Persahabatan lawan lawan jenis tanpa cinta: mungkinkah? Sumber gambar: http://www.keepitahundred.com/40-days-40-habits-you-should-break-day-4-minimal-platonic-relationships/
Persahabatan lawan jenis tanpa cinta: mungkinkah? Sumber gambar: http://www.keepitahundred.com/40-days-40-habits-you-should-break-day-4-minimal-platonic-relationships/

 

 

Apakah kalian pernah menonton film “How I Met Your Mother”? Film seri tersebut menceritakan tentang persahabatan Ted, Barney, Lily, Marshal dan Robin. Dikisahkan bahwa awalnya mereka berteman, kecuali Lily dan Marshal yang sejak awal memang berpacaran. Namun, pada satu titik, Barney dan Robin yang tadinya berteman, kemudian saling jatuh cinta dan menjalin hubungan romantis. Bahkan mereka sampai merencanakan pernikahan. Kisah tentang sahabat yang menjadi pacar juga bisa kita lihat di film Gossip Girl (Blair dan Chuck), No Stings attached, serta Friends with Benefits yang beredar di tahun 2000an.

 

Meskipun fenomena tersebut saya ambil dari film, tetapi saya juga menemukannya dalam dunia nyata. Dalam kelompok pertemanan saya semasa kuliah S1 dulu, setidaknya ada 4 pasang yang berawal dari sahabat, kemudian menjadi pacar dan berakhir sebagai suami-istri. Fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan: mungkinkah seorang laki-laki bersahabat dengan seorang perempuan tanpa melibatkan cinta yang romantis dan hubungan seks?

 

Hubungan yang tidak melibatkan romansa dan seks biasa disebut dengan platonic relationship. Kata platonic ini diambil dari nama filsuf Plato yang pertama-tama menggambarkan jenis cinta antar dua sahabat, tanpa romansa dan hubungan seksual. Seperti yang saya singgung di atas, masalah platonic relationship sendiri lebih sering disorot oleh dunia film daripada diteliti dalam laboratorium Psikologi. Pertemanan lawan jenis merupakan fenomena yang lebih kompleks daripada pertemanan sesama jenis dan hubungan romantis. Dalam hubungan sesama jenis dan hubungan romantis, peran jenis kelamin sudah jelas dan sesuai dengan norma.

 

Bagaimana efek pertemanan lawan jenis?

Penelitian Mrug, Borch, dan Cillessen (2011) menemukan bahwa pertemanan dengan lawan jenis pada anak kelas 10 berhubungan dengan perilaku merokok pada perempuan di tahun berikutnya. Sementara pertemanan dengan lawan jenis pada anak kelas 11 berhubungan dengan level penggunaan alkohol yang lebih rendah. Pertemanan antar lawan jenis juga lebih jarang terjadi sepanjang rentang hidup manusia dibandingkan pertemanan sesama jenis.

 

Mungkinkah pertemanan lawan jenis yang bersifat platonic?

Penelitian O’Meare (1989) seperti dituliskan oleh Bleske-Rechek et al., (2012) mengungkapkan empat tantangan dalam hubungan pertemanan lawan jenis: 1) menentukan tipe ikatan emosional, 2) menghadapi seksualitas dalam hubungan, 3) menampilkan hubungan sebagai pertemanan yang otentik ke lingkungan, 4) persamaan dalam konteks persamaan gender. Selain tantangan tersebut, dalam pertemanan lawan jenis, sangat sering terjadi ketertarikan fisik/seksual (Afifi & Faulkner, 2000; Bleske & Buss, 2000; Bleske-Rechek et al., 2012; Halatsis & Christakis, 2009; Kaplan & Keys, 1997; Reeder, 2000; Weger & Emmet, 2009, dalam Salkidevic, 2014). Ketertarikan ini dapat ditindaklanjuti menjadi hubungan romantis, atau dapat juga dikelola. Permasalahan lain yang bisa timbul ialah jika salah satu sudah memiliki pasangan, seringkali timbul kecemburuan.

 

Melihat tantangan dan permasalahan dalam pertemanan lawan jenis, kenapa ada individu yang punya hubungan “platonik” dengan lawan jenis?

