Disiplin Berlalu Lintas Pengendara Sepeda Motor Ditinjau dari Motivasi Keselamatan Diri pada Siswa Kelas 3 SMA

 DelayaSudirman

1601272213

 

 

 

 

 

 

 

DELAYA SUDIRMAN

1601272213

METODE PENULISAN ILMIAH DAN PROPOSAL

LB64

 

Psikologi

Humaniora

Universitas Bina Nusantara

2015

 

 

BAB 1

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari transportasi merupakan sarana utama yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk dapat mencapai tempat tujuannya, seperti ke pasar, kantor, sekolah, rumah teman, tempat les, dan lain sebagainya.

Dengan pesatnya peningkatan jumlah pengendara sepeda motor, maka tingkat kecelakaan juga kian meningkat, hal tersebut dapat dilihat dari grafik berikut :

 

 

 

 

 

 

 

Data Korlantas Polri 2011-2013 menyatakan bahwa tingkat kecelakaan sebesar 34,48% terjadi pada pagi hari dan 24,14% pada sore hari. Berdasarkan jenis kendaraan yang mengalami kecelakaan adalah sepeda motor sebesar 52,5%, mobil pribadi 20%, truk 17,5% dan bus 10%. Sementara usia korban berkisar 15-29 tahun (46,89%) dan 30-50 tahun (21,52%) dengan profesi karyawan/swasta sebesar 55%, PNS 17%, pelajar/ mahasiswa 17%, dan pengemudi 10%. Sedangkan faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas terutama akibat tidak tertib sebanyak 27.035 kasus, akibat lengah 21.073 kasus, dan melebihi batas kecepatan 9.278 kasus.

Data tersebut menyebutkan bahwa jenis kendaraan yang paling banyak mengalami kecelakaan adalah sepeda motor, yaitu sebesar 52,5%. Dan faktor penyebab kecelakaan paling banyak adalah akibat ketidaktertiban pengendara itu sendiri. Indonesia menduduki peringkat ke-2 tingkat kecelakaan terbanyak dengan jumlah 99 korban perharinya.

Pada penelitian ini saya akan meneliti kedisiplinan pengendara sepeda motor remaja ditinjau dari keselamatan dirinya. Berkembangnya teknologi di bidang transportasi menambah jumlah kendaraan sehingga berpengaruh terhadap masyarakat diperkotaan dalam hal meningkatnya mobilitas masyarakat dalam berlalu lintas. Perilaku dan budaya berubah karena masyarakat cenderung lebih agresif, perilaku pengguna kendaraan bermotor seenaknya dalam berlalu lintas dapat menyebabkan stres dan perilaku agresif yang berujung menyebabkan pelanggaran berlalu lintas. Pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara roda dua yang dimana banyak dilakukan oleh pelajar khususnya pelajar SMA untuk melakukan aktifitasnya sehari-hari. Sampel yang dipilih pada penelitian ini adalah siswa SMA kelas 3 yang rata-rata sudah cukup umur untuk memiliki SIM C. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi para siswa SMA mengendarai sepeda motor tanpa atribut wajib yang lengkap adalah karena tidak adanya sanksi tegas dan dan kurangnya disiplin yang diberikan oleh orang tua. Salah satu bentuk pelanggaran dama mengendarai sepeda motor adalah siswa tidak mau menggunakan helm dan atribut keselamatan lainnya dalam mengendarai sepeda motor. Mbanyak dari mereka yang hanya menggunakan helm ketika ada razia kendaraan. Berikut merupakan salah satu fenomena kecelakaan kendaraan beroda dua yang dialami oleh pelajar SMA :

 

Menurut teori Eric Erikson terdapat 8 tahap perkembangan manusia, remaja berada dalam tahap ke lima yaitu adolesen yang dimulai pada usia 12-20 tahun. Adolesen ditandai dengan adanya kecenderungan identity-Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat.

