Farah Dina – 1601246202 – LE64

DAFTAR ISI

BAB I…………………………………………………………………………………………………………….2

Pendahuluan…………………………………………………………………………………………….2

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………..2

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………5

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………………………..5

BAB II……………………………………………………………………………………………………..6

Tinjauan Pustaka………………………………………………………………………………………..6

2.1 Dukungan Sosial (Social Support)……………………………………………………………..6

2.2 Stres………………………………………………………………………………………………….7

2.3 Ujian Nasional………………………………………………………………………………………9

2.4 Siswa/I SMA kelas 3………………………………………………………………………………x

2.5 Kerangka Berpikir………………………………………………………………………………….xi

REFERENSI…………………………………………………………………………………………….xiii

BAB I

Pendahuluan

 

1.1 Latar Belakang

Generasi muda merupakan penerus yang berperan penting dan mempunyai tanggung jawab yang berat dalam pembangunan bangsa. Karena, baik atau buruknya suatu Negara dilihat dari bagaimana kualitas para generasi mudanya tersebut. Mereka mempunyai beban yang sangat berat, oleh karena itu, mereka harus dilatih dan dipersiapkan sejak dini agar dapat melewati tantangan – tantangan yang harus mereka hadapi dikemudian hari. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk melatih hal tersebut, sudah dimulai dari usia usia sekolah, terutama pada usia remaja. Salah satu kegiatan tersebut ialah Ujian Nasional (UN/ UAN).

Ujian Nasional merupakan salah satu jenis evaluasi yang dibuat oleh pemerintah dalam dunia pendidikan, dan akan diberikan dan dilaksanakan oleh siswa SD, SMP, dan SMA pada tingkat akhir. Terdapat beberapa matapelajaran yang akan diujikan. Dalam ujian nasional, mereka mempunyai standart nilai rata-rata yang akan menentukan LULUS atau TIDAK LULUS-nya siswa dalam jenjang yang mereka tempuh.

Ujian Akhir Nasional sudah diadakan atau dimulai pada tahun 2004-2004, dan pada tahun 2005 sampai sekarang nama ujian tersebut diganti dengan Ujian Nasional (UN). Ujian nasional mempunyai standar nilai dan rata-rata nilai kelulusan. Pada tahun 2008-2010 nilai minimal yang harus didapat oleh siswa per-mata pelajarannya adalah 4.25, dan pada tahun 2011 sampai sekarang nilai minimal yang harus didapat oleh siswa sebesar 4.00. Pada tahun 2008 rata-rata nilai keseluruhan yang didapat oleh siswa minimal 5,25 dan meningkan menjadi 5.50 pada tahun 2009 sampai sekarang.Mata pelajaran yang di-UN kan setiap tingkatan berbeda- beda, 3 mata pelajaran untuk tingkat sekolah dasar, 4 mata pelajaran untuk tingkat sekolah menegah pertama, dan 6 mata pelajaran untuk tingkat sekolah menengah ataa.

 

Dengan melaksanakan Ujian Nasional, semua siswa akan terpacu ataubersemangat untuk belajar dengan giat dan bekerja keras.Dalam menghadapi ujian nasional, para siswa sudah mulai mempersiapkannya dengan belajar jauh-jauh hari sebelum ujian nasional tiba sehingga ketika mendekati hari ujian nasional mereka tinggal mengulang saja. Cara yang dilakukan oleh para siswa untuk menghadapi ujian nasional sepertimasuk dalam bimbingan belajar di luar sekolah mengikuti tambahan pelajaran yang diberikan sekolah, mendatangkan guru les ke rumah, dan mengikuti try out yang diadakan di sekolah dan juga menjaga kondisi tubuh. Sehingga dengan persiapan tersebut para siswa siap menghadapi ujian nasional secara fisik ataupun mental.

Tetapi, dalam pelaksanaannya banyak siswa yang belum siap secara mental dalam menghadapi ujian nasional tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei yang diungkapkan oleh psikolog Hellen Damayanti (2015), tingkat stres para pelajar di Indonesia mencapai 44,24% menjelang ujian nasional. Hal itu dikarenakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru sekolah dan persiapan ujian nasional, dan 12,76% stress disebabkan karena takut akan tidak naik kelas atau lulus ujian nasional.

