hubungan antara relatedness dengan kecanduan media sosial di kalangan remaja

AURELLIA DAYEFIANDRI

1601247256

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

aurellia

Di zaman yang modern ini perkembangan teknologi dari waktu ke waktu semakin canggih ,dan juga disertai dengan perkembangan alat komunikasi yang semakin bervariasi. Misalnya saja pengguna smart phone yang merajalela mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Perkembangan alat komunikasi ini juga di picu karena adanya internet.Pemanfaatan internet sekarang semakin beragam ,mulai dari mengakses dan mempermudah mencari informasi, sebagai media hiburan sampai menjadi media untuk berbisnis .Dan karena mudahnya mengakses internet ini membuat semua kalangan dari anak kecil hingga orang dewasa bisa mengakses internet tanpa batas

Di Indonesia sendiri menurut data yang dihimpun oleh Internet World stat pada 30 juni 2012 mendapati fakta bahwa pengguna internet di Indonesia merupakan terbesar ke 4 di Asia .Hasil survei menunjukkan banyak orang yang bergabung di media sosial karena beberapa sebab ,seperti agar tetap bisa berhubungan dengan teman-teman,adanya perasaan memliki,membutuhkan infomasi dari orang lain,membentuk identitas diri dan ingin mendapat perhatian dari orang lain..KementerianKomunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan bahwa pengguna internet diIndonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial (Kemenkominfo, 2013).

Dalam hal ini hadirnya banyak media sosial seperti path ,instagram ,facebook ,twitter dan yang lainnya dapat menimbulkan banyak dampak positif dan negatif. Dampak positifnya seperti dapat berkomunikasi dengan banyak orang dengan lebih praktis, media sosial juga dapat menjadi sumber penyebaran informasi yang up to date dan juga dapat memperluas jaringan pertemanan dan sebagai media promosi untuk berbisnis.Sedangkan dampak negatif yang bisa timbul seperti Mengurangi interaksi dunia luar secara langsung,berkurangnnya privasi, Cyberbullying ,banyaknya kejahatan melalui media sosial hingga kecanduan.

Peneliti juga melihat bahwa dampak media sosial yang semakin terasa adalah dengan adanya media sosial dapat mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat .Seperti saat sedang berkumpul bersama, sekarang banyak orang yang lebih mementingkan gadget mereka untuk berkomunikasi atau chat dengan orang lain daripada berkomunikasi saat berkumpul bersama

Seperti yang telah di ketahui media sosial sendiri bisa menjadi alat untuk berhubungan dengan orang lain dan menyatu dengan keadaan sekitar.Tak terkecuali untuk kalangan remaja, pemanfaatan media sosial sudah meluas seperti menjadi alat bagi mereka untuk mengeksplorasi kepentingan atau masalah dengan individu yang sama, dukungan akademis, dukungan moral juga memperkuat keterampilan dan pengetahuan komunikasi online mereka

Keadaan seperti itu disebut dengan relatedness, menurut Fromm dalam (Feist & Feist, 2010) diartikan sebagai dorongan untuk menyatu dengan sebuah pribadi atau pribadi-pribadi lainnya.Sementara Baumeister dan Leary (Broeck, Vansteenkiste, De Witte, Lens & Soenens, 2010) mengartikan relatedness sebagai kecenderungan melekat pada individu untuk merasa terhubung dengan orang lain, yaitu untuk menjadi anggota kelompok, untuk mencintai dan peduli, serta dicintai dan diperhatikan . Lavigne, Vallerand, dan Crevier-Braud (Auzoult, 2013), menganggap bahwa relatedness dapat dijelaskan dari cerminan rasa penerimaan (acceptance) yaitu perasaan dipahami dan diterima oleh orang lain, serta rasa keintiman (intimacy), yaitu perasaan melekat secara emosional dengan rekan-rekan.Jadi, dapat disimpulkan bahwa relatedness adalah keinginan dari dalam diri seseorang untuk menyatu dan berhubungan dekat dengan orang lain.

Ketika pemenuhan kebutuhan untuk menyatu dan berhubungan dekat dengan orang lain itu tidak di dapat dengan baik secara langsung,seseorang akan cenderung mencari dan memenuhi kebutuhan tersebut melalui media.

Dikalangan remaja ini bisa dibilang penggunaan media sosial sebagai salah satu kebutuhan yang sangat penting,tidak sedikit remaja yang ketergantungan bahkan kecanduan dengan media sosial seperti path,instagram,facebook dan lainnya. Salah satu alasan mengapa banyak remaja yang ketergantungan dengan sosial media karena mereka menganggap media sosial sebagai salah satu sumber informasi yang up to date,alat komunikasi yang praktis untuk terhubung dengan banyak teman baru, selain itu media sosial juga digunakan sebagai alat bagi mereka untuk mendapatkan perhatian dari orang lain .

