum atau website yang merupakan perkumpulan club pengemar K-pop. Serta dapat juga dilihat dengan banyaknya informasi mengenai K-pop yang beredar di internet dalam bentuk Bahasa Indonesia, terdapat juga komunitas-komunitas di berbagai kota di Indonesia untuk K-pop, serta mulainya muncul pemutaran music korea di radio, café, dan juga pemutaran musik dan drama dalam TV swasta. Bukan hanya itu, bahkan sekarang terdapat banyak anak muda yang mulai mengikuti fashion dari negara gingseng tersebut, baik dari pakaian, aksesoris, make up, hingga ada yang mengikuti penampilan sesuai dengan artis K-pop kesuakaan mereka. Salah satu hal yang dapat mendukung perilaku yang ditimbulkan tersebut adalah terdapatnya banyak toko baju baik secara online maupun tidak menyediakan fasion pakaian yang impor datang dari korea. Dengan hal ini memudahkan masyarakat untuk mengikuti fasion atau gaya berpakaian seperti artis K-pop kesukaan mereka.
Demam idola dapat juga dikatan dengan sebagai selebrity worship. Diamana selebrity worship itu sendiri merupakan suatu perbuatan dimana seorang individu sangat menggilai sebuah band atau boyband atau girlband maupun seorang selebriti ( pria atau wanita ) entah itu dikarenakan sang artis sangat tampan atau cantik, sangat kaya atau karena penyebab lain. Fenomena ini dapat membuat remaja menjadi addicted terhadap K-pop, sehingga dapat memicu remaja untuk berprikaku dan berpenampilan sesuai dengan artis idola K-pop mereka.
Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak ke dewasa. Dalam tahap ini remaja masih dalam tahap pertumbuhan dimana remasih masih dalam pencarian identitas atau konsep diri yang berkembang seiring dengan bertambahnya berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya baik dari pendidikan, keluarga, sekolah, maupun dari masyarakat dimana ia tinggal. Atau dapat dikatakan juga sebagai periode dimana mereka masih dalam tahap pencarian jati diri. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat ( Hurlock, 1992 ). Kepribadian remaja pada tapah ini masih labil. Dalam prosesnya, terkadang remaja membutuhkan seorang figure teladan yang dapat mereka contoh atau teladani dalam proses pencapaian jati diri. Dalam hal ini, banyak remaja putri menjadikan idola K-POP mejadi panutan mereka untuk dicontoh. Hal ini dapat dilihat dari seseorang yang berprilaku dan berpenampilan sesuai dengan artis idola mereka, hal ini dapat dikatakan bahwa remaja putri tersebut melakukan proses imitasi. Imitasi itu sendiri merupakan proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di lungkungan keluarga, kemudian lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat. Proses imitasi tersebut dapat disebabkan karena seseorang tidak percaya diri dengan penampilan mereka apa adanya, sehingga mereka membutuhkan seorang figure yang menurut mereka memiliki penampilan yang ideal. Dalam hal ini dapat kita lihat banyaknya remaja yang sekarang berpenampilan sesuai dengan artis korea, baik dari pakaian, make up hingga perilaku yang ditampilkan itu meniru artis idola mereka. Hal ini juga dapat dilihat dengan banyaknya tutorial video di YouTube yang memberikan informasi mengenai cara berpakaian seperti korea serta make up korea.
Berdasarkan uraian di atas, hal tersebut memicu rasa ingin tahu saya mengenai fenomena perilaku imitasi K-pop yang dilakukan oleh remaja, apakah perilaku selebrity worship yang dilakukan yang dilakukan remaja putri dapat mempengaruhi perilaku imitasi seseorang?
- Rumusan Masalah
Dari fenomena yang dipaparkan oleh penulis di atas, dapat kita lihat bahwa di Indonesia telah berlangsung fenomena Hallyu atau fenomena dimana sedang terjadinya ngetren atau mengidolakan korea atau artis korea. Fenomena ini kebanyakn banyak di dialami atau dilakukan oleh para remaja. Banyak terdapat remaja yang berprilaku atau berpakaian dengan meniru budaya atau idola artis dari korea. Dengan fenomena tersebut, penulis tertarik ini meneliti apakah terdapatnya hubungan antara celebrity worship terhadap K-pop dengan perilaku imitasi yang dilakakukan oleh remaja.
- Tujuan Penelitian
- Mengetahui gambaran celebrity worship pada fans K-pop.
- Mengetahui hubungan celebrity worship terhadap K-pop dengan imitasi yang dilakukan oleh remaja.