Dari hasil survei tersebut masih banyak siswa yang stres ketika menjelang Ujian Nasional. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh tekanan-tekanan dari luar maupun dari dalam siswa tersebut. Tekanan dari luar bisa dari orang tua, guru, pemberitaan di media elektronik maupun media cetak. Orang tua selalu menginginkan hal yang terbaik untuk masa depan anaknya, terkadang orang tua terlalu mendorong anaknya untuk mencapai nilai yang tebaik sehingga anak menjadi terbebani untuk berprestasi dan lulus dengan nilai yang baik. Guru juga menginginkan agar anak muridnya mendapatkan nilai yang terbaik, dapat meninggikan nama baik sekolah tersebut, dan juga pemberian tugas yang banyak kepada muridnya. sedangkan tekanan dari media cetak berupa informasi atau pemberitaan yang dapat membuat anak stress, seperti banyaknya siswa yang tidak lulus ujian ditahun sebelumnya, seorang anak yang bunuh diri karena tidak lulus ujian, dan sebagainya. Tekanan dari individu sendiri juga sangat berpengaruh, seperti menginginkan nilai yang perfect atau sempurna, ketakutan akan tidak lulus, memikirkan akan melanjutkan ke sekolah mana dan sebagainya.

Stres merupakan suatu kondisi yang dialami individu dimana individu tersebut merasa dalam situasi yang penuh dengan tekanan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, stres merupakan suatu gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar, atau dapat disebut juga ketegangan. Menurut Robbins (2001) stress merupakan suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Menurut Sarafino (1994) stress merupakan suatu kondisi yang muncul ketika individu berhubungan dengan lingkungannya, individu tesebut merasakan ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan situasionaldengan sumber daya biologis, Psikologis, dan sosial yang dimilikinya.

Stres juga dapat memberikan efek yang tidak baik bagi tubuh kita. Sarfino (1994) mengatakan, stress dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu : stres sebagai stimulus, stres sebagai respon, dan stres sebagai interaksi antara individu dan lingkungan. Dari ketiga sudut pandang tersebut apabila dilihat dari individu yang mengalami stres, sudut pandang pertama, pusat perhatiannya ialah respon individu tersebut terhadap hal yang menurutnya menjadi stressor (hal yang mendatangkan stress), dari sudut pandang yang kedua, respon individu terhada stressor dapat mempengaruhi aspek Psikologis, seperti : pola pikir, emosi dan perasaan, dan dari sudut pandang yang terakhir, stres dapat mempengaruhi aspek fisiologis yaitu jantung berdebar- debar, mulut menjadi kering, perut mulas, badan berkeringat, dan sebagainya. Menurut Rini (dalam Mumtahinna, n.d) Stres dapat berdampak pada interaksi interpersonal, orang yang sedang stress akan lebih sensitive dibandingkan dengan yang tidak. Cooper (Smeth, 1994) mengatakan bahwa stres sebagai suatu respon tidak selalu dapat dilihat, hanya akibatnya saja yang dapat dilihat.Dalam hal ini, harus ada upaya yang dilakukan untuk meringankan beban para siswa agar tingkat stres pada siswa dapat berkurang dan tidak menimbulkan efek negatif.

Dukungan sosial ialah bantuan yang diperoleh individu yang berasal dari orang yang memiliki hubungan dekat dengan individu tersebut. Pemberian dukungan sosial dari orang yang mempunyai hubungan yang dekat dengan individu dapat memberikan ketenangan pada individu tersebut. Bentuk dukungan yang diberika bisa berupa informasi seperti saran dan nasehat, materi seperti pemberian suatu hal untuk mencukupi kebutuhan seperti sandang, pangan dan papan, ataupun prilaku tertentu yang dapat menimbulkan perasaan disayangi, diperhatikan, pada individu yang menerima dukungan sosial tersebut. Pierce (Kail and Cavanaug, 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber emosional, informasional atau pendapingan yang diberikan oleh orang- orang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari- hari dalam kehidupan. House (1994), dukungan sosial diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu

  1. Dukungan emosional, seperti menunjukan rasa empati dan perhatian terhadap individu tersebut,
  2. Dukungan Penghargaan,
  3. Dukungan Instrumental, dan
  4. Dukungan informative seperti pemberian nasihat, saran, informasi, dan sebagainya.