Ketika pemenuhan kebutuhan tersebut lebih di dapat melalui media sosial,mereka akan cenderung lebih mengutamakan berinteraksi secara tidak langsung.Hal tersebut dapat berpengaruh kepada prilaku yang tidak mau lepas dengan media sosialny. Tak heran jika banyak orang yang merasa ‘menempel’ pada media sosial dan merasa tak nyaman jika tak mengecek media sosialnya .Pada akhirnya membuat dampak seperti prilaku tidak percaya diri bila tidak membuka ,mengakses dan mengikuti perkembangan informasi yang ada di media sosial hal tersebut pada akhirnya akan berdampak pada prilaku yang tidak mau lepas dengan media sosial yang sedang digunakan.

Kecanduan sendiri dapat di artikan sebagai suatu kondisi dimana individu merasakan ketergantungan terhadap suatu hal yang disenangi pada berbagai kesempatan yang ada akibat kurangnya kontrol terhadap perilaku sehingga merasa terhukum apabila tidak memenuhi hasrat dan kebiasaannya.Sedangkan prilaku kecanduan internet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli jiwa bernama Ivan Goldberg. Jenis kecanduan internet ada tiga yaitu; bermain games yang berlebihan, kegemaran seksual dan e-mail/pesan teks (chatting). menurut( Arthur T .hovart ,1989) Kecanduan adalah”An activity or substance we repeated crave to experience,and for which we are willing if necessary to pay a price(or negative consequence)

Berdasarkan definisi tersebut ,kecanduan adalah aktifitas atau substansi yang berulang yang dapat meninimbulkan dampak negatif.Menurut Lance dodes dalam bukunya yang berjudul “The heart of addiction”)dalam Yee,2002) ada dua jenis kecanduan ,yaitu physcal addiction dan non physcal addiction.phycal addiction adalah kecanduan yang berhubungan dengan alkohol atau kokain dan ,non physical adalah kecanduan yang tidak berhubungan dengan dua hal tersebut.Dalam hal ini kecanduang internet atau media sosial termasuk pada jenis non physical

Oleh sebab itu, mengetahui dan memahami apakah orang-orang tersebut mendapat pemenuhan atau kepuasan kebutuhan relatedness-nya melalui media sosial, dapat menjadi pengetahuan baru tentang bagaimana manusia berinteraksi dan berhubungan secara online khususnya melalui media sosial.Dan apakah pemenuhan relatedness itu mempengaruhi prilaku kecanduan membuat peneliti tertarik untuk menelitii Hubungan relatedness dengan prilaku kecanduan media sosial di kalangan remaja

 

 

1.2       Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara relatedness dengan prilaku kecanduan di kalangan remaja di jakarta barat?

1.3   Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara relatedness dengan prilaku kecanduan di kalangan remaja di jakarta barat?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Relatedness

Variabel independent (bebas) pada penelitian ini adalah Relatedness.Relatedness ini didefinisikan oleh Erich Fromm sebagai kebutuhan untuk tergabung dan menjadi bagian dari sesuatu,dijelaskan sebagai perasaan solidaritas terhadap seseorang atau sekelompok orang. Yang terdiri dari indikator reciprocal relation of a mutually gratifying nature (hubungan timbal balik yang saling memuaskan), empati, pengertian dan kemampuan melakukan komunikasi mendalam

Sementara Baumeister dan Leary (Broeck, Vansteenkiste, De Witte,Lens & Soenens, 2010) mengartikanrelatedness sebagai kecenderungan melekat pada individu untuk merasa terhubung dengan orang lain, yaitu untuk menjadi anggota kelompok,untuk mencintai dan peduli, serta dicintai dan diperhatikan.

Menurut Ryan dan La Guardia (Vlachopoulos & Michailidou, 2006),relatedness mencerminkan keinginan untuk memiliki orang lain merespon dengan kepekaan dan kepedulian akan pengalaman mereka dan seseorang yang menyampaikan hal tersebut ialah mereka yang berarti dan dicintai. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa relatedness merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk menyatu dan melekat dengan oranglain, untuk bisa mencintai dan dicintai, untuk peduli dan memperhatikan orang lain sertadiperhatikan dan dianggap berarti oleh orang lain.

