Februari adalah bulan yang identik dengan Valentine. Bagaimana tidak ? Valentine telah menjadi sebuah tradisi di seantero dunia. Semua orang pasti sepakat bahwa tanggal 14 Februari adalah hari Valentine atau hari kasih sayang.
Para muda bersiap diri untuk memperingati Valentine. Bagi yang jomblo, Valentine dipergunakan untuk berada di rumah seharian tanpa aktivitas atau justru bepergian rame-rame menonton film. Bagi yang baru pendekatan, Valentine menjadi ajang untuk menyatakan perasaannya. Bagi yang tengah berpacaran, Valentine merupakan momen untuk memberikan hadiah (di luar ulang tahun dan hari jadian) dan melakukan dinner yang romantis.

Valentine menjadi topik hangat dan menghebohkan di bulan Februari. Namun banyak juga yang tidak peduli dengan Valentine. Berbagai alasan diajukan, seperti ‘berbagi kasih sayang kan bisa tiap hari dan gak harus pas Valentine saja’.
Sebenarnya sah-sah saja bagi yang mau merayakan Valentine atau pun tidak, karena memang tidak ada suatu keharusan. Asalkan tidak lupa saja untuk berbagi kasih sayang dengan orang yang dicintai atau orang terdekat setiap hari.

Lantas mengapa harus ada hari khusus untuk berbagi kasih sayang ? Apabila ditelusuri, sebenarnya berbagi kasih sayang merupakan suatu kebutuhan yang dimiliki manusia. Menurut Maslow (Feist, Feist, & Roberts, 2013), manusia memiliki kebutuhan akan ‘love and belongingness’. Kebutuhan ini akan muncul ketika kebutuhan secara fisik dan rasa aman terpenuhi. Bentuk dari kebutuhan ini dapat berupa keinginan akan pertemanan, harapan untuk memiliki pasangan dan mempunyai anak, kebutuhkan untuk menjadi anggota sebuah keluarga, klub, organisasi, perkumpulan, lingkungan tetangga, atau suatu bangsa. Maksud dari kebutuhan akan ‘love and belongingness’ ini tidak sebatas hanya mendapatkan kasih sayang, tetapi juga memberikan kasih sayang.

Pendapat Maslow tersebut tidak dapat kita abaikan kebenarannya. Bagaimana tidak ?, sebagai mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Ketika berada di lingkungan baru, baik lingkungan sekolah/kampus/kantor maupun lingkungan rumah, hal pertama yang dilakukan adalah mencari kenalan. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi dalam hidup, ketika tidak ada satu pun teman atau kenalan yang dimiliki.

Fromm (Feist, Feist, & Roberts, 2013) mengemukakan adanya kebutuhan manusia akan ‘relatedness’. Menurut Fromm, manusia mempunyai kebutuhan untuk bersatu dengan orang lain. Manusia dapat bergabung dengan orang lain, kelompok, atau institusi agar dapat menjadi satu dengan ‘dunia’. Terdapat tiga cara dasar manusia berhubungan dengan dunia, yaitu submisif, kekuatan, dan cinta. Orang yang submisif akan mencari hubungan dengan orang yang dominan. Ketika orang yang submisif dan orang yang dominan bertemu, mereka akan membentuk hubungan simbiosis, yang memuaskan kedua belah pihak. Sedangkan menurut Fromm, cinta merupakan satu-satunya cara dimana manusia dapat menjadi satu dengan dunia, dan di waktu yang sama, manusia akan mencapai individualitas dan integritas. Fromm mendefinisikan cinta sebagai kesatuan dengan orang lain, atau sesuatu di luar dirinya dalam kondisi tetap mempertahankan keterpisahan dan integritas diri.

Terdapat empat elemen dasar yang harus diperhatikan dalam menunjukkan cinta yang tulus, yaitu perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan mengetahui. Seseorang yang mencintai orang lain berarti harus memperhatikan dan menjaga orang tersebut. Tanggung jawab terhadap orang yang dicintai dapat ditunjukkan dengan kemauan dan kemampuan untuk memberikan tanggapan terhadap kebutuhan fisik dan psikologis. Namun, orang dapat menghargai orang lain hanya jika ia memiliki pengetahuan akan orang tersebut. Maksud dari mengetahui orang lain adalah memahami orang tersebut berdasarkan sudut pandangnya.

Bentuk kasih sayang yang dapat ditunjukkan kepada orang lain sebenarnya bermacam-macam. May (Feist, Feist, & Roberts, 2013) mengidentifikasi empat jenis cinta, yaitu seks, eros, philia, dan agape. Seks merupakan fungsi biologis yang dapat dipuaskan melalui hubungan seksual atau bentuk lain dari pemuasan kebutuhan seksual. Eros merupakan hasrat psikologis untuk mencari prokreasi atau rekreasi melalui kebersamaan dengan orang yang dicintai. Perbedaan antara seks dan eros dapat dilihat dari bagaimana seks lebih berfokus pada manipulasi organ (seksual), sedangkan eros lebih ke arah ‘making love’. Eros lebih menekankan pada harapan untuk mempertahankan kebersamaan untuk selamanya, sedangkan seks lebih pada hasrat untuk mengalami kenikmatan. Eros sendiri dibangun atas dasar perhatian dan kelembutan. Kemudian bentuk jenis cinta philia didefinisikan sebagai hubungan intim non seksual antara dua orang. Cinta philia ini tidak dapat tercipta dalam waktu yang singkat, karena memerlukan waktu untuk berkembang atau bertumbuh. Bentuk dari cinta philia ini dapat berupa cinta antara saudara atau sahabat karib. Sedangkan agape adalah penghargaan untuk orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain tanpa memikirkan keuntungan yang akan diperoleh. Agape merupakan bentuk cinta spiritual, yang tidak tergantung pada perilaku atau karakteristik dari orang lain. Cinta jenis ini sifatnya tidak bersyarat. Keempat jenis cinta tersebut diperlukan untuk menciptakan hubungan romantis yang sehat pada orang dewasa, terutama dalam pernikahan.

Mengingat berbagi kasih sayang merupakan kebutuhan yang dimiliki oleh manusia dalam berelasi dengan orang lain, maka marilah saling menunjukkan kasih sayang kepada orang lain, baik di hari Valentine maupun di hari lain. Jenis cinta apa yang ingin ditunjukkan akan tergantung jenis hubungan yang dimiliki. Namun, ingat lah selalu untuk menunjukkan cinta agape pada orang-orang di sekitar. Love for life and life for love. [Rani Agias Fitri].

Rani Agias Fitri, S.Psi., M.Psi

Daftar Pustaka:

Feist J., Feist G. J., & Roberts T. (2013). Theories of Personality.8th  Edition. New York : McGraw Hill.

 

Editor by: Berdi Dwijayanto, S.Psi.