Seorang siswa diharapkan mendapatkan dukungan sosial dari orang- orang terdekatnya. Dukungan sosial dapat memungkinkan menurunkan tingkat stress pada siswa yang akan menjalani ujian nasional. Karena bentuk dukungan sosial seperti nasuhat pemberian bantuan memberikan perhatian, menanggapi persoalan yang megganggu pada siswa dapat meringankan beban siswa tersebut. Pemberian dukungan sosial terhadap siswa yang akan menjalani Ujian Nasional juga sangat diperlukan, hal tersebut agar menumbuhkan rasa diperlukan, dihargai, diperhatikan, disayangi, dan ditolong oleh orang terdekat mereka, sehingga emosi pada siswa tersebut akan mulai berkurang ,dan menjadi lebih positif dalam menaggapi tekanan- tekana yang ia terima dan akan menimbulkan motivasi pada dirinya untuk belajar dengan giat. Apabila siswa tidak mendapatkan dukungan sosial, ia akan merasa cemas, resah, tidak mempunyai tumpuan dalam mencurahkan permasalahannya sehingga dapat memungkinkan meningkatkan stres yang sudah di alami oleh siswa tersebut.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh, Hartanti (2002) menyimpulkan bahwa individu yang mendapatkan dukungan sosial dari keluarga secara berulangkali, merasakan berkurangnya kelelahan emosional dan menjadi bersikap positif. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa individu yang memiliki dukungan sosial yang baik maka dapat mengurangi emosi dan dapat bersikap positif dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan Psikologis, sehingga tidak mudah mengalami stres.

1.2 Rumusan Masalah

 

  1. Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial terhadap tingkat stress pada siswa SMA menjelang Ujian Nasional ?

1.3 Tujuan Penelitian

 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan andatar dukungan sosian denga tingkat stress pada siswa SMA menjelang Ujian Nasional (UN)

BAB II

Tinjauan Pustaka

 

2.1 Dukungan Sosial (Social Support)

 

Gottlieb (dalam Kuntjoro, 1983) Dukungan sosial atau social support merupakan suatu informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan atau tingkah laku yang diberikan orang-orang terdekat dengan individu di dalam lingkungan sosialnya yang dapat memberikan keuntungan emosional yang berpengaruh dengan tingkahlaku individu tersebut. Sarason (dalam Kuntjoro, 1983) mengatakan bahwa “dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita”. Lanjut Sarason (dalam Kuntjoro,1983) dukungan sosial selalu mencakup dua hal, yaitu :

  • Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia. (pendekatan yang b erdasarkan kuantitas)
  • Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima. (pendekatan yang berdasarkan kualitas)

Menurut pendapat Sheridan & Radmacher (dalam Sari, 2011), ia berpendapat bahwadukungan sosial merupakan suatu transaksi interpersonal yang melibatkan aspek-aspek informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental.

 

Menurut Stanley (dalam Sari, 2011) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan sosial, yaitu :

  1. Kebutuhan Fisik

Kebutuhan fisik yang dimaksud disini ialah kebutuhn untuk sandang, pangan, dan papan, Apabila 3 kebutuhan tersebut tidak tercukupi maka individu tersebut kurang mendapatkan dukungan sosial.

  1. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan sosial yang dimaksud disini ialah kebutuhan aktualisi diri atau pengakuan diri. Apabila individu tersebut memiliki aktualisasi diri yang baik maka individu tersebut lebih di kenal di oleh orang lain.

  1. Kebutuhan Psikis

Kebutuhan psikis disin ialah kebutuhan untuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religius. Kebutuhan tersebut sangat tidak dimungkinkan akan terpenuhi tanpa adanya bantuan dari orang lain.

 

Menurut Sarafino (dalam Ristianti, 2008) dukungan sosial merupakan suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, bantuan yang diterima oleh individu dari orang lain ataupun kelompok. Lanjutnya Sarafino (dalam Ristianti, 2008) terdapat beberapa bentuk dari dukungan sosial, yaitu :

  1. Emotional Support (Dukungan Emosional)

Bentuk bantuan dengan memberikan kehangatan, kasih sayang, perhatian, kepercayaan dan juga pengungkapan simpati.

  1. Esteem Support (Dukungan Penghargaan)

Bentuk bantuan dengan memberikan penilaian yang bersifat positif terhadap pendapat ataupun prilaku individu.

  1. Tangible or Instrumental Support (Dukungan Instrumental)

Bentuk bantuan yang bersifat langsung, seperti meminjamkan suatu barang atau uang, atau juga membantu individu tersebut dalam melakukan pekerjaan.