Richer dan Vallerand (1998) mengidentifikasi dua dimensi penting dari relatedness yakni didefinisikan oleh rasa keintiman dan kedekatan antara dua orang atau lebih, juga rasa penerimaan yang mengatakan bahwa individu merasa dipahami dan didengarkan oleh orang-orang. Hal yang sama juga diutarakan oleh Lavigne, Vallerand, dan Crevier-Braud (Auzoult,2013), mereka menganggap bahwa relatedness  dapat dijelaskan dari cerminan rasa penerimaa (acceptance) yaitu perasaan dipahami dan diterima oleh orang lain, serta rasakeintiman (intimacy), yaitu perasaan melekat secara emosional dengan rekan-rekan. Jadi,relatednessterdiri dari dua dimensi utama yaitu keintiman(intimacy) dan penerimaan (acceptance)

 

2.2 Kecanduan

Variabel dependent (terikat) pada penelitian ini adalah prilaku kecanduan atau addiction. kecanduan Kata kecanduan (adiksi) biasanya digunakan dalam konteks klinis dan diperhalus dengan perilaku sendiri dapat di artikan sebagai suatu kondisi dimana individu merasakan ketergantungan terhadap suatu hal yang disenangi pada berbagai kesempatan yang ada akibat kurangnya kontrol terhadap perilaku sehingga merasa terhukum apabila tidak memenuhi hasrat dan kebiasaannyaberlebihan (excessive). Menurut (Yuwanto, 2010) Konsep kecanduan dapat diterapkan pada perilaku secara luas, termasuk kecanduan teknologi komunikasi informasi (ICT)

Menurut( Arthur T .hovart ,1989) Kecanduan adalah”An activity or substance we repeated crave to experience,and for which we are willing if necessary to pay a price(or negative consequence)

Griffiths (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan aspek perilaku yang kompulsif, adanya ketergantungan, dan kurangnya kontrol. Cooper (2000) berpendapat bahwa kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada kesempatan yang ada akibat kurangnya kontrol terhadap perilaku sehingga merasa terhukum apabila tidak memenuhi hasrat dan kebiasaannya

Cromie(1999,dalam Kem,2005) menyebutkan ancaman paling umum saat seseorang kecanduan adalah ketidakmampuannya dalam mengatur emosi.

Jenis Kecanduan

Menurut Lance Dodes dalam bukunya yang berjudul “The heart of Addiction” (dalam Yee, 2006) ada dua jenis kecanduan, yaitu:

Physical addiction, Yaitu jenis kecanduan yang berhubungan dengan alkohol atau kokain.

Nonphysical addiction, Yaitu jenis kecanduan yang tidak melibatkan dua hal di atas (alcohol dan kokain)

Dampak Kecanduan

Beberapa dampak dari kecanduan telepon genggam menurut Yuwanto (2010) antara lain:

Konsumtif, penggunaan telepon genggam dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan penyedia jasa layanan telepon genggam (operator) sehingga membuat individu harus mengeluarkan biaya untuk memanfaatkan fasilitas yang digunakan.

  • Psikologis, individu merasa tidak nyaman atau gelisah ketika tidak menggunakan atau tidak membawa telepon genggam.
  • Fisik, terjadi gangguan seperti gangguan atau pola tidur yang berubah
  • Relasi sosial, berkurangnya kontak fisik secara langsung dengan orang lain.
  • Akademis/pekerjaan, berkurangnya waktu untuk mengerjakan sesuatu yang penting dengan kata lain berkurangnya produktivitas sehingga mengganggu akademis atau pekerjaan.
  • Hukum, keinginan untuk menggunakan telepon genggam yang tidak terkontrol menyebabkan menggunakan telepon genggam saat mengemudi dan membahayakan bagi diri sendiri dan pengendara lain.

 

 

2.4 Kerangka Pemikiran

Sebagai makhluk sosial manusia memiliki kebutuhan akan kehadiran orang lain.kebutuhan untuk di mengerti menyatu dan melekat dengan orang lain,hal itu di sebut dengan Relatedness . Menurut Ryan dan La Guardia (Vlachopoulos & Michailidou, 2006),relatedness mencerminkan keinginan untuk memiliki orang lain merespon dengan kepekaan dan kepedulian akan pengalaman mereka dan seseorang yang menyampaikan hal tersebut ialah mereka yang berarti dan dicintai. Richer dan Vallerand (1998) mengidentifikasi dua dimensi penting dari relatedness yakni didefinisikan oleh rasa keintiman dan kedekatan antara dua orang atau lebih, juga rasa penerimaan yang mengatakan bahwa individu merasa dipahami dan didengarkan oleh orang-orang. Hal yang sama juga diutarakan oleh Lavigne, Vallerand, dan Crevier-Braud (Auzoult,2013), mereka menganggap bahwa relatedness  dapat dijelaskan dari cerminan rasa penerimaa (acceptance) yaitu perasaan dipahami dan diterima oleh orang lain, serta rasa keintiman (intimacy), yaitu perasaan melekat secara emosional dengan rekan-rekan. Jadi,relatednessterdiri dari dua dimensi utama yaitu keintiman(intimacy) dan penerimaan (acceptance)