- Manfaat Penelitian
- Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan.
- Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan mengenai hubungan antara celebrity worship k-pop terhadap imitation pada remaja putri bagi peneliti selanjutnya agar dapat membantu dalam penelitian tersebut.
- Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan penelitian yang berjudul hubungan antara celebrity worship k-pop terhadap imitation pada remaja putri ini dapat memberikan manfaat serta informasi yang bermanfaat kepada masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
- Celebrity Worship
- Definisi Celebrity Worship
Didalam menyukai seorang idola atau selebrity dan menjadikannya sebagai model merupakan bagian hal yang normal dari perkembangan identitas di masa kecil dan remaja ( Yue dan Cheung, 2000 ). Celebrity worship dipengaruhi oleh kebiasaaan seperti melihat, mendengar, membaca dan mempelajari tentang kehidupan selebriti secara berlebihan hingga menimbulkan sifat empati, identifikasi, obsesi, dan asosiasi yang menimbulkan konformitas ( Maltby dkk , 2003 ).
- Tahapan Celebrity Worship
John Maltby menyimpulkan terdapat 3 tahapan celebrity worship menurut McCutcheon ( Maltby dkk, 2003 ), yaitu :
- Entertainment-social : tahap ini terjadi pada saat seorang individu merasa penting atau senang membicarakan sang idola dengan orang banyak, dan membicarakannya di depan orang-orang serta senang membiacarakan perihal tentang sang idola dengan orang yang juga mengidolakannya.
- Intense-personal : tahap ini terjadi ketika seorang individu merasa adanya ikatan khusus dengan sang idola dan juga dapat merasakan apa yang dirasakan atau yang di alami sang idola tersebut.
- Borderline-pathological : tahap ini terjadi dimana seorang individu memiliki fantasia tau khayalan yang membuatnya memiliki kedekatan khusus dengan sang idola serta memiliki keyakinan jika pada saat dia mengalami kesusahan, sang idoala akan datang dan menolong atau membantunya.
- Fakor – faktor yang mempengaruhi Celebrity Worship
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya celebrity worship ( McCutcheon dkk, 2002 ), yaitu :
- Umur : celebrity worship pada umumnya terjadi pada remaja berusia 11 tahun hingga 17 tahun dan berkurang setelahnya.
- Pendidikan : celebrity worship biasanya dilakukan oleh orang-orang dengan tingkat inteligensi yang rendah.
- Keterampilan sosial: celebrity worship terjadi pada orang-orang dengan keterampilan sosial yang buruk dan melihat bahwa celebrity worship merupakan pengisi kekosongan yang terjadi dalam hubungan yang nyata.
- Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan dapat menyukai idola dengan konteks yang berbeda namun intensitas untuk menyukai idola biasnya lebih tinggi di kaum perempuan.
- K-pop (Korean pop)
- Definisi K-pop
K-pop adalah kepanjangan dari Korean Music, yang berupa jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. K-pop berpusat pada grup idola yang biasanya adalah terdiri dari remaja dimana group idola tersebut memiliki popularitas yang lebih besar dibandingkan dengan penyanyi solo (Emilie, 2012).
Fenomena K-pop ini juga dappat dikatakan sebagai Hallyu. Hallyu ini merupakan penyajian hiburan korea yang diberikan dalam bentuk film, drama, variety show dan musik. K-pop merupakan salah satu aliran musik populer yang berasal dari negara Korea Selatan. K-pop terkenal secara global pada tahun 2000-an ketika beberapa artis korea sukses memperkenalkan K-pop kepada dunia, yaitu seperti Rain, BoA, dan Big Bang (K-Pop, 2012).
Pengaruh Korean Pop culture dalam kehidupan masyarakat Indonesia disadari atau tidak meliputi segala aspek dari musik dan drama hingga fashion style, hair style, bahkan gaya hidup korea. Tak hanya itu, fenomena hallyu juga telah menyebabkan pecintanya memburu segala hal yang berkaitan erat dengan Korea, hal ini tampak jelas dari semakin meningkatnya masyarakat Indonesia yang mempelajari bahasa Korea dan budaya Korea. Segala hal yang berhubungan dengan artis-artis Korea juga diburu oleh para pecintanya, hal ini terlihat dari banyaknya kegiatan gathering sesama pecinta artis Korea, dan maraknya lomba cover dance dan idol star (Sari, 2012).