  1. Informational Support (Dukugan Informasi)

Bentuk bantuan seperti memberikan nasehat, informasi, umpan balik mengenai apa yang sebaiknya dilakukan oleh individu yang membutuhkan.

  1. Network Support (Duukungan Jaringan Sosial)

Bentuk bantuan dengan mengikut sertakan individu tersebut bergabung dengan suatu keompok yang memiliki persamaan minat dan aktivitas sosial.

 

2.2 Stres

 

Menurut WHO (2015), merupakan respon seseorang dalam menunjukan perasaannya terhadap suatu pekerjaan ketika sedang dibawah tekanan yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan mereka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, stress merupakan ganguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar. Menurut Handoko (dalam Zulfikar, A., et.al,2011) Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang dapat mempengaruhi proses berpikir dan emosi seseorang.

Selye (dalam Mumtahinnah, n.d) mendefinisikan stress merupakan respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau permasalahan yang dihadapinya. Marks, Murray, Evan, et.al (dalam Vietha, 2013) Stres merupakan suatu kondisi ketika individu berada dalam situasi yang penuh dengan tekanan.

Menurut Rice (dalam Kusuma, n.d) terdapat tida definisi stres yang berbeda, yaitu :

  1. Stres selalu mengarah pada tiap kejadian yang dapat menyebabkan seseorang dapat merasa tertekan. Kondisi yang dapat menimbulkan stress disebut stressor.
  2. Stres menrupakan bagian internal dari mental, termasuk didalamnya adalah emosi, pertahanan diri, interpretasi dan proses coping.
  3. Stres mengarah pada physical reaction dalam mengatasi permasalahan atau gangguan.

Syle (dalam Kususma, n.d) menggolonkan stress menjadi dua golongan bedasarkan presepsi individu terhadap stress, yaitu distress dan eustress. Eustress merupakan stres yang bersifat positif, konstruktif, dan sehat.

Girdano (dalam kusuma, n.d) terdapat tiga jenis dari faktor stress, yaitu :

  1. Psychososial Stress (Stres Psikososial)

Stres psikososial ialah stres yang disebabkan oleh tekanan dari lingkungan sosial sekitar.

  1. Bioecological Stress ( Stres Bioekologikal )

Stres bioekologila merupakan stress yang disebabkan oleh dua hal, yaitu Ecological yang disebabkan oleh lingkungan sekitar, dan biological yang disebabkan oleh kondisi fisik tubuh.

  1. Personality Stress (Stress Kepribadian)

Stres kepribadian ini merupakan stress yang disebabkan oleh permasalahan yang dialami oleh individu itu sendiri.

Terdapat 3 model stress menurut, Cox (dalam Zulfikar et,al

,2011), yaitu :

  1. Respone-based model

Pada model stress ini, mengacu sebagai gangguan kejiawaan dan respon psikis yang muncul pada situasi tersebut. Pusat perhatian pada modell ini ialah bagaimana stressor yang berasal dari peristiwa lingkungan berbeda-beda tetapi dapat menghasilkan stressor yang sama.

  1. Stimulus-based model

Pada model ini focus pada 3 karakteristik penting dari area stimuli, yaitu

  • Overload : ketika stimulus secara intens dan individu tidak dapat mengadaptasi lebih lama lagi
  • Confict :ketika sebuah stimulus membangkitkan dua taau lebih respon-respon yang tidak berhubungan.
  • Uncontrollability : merupakan peristiwa yang tidak tergantung situasi pilaku yang menunjukan tingkat stress yang tinggi.
  1. Interactional model

Merupakan perpaduan Response-based model dan Stimulus-based model.

Sumber-sumber stress menurut Sarafno (dalam Mumtahinnah, n.d), yaitu :

  1. Sumber stres dalam diri individu
  2. Sumber stres di dalam keluarga
  3. Sumber stress di dalam komunitas atau lingkungan sosial
  4. Sumber stress dalam pekerjaan
  5. Sumber stress yang berasal dari lingkungan.

Menurut Rini (dalam Mumtahinnah, n.d) Stres dapat berdampak terhadap munculnya masalah- masalah lain, yaitu :

  • Berhubungan dengan kesehatan, seperti menurunnya keseimbangan tubuh.
  • Berhubungan dengan Psikologis, seperti menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terus-menerus.
  • Interaksi interpersonal, individu yang stress cenderung sangat sensitive terhadap segala hal, ia dapat menghubungkan segala sesuati dengan dirinya.

