Pada hari Sabtu, 23 Mei 2015 lalu, diadakan sebuah seminar yang merupakan kuliah umum dari mata kuliah Psikologi Perkembangan dengan materi tahap perkembangan Early Adulthood.

Masa Early Adulthood merupakan masa bagi seorang individu banyak memutuskan keputusan besar. Keputusan – keputusan besar itu berkaitan dengan rencana – rencana masa depan seperti karir dan hubungan asmara. Pada urusan karir, mereka mulai mencari pekerjaan, memiliki pendirian pada karir, dan mengembangkan karir. Sedangkan, untuk hubungan asmara, orang – orang mulai memilih pasangan hidup dalam konteks yang lebih serius.

Seperti yang dijelaskan oleh tokoh Erik Erikson tentang teori Psikososial yang ia kemukakan, bahwa pada masa Early Adulthood terdapat salah satu tahap perkembangan sosio-emosional yaitu, Intimacy Vs Isolation. Intimacy terjadi dimana seseorang mengembangkan hubungan intim dengan pasangannya. Dalam keadaan tersebut, mereka kehilangan diri mereka sekaligus menemukan diri mereka pada diri orang lain. Tetapi apabila seseorang mendapat tahap yang sebaliknya, yaitu isolation maka, dia akan sulit atau bahkan tidak mengembangkan hubungan yang intim dengan siapapun.

Bentuk nyata dari pengembangan hubungan intim atau intimacy dengan pasangan di usia dewasa muda adalah pernikahan. Pernikahan merupakan suatu pengembangan hubungan intim yang sangat lazim, terutama di Indonesia. Secara umum, pernikahan merupakan pasangan heteroseksual yakni, pria dan wanita.

Pencarian pasangan hidup untuk dibawa ke jenjang pernikahan bukanlah suatu perkara yang mudah. Individu seringkali mengalami kesulitan untuk mendapat pasangan hidup. Sehingga tak jarang, banyak diantara mereka yang menyerah dan bahkan putus asa.

Menurut pembicara dari seminar tersebut, yakni CEO setipe.com yang bernama Razi Thalib, apabila seseorang mengalami kesulitan dalam mencari pasangan hidup, maka ia menyarankan 3 cara. Cara yang pertama yaitu meminta bantuan orang tua. Orang tua merupakan agen sosial yang sangat berperan dalam kehidupan individu. Orang tua sangat mengerti mana dan siapa yang terbaik bagi sang anak. Tetapi, apabila cara pertama tidak memberikan hasil yang diinginkan, Razi menyarankan cara yang kedua. Cara kedua adalah meminta bantuan lewat orang – orang yang dipercaya oleh orang tersebut. Karena menurut beliau, orang – orang yang dipercaya akan lebih mudah dalam memahami pasangan seperti apa yang dibutuhkan. Namun apabila cara kedua tidak berhasil juga, Razi memberi cara alternatif lain yakni lewat situs setipe.com

Situs setipe.com merupakan sebuah situs yang membantu seseorang menemukan pasangan atau sekedar relasi dalam bersosialisasi dengan persentase kecocokan. Persentase kecocokan didapatkan melalui hasil akumulasi dan simpulan jawaban – jawaban dari pertanyaan yang ditampilkan di situs setipe.com. Pertanyaan yang diberikan tidaklah dalam jumlah yang sedikit. Pertanyaan – pertanyaan tersebut juga sebagai bentuk tes kepribadian seseorang.

Persentase kecocokan bukanlah hal yang benar – benar valid untuk menggambarkan apakah orang – orang yang direkomendasikan itu cocok dengan orang tersebut.

Namun, banyak diantara mereka yang terlihat tidak serius dalam melakukan perncarian jodoh. Diluar sebagai teman bersosialisasi, banyak diantara mereka yang hanya menjadikan situs ini sebagai “ajang main – main” belaka.

Dalam seminar tersebut, Razi pun menyinggung soal kriteria. Ia mengatakan sebagian besar wanita dengan usia berkisar 20 – 30 tahun cenderung memilih pasangan hidup dengan kriteria – kriteria khusus. Mereka mencari pria dengan melihat dari sisi fisiknya dan sisi personalnya (misal: humoris atau tidak), dan sebagainya. Sedangkan, wanita – wanita dengan usia 30 tahun ke atas akan cenderung lebih menerima apa adanya pasangan.