- Imitasi
- Definisi Imitasi
Imitasi merupakan bagian dari teori Social Learning (Teori Pembelajaran Sosial). Prinsip dasar social learning menyatakan sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (Astuti, 2011). Menurut Bandura, sebagaimana yang dikutip oleh (Kardi, 1997) bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan, dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
- Proses yang Mempengaruhi Imitasi
Proses yang mempengaruhi imitasi menurut Bandura ada 4 tahap ( Hergenhahn dan Olson, 2009 ), yaitu :
- Attention : Tahap ini terjadi jika seorang individu memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki.
- Retention : Tahap ini terjadi jika sang idividu memberi perhatian atau merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Dibagian ini, individu merekam atau menyimpan informasi mengenai apa yang dilihatnya.
- Reproduction : dalam tahap ini setelah individu mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku.
- Motivasi : dalam tahap ini Albert Bandura mengatakan bahwa motivasi meruapakan tapah penting dalam pemodelan karena motivasi merupakan penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.
- Remaja
- Definisi Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence, seperti diungkapkan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Masa remaja, secara psikologis, adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurangkurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 1999).
Masa remaja secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun dan akhir masa remaja bermula dari usia enam belas tahun atau tujuh belas tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara sosial (Hurlock, 1999).
World Health Organization (dalam Sarwono, 2004) mendefinisikan remaja sebagai fase ketika seorang anak mengalami hal-hal sebagai berikut:
- Individu berkembang dari sifat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
- Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
- Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
- Fase Remaja
Monks (dalam Haditono, 2002) membagi masa remaja atas beberapa fase yaitu:
- Remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun).
- Remaja pertengahan (usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun).
- Remaja akhir (usia 18 sampai dengan 21 tahun).
Papalia (2004) memberikan definisi remaja sebagai masa peralihan dari masa anak-anak kemasa dewasa yang diawali dengan masa puber, yaitu proses perubahan fisik yang ditandai dengan kematangan seksual, kognisi dan psikososial yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang berlangsung dari usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun yang ditandai dengan perubahan fisik, kognisi, kepribadian serta sosial dalam diri individu.
- Aspek-aspek Imitasi Pada Remaja
Gerungan (2000), menjelaskan tentang aspek-aspek terjadinya suatu perilaku imitasi, yaitu :
- Minat perhatian yang cukup besar terhadap hal yang akan diimitasi.
Remaja mengembangkan fanatisme disebabkan oleh minat dan perhatian terhadap model secara berlebihan sehingga terjadi imitasi perilaku model. Setiap orang dapat mudah meniru gaya hidup yang disukai.
- Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi.
Kekaguman dan pemujaan terhadap model yang berlebihan pada remaja mendorong remaja untuk melakukan imitasi terhadap tingkah laku yang ditunjukkan oleh model. Remaja mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh tertentu, dan yang menganggap bahwa penampilan dan gaya hidup seperti idola merupakan simbol status yang lebih tinggi dalam kelompoknya.
- Memiliki penghargaan sosial yang tinggi.
Seseorang akan cenderung mengimitasi suatu perilaku apabila perilaku tersebut dapat mendatangkan suatu penghargaan sosial yang tinggi di masyarakat. Tokoh yang diimitasi biasanya adalah orang yang memiliki penghargaan sosial yang tinggi seperti artis, pahlawan, dan olahragawan
Kerangka Berpikir
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini, yaitu :
- H0 : Tidak adanya hubungan antara celebrity worship dengan perilaku imitasi pada remaja.
- H0 : Adanya hubungan anatara celebrity worship dengan perilaku imitasi pada remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
HergenHahn, B. R dan Olson, M. H. (2009). Theories Of Learning (Teori Belajar) Edisi Ketujuh. Jakarta: Kencana.
Ahmadi, A dan Supriyono, W. (2005). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sari, P. W. (2012). Fenomena Hallyu Bagi Indonesia. (online). (http://newsinformationforyou.blogspot.com/2012/01/fenomena-hallyu-bagiindonesia_07.html). diakses pada 10 September (2012).
Emilie, Thao. (2012). Emergence Of The Korean Popular Culture In The World. (online). Skripsi (tidak diterbitkan). Internasional bussines, Turku University. (http://www.theseus.fi/bitstream/handle/10024/42870/Do_Thao.pdf?sequence=1 ). diakses pada 14 Januari (2014).
Istikomah, N. (2012). Masuknya Kpop Ke Indonesia. (online). (http://kpopnuristikomah.blogspot.com/). diakses pada 10 September (2012)
Comments :