 

2.3 Ujian Nasional

 

Ujian Nasional merupakan salah satu jenis evaluasi yang dibuat oleh pemerinta dalam dunia pendidikan, yang akan diberikan dan dilaksanakan oleh pemeritah pada siswa tingkat akhir pada jengjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan juga Sekolah Menengah Atas. Tujuan Ujian Nasional menurut Kemdikbud salah satunya untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan, Hasil dari ujian nasional juga dapat digunanakan untuk melihat pemerataan mutu pendidikan. Menurut Teuku ramly Zakaia (dalam KEMDIKBUD, 2013) ia mengatakan “Meningkatkan mutu pendidikan itu sangat penting dan berkaitan erat dalam rangka peningkatan mutu SDM”.

Dalam prakteknya, ujian nasional mempunyai standar nilai tersendiri, seorang siswa dikatakan lulus apabila nilai per-mata pelajaran yang di ujiankan minimal 4,00, dan nilai rata-rata keseluruhan dari mata pelajaran yang di ujiankan minimal 5,00. Mata pelajaran pada yang di ujiankan, yaitu :

  • Untuk tingkat Sekolah Dasar
    • Bahasa Indonesia
    • Matematika
    • Ilmu Pegetahuan Alam
  • Sekolah Menengah Pertama
    • Bahasa Indonesia
    • Bahas Inggris
    • Matematika
    • Ilmu Pengetahuan Alam
  • Sekolah Menengah Atas

 

  • Bahasa Indonesia
  • Bahasa Inggris
  • Matematika
  • Fisika (IPA)
  • Kimia (IPA)
  • Biologi (IPA)
  • Ekonomi (IPS)
  • Geografi (IPS)
  • Sosiologi (IPS)

Pada awalnya ujian nasional merupakan salah satu standar yang menentukan lulus atau tidak lulus-nya seorang siswa, tetapi berbeda pada sistem tahun 2015 ini. Pada tahun 2015 ini, ujian nasional bukan lagi menjadi syarat kelulusan, tetapi hanya bertujuan untuk evaluasi saja.

2.4 Siswa/I SMA kelas 3

Kelas 3 SMA merupakan tahap terakhir dari jenjang sekolah menengah atas, setelah lulus sma, mereka akan melanjuatkan ke tahap selanjutnya yaitu perkuliahan. Siswa sma kelas 3 mempunyai tekanan yang sangat banyak dibandingkan dengan siswa sekolah dasar kelas 6 dan sekolah menengah atas kelas 3, walaupun mereka sama-sama menghadapi ujian nasional. Dilihat dari banyaknya matapelajaran yang di ujiannkan, siswa siswi sma menghadapi ujian yang lebih banyak yaitu 6 matapelajaran, setelah ujian nasional mereka akan mencari perguruan tinggi dan ujian tes masuk perguruan tinggi- perguruan tinggi yang secara berbarengan dalam 1 tes maupun yang sendiri- sendiri. Berbeda dengan sd dan smp yang dapat menggunakan nem hasil ujian nasional mereka untuk mendaftarkan ke sekolah negri yang sesuai.

Siswa siswi kelas 3 rata- rata berusia 17 sampai 18 tahun atau dapat dikatakan sudah masuk pada tahap perkembangan remaja akhir. Menurut Sarwono (2006) remaja akhir atau dapat dikatakan late adolescence merupakan masa transisi dari masa remaja ke dewasa awal yang ditandai dengan beberapa karakteristik, yaitu :

  • Minat makin menetap terhadap fungsi intelek
  • Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah
  • Mempunyai ego untuk mencari kesempatan dan pengalaman baru
  • Mulai menyeimbangkan antara kepentingan sendiri dan orang lain
  • Mulai memisahkan diri pribadinya dan masyarakat umum.

Pada tahap remaja akahir ini, remaja sudah lebih mampu untuk mengendalikan emosinya, walaupun sedang mengahadapi masalah atau mengalami depresi. Apabila emosi yang dialaminya diperlihatkan, perilaku mereka akan menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.