Hal tersebut seringkali membuat self-esteem para pria yang merasa dirinya berkekurangan akan menurun. Hal tersebut dikarenakan wanita di usia 20 – 30 tahun akan lebih memilih pria – pria yang terlihat “lebih” daripada dirinya.

Tetapi hal tersebut tidak terjadi pada seorang pria berperawakan tinggi besar yang bernama Ade. Ade yang kemudian berjodoh dengan seorang wanita yang bertubuh langsing bernama Vera merupakan bukti bahwa seorang pria tidak boleh cepat berkecil hati apabila ia menganggap fisiknya tidak sesuai dengan apa yang dipromosikan masyarakat pada umumnya.

Selain mengenai personal dan fisik, self-esteem pria seringkali merendah ketika mereka menemukan wanita yang begitu lebih. Terutama di bidang finansial. Hal tersebut seringkali membuat mereka takut dianggap rendah oleh masyarakat.

Selain itu, Razi pun mengemukakan pendapatnya mengenai seberapa efektif hubungan yang dirajut oleh orang – orang yang menemukan pasangannya melalui situs ini Razi mengatakan bahwa ia tidak dapat memprediksikan seberapa efektif hubungan itu akan berjalan. Karena menurutnya, hubungan tersebut mereka yang menjalankan. Mungkin beberapa dari mereka berhasil mengembangkan hubungan mereka hingga ke tahap yang lebih serius, tetapi di sisi lain ada juga yang tidak bisa melanjutkan.

Menurut pendapat Razi, pernikahan merupakan sebuah pilihan. Apakah seseorang mau menikah atau tidak. Tetapi apabila seseorang memilih untuk tidak menikah (single-adult), orang tersebut memiliki berbagai keuntungan seperti, kebebasan dalam bertindak, mengambil keputusan, atau sekadar melakukan hobi. Namun, disisi lain orang tersebut harus siap dengan berbagai tekanan dari banyak pihak terutama orang tua dan juga keluarga besarnya sendiri.

Di sisi lain, Razi pun menjelaskan pendapatnya mengenai hubungan sejenis (gay/lesbian). Razi menyatakan ia tidak sependapat dengan orang – orang yang membina hubungan sejenis. Karena hal tersebut menentang tradisi Indonesia. Jadi, tidak heran apabila situs setipe.com tidak menyediakan kesempatan untuk orang – orang yang mencari pasangan sejenis (gay/lesbian).

Ketika seminar diadakan, banyak partisipan yang bertanya pada Razi seputar kisah asmara pribadinya. Di usia emerging adulthood ini, orang – orang mulai menanggapi hubungan dan permasalahannya dengan pribadi.

Menurut saya, masalah – masalah yang terjadi di usia emerging adulthood ini seharusnya bisa dilakukan dengan hal yang lebih logis. Sehingga masalah tersebut tidak lagi diselesaikan dengan emosional. Karena korteks pre-frontal sudah mencapai titik kematangan.

Meskipun masalah – masalah tersebut masih berkaitan dengan masalah relationship partisipan ketika remaja, tetapi Razi berusaha menjawab dengan logis dan memaparkan alasan – alasan yang tepat. Sehingga partisipan bisa menjadikan jawaban Razi sebagai referensi atau acuan dalam bertindak.

Berdasarkan seminar tersebut, dapat saya simpulkan bahwa seminar tersebut menjelaskan konteks asmara dalam tahap Early Adulthood dan bagaimana peran setipe.com dalam membantu para dewasa muda untuk mencari pasangan. Sebagian besar pengembangan hubungan intim dewasa muda merupakan pernikahan. Tetapi ada juga yang lebih memilih menjadi single adult dan siap menerima resiko dan kelebihan dari pilihannya itu. Selain itu, seminar kali ini berusaha membantu para partisipan yang menginjak masa Emerging Adulthood dalam mengatasi masalah asmaranya dengan logis tanpa harus selalu menggunakan peran emosi yang mendominasi.

Nama               :          Ghina Rinanda Nurrizki

Kegiatan          :          Seminar dengan setipe.com

Pembicara        :          Razi Thalib

Hari, tanggal   :            Sabtu. 23 Mei 2015