Pernah berada dalam sebuah situasi dimana anda dijadikan bahan becandaan? Ada yang cuek saja? Tapi ada yg pernah merasa kesal? Merasa dipermalukan? Karena candaannya tidak lucu, atau bisa jadi situasi yang sama terjadi mungkin tak hanya sekali tapi berkali-kali?

Yang menjadi bahan olokan mungkin sebenarnya bukan hal besar, tetapi kita merasa berat hati jika perkara yang tidak besar itu jadi bahan olokan. Apalagi didalamnya ada unsur fitnah (sesuatu yang tidak terbukti kebenarannya). Lalu yang kadang bikin lebih kesal lagi, pelaku adalah orang yang menurut kita tak pantas melakukan perilaku semacam itu. Namun yang terjadi justru sebaliknya, dan juga berkali-kali. Disatu sisi mungkin kita mendapat kesimpulan yakni, “Oh, memang seperti itu orangnya” sehingga sudah seyogyanya jadi permakluman kits semua; namun disisi yang lain juga membuat semakin kesal, karena seperti yang diutarakan sebelumnya, in my point of view seorang pelaku tsb menurut kitabseharusnya sudah cukup paham bahwa humiliating others adalah hal yang tidak pernah patut dilakukan, dan andaikan itu sebatas guyonan pun, tidak ada guyonan yang pantas dilakukan if it intended to hurt someone. Andai ini diperpanjang dengan, “kan aku gak berniat menyakiti perasaan siapapun?” artinya orang tersebut tidak cukup berpengetahuan dan berhati nurani. Humor is subjective. Yang lucu buat anda, belum tentu lucu buat saya.

Saya yakin hampir semua orang pernah merasa kesal, entah itu karena berbagai hal atau karena merasa being humiliated . Menurut kepercayaan yang saya anut, konon ketika kesal melanda maka jika kita berdiri duduklah, jika duduk berbaringlah. Ini konon meredakan kekesalan.

Apa sih yang dimaksud dengan being humiliated? Apa itu humiliation? Apa itu dipermalukan?

Berikut definisi dari humiliation, yang saya kopikan dari sini.

Definitions:

  1. Feeling      disrespected.
  2. A loss      of stature or      image.
  3. An      image change reflecting a decrease in what others believe about your      stature.
  4. Induced      shame
  5. To      reduce the pride      or fail to recognize the dignity of another
  6. An      event perceived to cause loss of honor and induce shame.
  7. Feeling      powerless.
  8. Being      unjustly forced into a degrading position.
  9. Ridicule,      scorn, contempt or other treatment at the hands of others.

Root: from Latin humilis, low, lowly, from humus, ground. Literally, “reducing to dirt”.

Jadi, ada banyak hal yang bisa menjelaskan dan menjadi contoh apa itu humiliation. Mulai dari rasa tidak dihormati, direndahkan, dibuat malu, kehilangan muka, membuat gambaran tentang siapa kita (tentu dalam makna peyoratif) berubah, membuat tidak bedaya, dan seterusnya. Seperti yang saya rasakan tadi. Saya merasa dipermalukan, dipermainkan, tidak dihargai, dan difitnah, dijadikan bulan-bulanan.

Masih menurut sumber yang sama, berikut beberapa sinonim dari humiliation:

“Synonyms include losing face, being made to feel like a fool, feeling foolish, hurt, disgraced, indignity, put-down, debased, dejected, denigrated, dishonored, disrespected, dis’ed, defamed, humbled, scorned, slighted, slurred, shamed, mortified, rejected, being laughed at.”

Dan berikut bentuk-bentuk humiliation yang bisa saja terjadi (sumber: disini)

Humans have many ways to slight others and humiliate them. For example:

  • Overlooking      someone, taking them for granted, ignoring them, giving them the silent      treatment, treating them as invisible, or making them wait unnecessarily      for you,
  • Rejecting      someone, holding them distant, abandoned, or isolated,
  • Withholding      acknowledgement, denying recognition, manipulating recognition,
  • Denying      someone basic social amenities, needs, or human dignity,
  • Manipulating      people or treating them like objects (it) or animals, rather than as a      person (thou).
  • Treating      people unfairly,
  • Domination,      control, manipulation, abandonment,
  • Threats      or abuse including: verbal (e.g. name calling), physical, psychological,      or sexual,
  • Assault,      attack, or injury
  • Reduction      in rank, responsibility, role, title, positional power, or authority,
  • Betrayal, or being      cheated, lied to, defrauded, suckered, or duped,
  • Being      laughed at, mocked, teased, ridiculed, given a dirty look, spit on, or      made to look stupid or foolish.
  • Being      the victim of a practical joke, prank, or confidence scheme.
  • False      accusation or insinuation,
  • Public      shame, disrespect, or being dis’ed, downgraded, defeated, or slighted
  • Forced      nakedness,
  • Rape or      incest,
  • Seeing      your love interest flirt with another, induced jealousy, violating your      love interest, cuckolding,
  • Seeing      your wife, girlfriend, sister, or daughter sexually violated,
  • Dishonor,
  • Poverty,      unemployment, bad investments, debt, bankruptcy, foreclosure,      imprisonment, homelessness, punishment, powerlessness,
  • Denigration      of a person’s values,      beliefs,      heritage, race, gender, appearance, characteristics, or affiliations,
  • Dependency,especially on weaker people,
  • Losing      a dominance      contest. Being forced to submit.
  • Trespass such      as violating privacy or other boundaries,
  • Violating,      denying, or suppressing human rights

Ternyata banyak ya bentuknya… Semoga ini bisa membuat kita lebih hati-hati supaya dapat lebih menjaga sikap pada manusia lain.

illustration_bullying

Nah, jika humiliation ini terjadi ditempat kerja, bisa-bisa menjadi apa yang disebut sebagai workplace bullying. Menjadikan rekan sebagai olok-olokan, merendahkan walau dengan maksud humor apalagi terus diulang, merupakan bentuk-bentuk bullying. Workplace bullying ini adalah sesuatu yang berpengaruh negatif terhadap individu, dan tentu saja berpengaruh yang tidak baik pula untuk kinerja organisasi/perusahaan. Coba bayangkan jika korban kemudian merasa sangat malu, terluka, hingga dia tidak bisa bekerja dengan benar. Apa jadinya kemudian?

“No one can make you feel inferior without your consent.”

Eleanor Roosevelt

Saya sangat setuju pada sitasi Roosevelt diatas. Tak ada satupun didunia yang mampu membuat kita merasa inferior kecuali kita yang mengijinkannya. Cuekin saja, masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Anggap saja orang yang menyakitkan tersebut orang gila, khilaf, yang pantas kita belaskasihani.

Namun, tidak selalu kita bersikap acuh. Tidak selamanya manusia berada pada keadaan dan situasi hati yang sama. Apalagi ketika ranahnya ada dalam lingkup tempat kerja.

Efek bagi individu yang mengalami workplace bulliying memang beragam. Bisa seperti saya yang paling kesal sebentar dan besok sudah lupa, namun ada juga yang hingga mengalami stress, depresi, masalah pencernaan, mengalami masalah kecemasan, ganguan tekanan darah, masalah dalam hubungan interpersonal, insomnia, hingga post-traumatic syndrom disorder.

Sementara itu efek bagi organisasi atau perusahaan tentu tidak kalah besar. Mulai dari angka turnover yang meningkat, sementara investasi untuk mencari karyawan baru bukanlah sesuatu yang murah. Berkurangnya produktivitas karena bisa motivasi bekerja yang menurun. Menurunnya inovasi, karena pelaku bully lebih tertarik untuk alih-alih berpikir untuk memajukan perusahaan, justru bagaimana membuat olokan untuk temannya, dan korban bully pun menjadi malas untuk mengemukakan idenya. Yang tidak kalah besar efeknya adalah, dengan situasi kerja seperti ini, pekerja berkualitas mana yang akan betah dan tertarik untuk bekerja pada organisasi atau perusahaan yang membiarkan bullying seperti ini?

Maka, mengenali dan mencegah serta menghentikan segala bentuk bulliying adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh semua orang ditempat kerja. Dan, menyambung curhatan saya diawal, jokes atau guyonan juga bisa jadi masuk dalam kategori bullying, lho.

Oke, semoga tulisan saya bermanfaat bagi yang lain dalam menghentikan segala bentuk bullying. Yang jelas, ternyata menulis sangat bermanfaat dalam meredakan kekesalan hati saya.

Untuk menutup, saya ingin mengulang mengutip sebuah tulisan yang menarik dari Irby Jackson:
humor itu subjektif, kawan. Melucu memang bisa dilakukan siapa saja, namun hanya mereka yang melakukannya disaat yang tepat, menggunakan kecerdasan, dan juga memiliki kesadaran akan sifat manusia lah yang akan sukses.

Image

*tulisan ini juga dimuat dalam blog pribadi penulis: katagita.com