Kaitannya dengan penelitian ini adalah pelanggaran berkendara yang dilakukan oleh remaja merupakan salah satu bentuk ekstrim dari adanya dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri, sehingga dibutuhkannya perhatian dari lingkungan sekitar untuk mengarahkan pengendara muda (siswa) untuk kebih disiplin berlalu lintas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ‘disiplin’ memiliki arti tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb); ketaatan (kepatuhan) kpd peraturan (tata tertib dsb); bidang studi yg memiliki objek, sistem, dan metode tertentu. Sedangkan berkendara memiliki arti duduk di atas sesuatu yg dinaiki, ditunggangi, dsb. Jadi, disiplin berkendara berarti tata tertib atau kepatuhan pada peraturan dalam mengendarai. Dalam KBBI motivasi berarti dorongan yg timbul pd diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dng tujuan tertentu; Psi: usaha yg dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu krn ingin mencapai tujuan yg dikehendakinya atau mendapat kepuasan dng perbuatannya.

Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan adanya kesadaran dalam ketertiban berkendara, dan juga sebagai referensi untuk peneliti lain bila ingin meneliti hal yang sama.

 

  • Rumusan Masalah
  1. Apakah ada hubungan antara motivasi keselamatan diri dalam berkendara dengan disiplin berlalu lintas pada remaja?
  2. Bagaimana bentuk hubungan antara motivasi keselamatan diri dalam berkendara dengan disiplin berlalu lintas pada remaja?
  3. Apa saja penyebab remaja tidak mematuhi peraturan lalu lintas?

 

  • Tujuan Penelitian
  1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara motivasi keselamatan diri dalam berkendara dengan disiplin berlalu lintas pada siswa SMA. Dan sejauh mana siswa disiplin dalam berlalu lintas ditinjau dari motivasinya
  2. Untuk mengetahui penyebab remaja tidak mematuhi peraturan lalu lintas.

 

 

  • Manfaat Penelitian

 

Diharapkan adanya kesadaran bagi para pengguna lalu lintas khususnya pelajar untuk lebih tertib berlalu lintas dan mengutamakan keselamatan dalam berkendara.

Agar orang tua lebih memperhatikan dan menegaskan kepada anak untuk disiplin dalam berkendara.

Agar sekolah juga memperhatikan dan menerapkan disiplin siswanya yang menggunakan kendaraan sepeda motor ke sekolah.

 

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

  • Disiplin

Menurut James Drever dari sisi psikologis, disiplin adalah kemampuan mengendalikan perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang sesuai dengan hal-hal yang telah di atur dari luar atau norma yang sudah ada. Dengan kata lain, disiplin dari segi psikologis merupakan perilaku seseorang yang muncul dan mampu menyesuaikan diri dengan aturan yang telah ditetapkan.

Menurut Pratt Fairshild dari sisi sosiologi, disiplin terdiri dari dua bagian, yaitu disiplin dari dalam diri dan juga disiplin sosial. Keduanya saling berhubungan satu sama lain, sehingga seseorang yang mempunyai sikap disiplin merupakan orang-orang yang dapat mengarahkan perilaku dan perbuatannya berdasarkan patokan atau batasan tingkah laku tertentu yang diterima dalam kelompok atau lingkup sosial masing-masing. Pengaturan tingkah laku tersebut bisa diperoleh melalui jalur pendidikan dan pembelajaran.

Menurut John Macquarrie dari segi etika, disiplin adalah suatu kemauan dan perbuatan seseorang dalam mematuhi seluruh peraturan yang telah terangkai dengan tujuan tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan :

  • Faktor genetik, yaitu segala sesuatu yang dibawa oleh individu sejak lahir dan terdapat pula keturunan dari orang tua.
  • Faktor lingkungan, lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh besar pada sikap yang dimiliki oleh individu.
  • Faktor sekolah, cara didik dan tata tertib yang berlaku di sekolah juga mam;u mempengaruhi sikap disiplin seseorang. Misalnya, peraturan sekolah yang seharusnya ditegakkan secara tegas malah dibiarkan begitu saja oleh para guru.

 

 

 

  • Motivasi

Menurut Mr.Donald motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Menurut Drs. Moh. Uzer Usman motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan/tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan/keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan.

Menurut Davies, Ivor .K motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.

Prof. Drs. Nasution, motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga anak itu mau melakukan sesuatu.

Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Samsudin (2005) memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan.