Ternyata, salah satu alasan adalah karena hubungan “platonik” itu punya keuntungan jangka panjang yang lebih memuaskan daripada hubungan romantis (dimana seks dan emosi terlibat). Walaupun begitu, mereka berdua sadar ada saling tertarik di antara mereka. Tapi mereka milih untuk gak mengikuti perasaan tertarik itu, dengan sadar, dengan sengaja. Pertemanan dengan lawan jenis menyediakan kualitas teman yang lebih luas, potensi pasangan hidup, serta pelindung. Termasuk di dalamnya mendapatkan informasi tentang cara yang efektif untuk menarik perhatian lawan jenis. Terdapat perbedaan “investasi” antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki lebih mengejar akses seksual sementara wanita mencari perlindungan fisik dan potensi pasangan hidup (Salkidevic, 2014). Berdasarkan teori evolusi, pertemanan lawan jenis memang merupakan jalan untuk menemukan pasangan yang sesuai kebutuhan. Bagi laki-laki, pasangan yang dicari adalah yang menarik secara fisik, sementara bagi perempuan pasangan yang dicari yang lebih stabil, bisa melindungi.

 

Jadi, bagaimana tips praktis untuk menjalani persahabatan lawan jenis atau platonic friendship dengan nyaman? Jika kamu ingin tetap mempertahankan persahabatan dengan lawan jenis, kamu bisa:

  1. Menyadari bahwa ketertarikan sangat mungkin muncul dalam hubungan lawan jenis.
  2. Jika ketertarikan ini muncul, akui saja dalam diri kamu, jangan berusaha di tekan. Namun jangan juga langsung ditindaklanjuti.
  3. Pikirkan dulu beberapa hal ini:
    1. Menurut kamu, si teman ini lebih berharga sebagai teman atau pasangan romantis?
    2. Apakah kamu siap jika menerima kemungkinan kegagalan saat membina hubungan romantis?
    3. Saat hubungan romantic tidak berhasil, maka kamu perlu siap menerima jika hubungan pertemanan kamu dan dia tak akan sama lagi.
    4. Jika kamu berpikir bahwa kamu lebih menghargainya sebagai teman, buatlah komitmen untuk menjaga pertemanan itu. Ungkapkan pula komitmen ini pada si teman dekat.
    5. Sangat penting: sebisa mungkin hindari hubungan seksual dengan sang sahabat lawan jenis. Hubungan seksual bisa ‘mengganggu’ dinamika pertemanan, karena ada hormon yang terlibat. Lebih jauh tentang hubungan seksual dan hormon, tunggu di posting selanjutnya ya.

Jadi, mungkinkah persahabatan lawan jenis? Mari kita simpulkan masing-masing. 🙂

 

Referensi

 

Bleske-Rechek, A., Somers, E., Micke, C., Erickson, L., Matteson, L., Stocco, C., … Ritchie, L. (2012). Benefit or burden? Attraction in cross-sex friendship. Journal of Social and Personal Relationships, 29(5), 569–596. http://doi.org/10.1177/0265407512443611

Mrug, S., Borch, C., & Cillessen, A. H. N. (2011). Other-Sex Friendships in Late Adolescence: Risky Associations for Substance Use and Sexual Debut? Journal of Youth and Adolescence, 40(7), 875–888. http://doi.org/10.1007/s10964-010-9605-7

Salkidevic, S. (2014). Some determinants of opposite-sex friendships initiation and dissolution, 21(l). Retrieved from http://mjesec.ffzg.hr/revija.psi/vol 21 no 1 2014/Salk 4.pdf

 

Other resources

Chatterjee, C. (2001) Can Men and Women Be Friends? Diunduh dari https://www.psychologytoday.com/articles/200108/can-men-and-women-be-friends

Matousek, M. (2013). The Eros of Friendship: What To Do With Platonic Passion? Diunduh dari: https://www.psychologytoday.com/blog/ethical-wisdom/201305/the-eros-friendship-what-do-platonic-passion

SACAP (2014). CAN MEN AND WOMEN REALLY BE JUST FRIENDS? Diunduh dari http://www.sacap.edu.za/blog/counselling/can-men-women-really-just-friends/

 

Video

Can Men and Women Be Just Friends? | The Science of Love

 

Tentang penulis:

Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi., Psikolog ialah seorang psikolog klinis dewasa yang tertarik dengan isu hubungan romantis baik pacaran maupun pernikahan, serta trauma. Telah mengikuti workshop Couple and Family Therapy, serta sertifikasi terapis EMDR, dan sertifikasi alat ukur kepribadian Lumina. Bisa dihubungi di prumondor@binus.edu.