Orang yang mendapatkan keintiman dan penerimaan diri yang baik dari lingkungannya akan cenderunng lebih senang untuk berinteraksi secara langsung .Membuat mereka tidak terlalu mengutamakan interaksi melalui media sosial.Lain halnya Ketika kebutuhan untuk merasa dekat dan diterima secara langsung itu tidak di dapatkan dengan baik,seseorang akan cenderung untuk memenuhi kebutuhan tersebut melalui cara lain. Salah satunya dengan mencari pemenuhan kebutuhan untuk di cintai melalu media sosial.

Perkembangan media sosial yang semakin maju bisa menjadi alat untuk mempermudah komunikasi dan menciptakan keakraban dengan orang lain .Banyak orang yang merasa melekat secara emosi dengan rekan rekannya melalui media sosial,membuat mereka semakin nyaman dan senang menggunakan media sosial,dan hal itu bisa membuat orang untuk lebih ingin berinteaksi secara tidak langsung ,hal ini di akibatkan salah satunya karena orang merasa akan lebih praktis jika komunikasi itu di lakukan melalui media ,hal itu juga yang akhirnya dapat menjadi faktor pemicu prilaku kecanduan atau ketergantungan dengan media sosial.

Kecanduan sendiri Menurut (Yuwanto, 2010) adalah Konsep kecanduan dapat diterapkan pada perilaku secara luas, termasuk kecanduan teknologi komunikasi informasi (ICT)

Menurut( Arthur T .hovart ,1989) Kecanduan adalah”An activity or substance we repeated crave to experience,and for which we are willing if necessary to pay a price(or negative consequence)

Griffiths (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan aspek perilaku yang kompulsif, adanya ketergantungan, dan kurangnya kontrol. Cooper (2000) berpendapat bahwa kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada kesempatan yang ada akibat kurangnya kontrol terhadap perilaku sehingga merasa terhukum apabila tidak memenuhi hasrat dan kebiasaannya

Suler (1996) menyatakan tanda-tanda kecanduan internet sebagai berikut :

(1) perubahan gaya hidup yang drastic untuk menghabiskan waktu dalm internet yang lebih banyak,

(2) penuh aktifitas fisik secara umum,

(3) sikap mengabaikan kesehatan sebagai akibat aktivitas internet,

(4) menghindari hidup yang penting untuk menghabiskan waktu yang lebih banyak dalam internet,

(5) kurang tidur atau mengubah pola tidur untuk menghabiskan waktu dalam internet yang lebih banyak,

(6) penurunan sosialisasi yang mengakibatkan kehilangan banyak teman,

(7) mengabaikan keluarga dan teman,

(8) menolak memperpanjang waktu yang tidak digunakan untuk internet,

(9) mengidamkan waktu yang lebih pada komputer,

(10) mengabaikan pekerjaan dan kewajiban personal.

 

 

Dalam hal ini ketika seseorang sudah merasa di terima dan dekat dengan orang lain melalui sosial media dapat mempengaruhi prilaku kergantungan atau kecanduan media sosial itu sendiri.karena pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan untuk di terima dan di cintai dengan lingkungannya.

 

KAITAN ANTAR VARIABEL

Relatedness merupakan kebutuhan mendasar setiap orang untuk di terima dan di cintai dengan lingkungannya .ketika seseorang di terima dengan baik di lingkungannya akan mebuat dia merasa lebih nyaman untuk berinteraksi secara langsung dengan orang sekitar tanpa harus menggunakan perantara seperti media sosial .Tapi jika orang tersebut kurang di terima dan di cintai lingkugannya ,mereka cenderung akan berusaha untuk mendapatkan kebutuhan di terima dan di cintai dengan orang lain melalui media ,ketika orang sudah mulai merasa nyaman yang berlebihan dengan media sosialnya akan menyebabkan intensitas penggunaan media sosial lebih meningkat dan membuat ketergantungan dengan media sosial tersebut ,yang pada akhirnya dapat berdampak menjadi kecanduan .

HIPOTESIS

H 1 : Ada nya hubungan antara relatedness dengan kecanduan media sosial di kalangan remaja