 

  • Teori Tentang Subjek Penelitian yang Terkait dengan Variabel

Dalam teori Erik Erikson, siswa SMA kelas 3 termasuk dalam tahap adolescence (remaja) yang dimulai pada usia 18-20 tahun. Perkembangan kognitif mereka terus berlanjut, karena tidak hanya gaya pakaian mereka yang berubah, tapi juga cara dan pola pikir mereka. Walaupun cara berpikir mereka belum matang, namun diantaranya sudah ada yang mampu berpikir abstrak dan penilaian moral yang baik. Walaupun masa remaja memiliki banyak resiko, tapi banyak yang berhasil melaluinya dengan matang. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Pelanggaran lalu lintas merupakan alah satu wujud dari kenakalan dari remaja yang sedang mencari identitas diri.

 

 

 

  • Kerangka Pikir

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tahap remaja merupakan tahap dimana seseorang mulai berkembang tidak hanya secara penampilan dan perubahan bentuk fisik, tapi juga pola pikir dan kognisi mereka. Namun dalam beberapa hal pemikiran remaja tampaknya belum matang. Mereka tampak kasar terhadap orang dewasa, memiliki masalah dalam mengambil keputusan, dan sering berperilaku seakan-akan dunia milik mereka. Menurut psikolog David Elkind (1984, 1998), ketidakmatangan pemikiran remaja tersebut berasal dari kurangnya pengalaman remaja dalam usaha untuk berpikir formal. Cara berpikir ini kemudian mengubah cara mereka memandang dirinya sendiri dan dunia mereka, mereka tidak terbiasa dengan perubahan tubuh mereka, dan terkadang merasa canggung dalam mengguanakannya. ketika mereka mencoba kekuatan baru mereka, mereka kadang-kadang tersandung, seperti bayi belajar berjalan.

Dikaitkannya dengan variabel adalah ketidakmatangan pemikiran remaja dan juga faktor-faktor lainnya (keluarga, lingkungan, sekolah dan lain-lain) mampu mempengaruhi nilai-nilai kebenaran yang mereka punya secara terbatas terhadap pemahaman yang masih terlalu dini untuk mengambil keputusan. Mereka kurang mempertimbangan resiko-resiko yang lebih besar seperti jika terjadi kecelakaan ketika tidak menggunakan pengaman dalam berkendara. Kurangnya pengawasan orang tua, masyarakat, dan kondisi lingkungan mampu mempengaruhi pola pikir remaja dalam berkendara. Sehingga motivasi untuk disiplin dalam berkendara pada remaja rendah.

 

  • Hipotesis

Berdasarkan sumber-sumber dan pengamatan singkat, kurangnya motivasi para siswa SMA untuk disiplin dalam mengendarai sepeda motor. Dapat disimpulkan baha hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara motivasi keselamatan diri dalam mengendarai sepeda motor dengan disiplin berkendara.

 

 

 

 

 

REFERENSI

 

Clavert,Irene.(2007). Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.Diambil tanggal 13-5-2015.

Damayanti, a. f. (2006). hubungan ketakutanakan hukuman dengan disiplin berlalu lintas pada remaja.

Kismi Mubarokah, Y. M. (2013). IMPLIKASI PERAN KONTROL ORANG TUA TERHADAP REMAJA DALAM MEMBUDAYAKAN KESELAMATAN BERKENDARA GUNA MENURUNKAN ANGKA KEJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS.

Lelangyaq, Yodokus Lusius Peu.(2013). HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLISI LALU LINTAS DENGAN PELANGGARAN LALU LINTAS YANG DILAKUKAN REMAJA DI KOTA MALANG.diambil tanggal 13-5-2015

Rakhmani, F. (2013). KEPATUHAN REMAJA DALAM BERLALU LINTAS. SOCIODEV, Jurnal Ilmu Sosiatri.

Ramadhan, Rizky.(2012). PENGGUNAAN SEPEDA MOTOR DI KALANGAN PELAJAR SMA NEGERI DI KOTA BANDUNG. http://www.academia.edu/4462769/Laporan_Penelitian_STUDI_SMA.diambil tanggal 13-5-2015.

Ratnasari, Mutiara. Perkembangan Kepribadian Pada Tokoh Utama dalam Novelet Babalik Pikir Karya Samsoed.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=103911&val=1378.diambil tanggal 13-5-2015.

Serfrienda,Ardiba.(2013). Tahapan Perkembangan Anak-Erik Erikson (tokoh psikologi anak).