 

2.5 Kerangka Berpikir

 

FARAH DINA

Stres merupakan respon tubuh dalam menghadapi suatu permasalahan atau pertentangan yang tidak sesuai dengan keahlian dan kemampuan individu. Individu yang sedang mempunyai suatu permasalahan yang sulit untuk di selesaikan dan menjadi tekanan untuk dirinya, ia pasti akan membutuhkan oranglain untuk menjadi teman untuk bercerita, meminta bantuan, pendapat ataupun dorongan. Dukungan sosial atau social support suatu bentuk bantuan yang didapat oleh individu yang diperoleh dari individu lain yang mempunyai hubungan dekat dengan individu tersebut dengan bentuk hubungan interpersonal.Pemberian dukungan sosial dari orang yang mempunyai hubungan yang dekat dengan individu dapat memberikan ketenangan pada individu tersebut. siswa siswi sma kelas mempunyai beban yang sangat berat karena mereka harus menghadapi ujian- ujian yang banyak seperti ujian sekolah, ujian nasional, dan ujian-ujian untuk masuk ke perguruan tinggi. Belum lagi mereka masih mempunya tugas- tugas sekolah dan mengikuti tambahan pelajaran di dalam sekolah ataupun di luar sekolah. Mereka membutuhkan dukungan- dukungan dari kerabat terdekatnya agar mereka dapat menjalani tugas- tugasnya dengan baik dan tidak stres.

REFERENSI

Sari, K. (2011). Konsep Dukungan Sosial. Retrieved from (http://artidukungansosial.blogspot.com/2011/02/teori-dukungan-sosial.html)

Marboen, A (2015). 44 Persen Remaja Stress dan Galau Hadapi Ujian. Retrieved from (http://www.antaranews.com/berita/483300/44-persen-remaja-stress-dan-galau-hadapi-ujian)

Bektiyono. (2015). Psikolog: Menjelan UN, Tingkat Kegalauan dan Stress Pelajar Sangat Tinggi. Retrieved from (http://pendidikan.gemaislam.com/psikolog-menjelang-un-tingkat-kegalauan-dan-stress-pelajar-sangat-tinggi/)

Kumolohadi, R. (2007).Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Stress Menjelang Ujian Nasional Pada Siswa SMU N 1 Tegal. Naskah Publikasi, 1-25.

Ristianti, A. (n.d). Hubungan Antara Dukungan Sosian Teman Sebaya dengan Identitas Diri Pada Remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta. 1-28.

Kuntjoro, Z. (2002). Dukungan Sosial Pada Lansia. Retrieved from (http://www.e-psikologi.com/artikel/lanjut-usia/dukungan-sosial-pada-lansia)

Ismail, A. (2008). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Ibu Dari Anak Autid. Skripsi. 1-67.

WHO. (2015). Stess at the Workplace. Retrieved from (http://www.who.int/occupational_health/topics/stressatwp/en/)

Setiawan, E. (2015). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Retrieved from (http://kbbi.web.id/stres)

Zulfikar, A., et.al, (2011). Stress Pada Siswa SMA Menjelang Ujian Akhir Nasional. Retrieved from (http://psilingkungan-mimiilmiyati.blogspot.com/2011/04/stres-pada-siswa-sma-menjelang-ujian.html)

Kususma, I. (n.d). Gambaran hubungan stress terhadap nyeri pada gigi, 1-10.

Zulfikar, A., Pramesti, W. & Ilmiyati M. (2011). Stress Pada Siswa SMA Menjelang Ujian Akhir Nasional. Retrieved from (http://psilingkungan-mimiilmiyati.blogspot.com/2011/04/stres-pada-siswa-sma-menjelang-ujian.html)

Vietha, C., Amalia, N., Risqiawan W., & Ratnasari, W. (2013). Makalah Psikologi Kesehatan tentang Stres. Makalah. 1-11.

Mumtahinnah, N. (n.d). Hubungan Stres Dengan Agresi Pada Ibu Rumah Tangga yang Tidak Bekerja. Jurnal. 1-16.

Sidiknas. (2013). Peningkatan Mutu Pendidikan dan SDM. Retrieved from (http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/node/1215)

Wikipedia. (2015). Ujian Nasional. Retrieved from (http://id.wikipedia.org/wiki/Ujian_Nasional#Jenis_ujian_semasa_waktu)

(n.d).Hubungan antara faktor kepribadian dengan perilaku merokok. Retrieved from (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-jokobenyar-5776-2-babii.pdf)