Ben Monjo – 1601247086

Latar Belakang

Tato merupakan karya seni manusia yang dikenal sejak zaman dahulu. Tidak ada keterangan pasti tentang munculnya seni ukir diri ini. Namun yang pasti telah membudaya dan menjadi gaya hidup masyarakat di hampir seluruh pelosok dunia. Keindahan artistik yang ditimbulkan mengundang decak kagum sebagian masyarakat, sehingga memunculkan kelompok masyarakat penggemar tato.

Tato ditemukan pertama kalinya pada sebuah mumi yang terdapat di Mesir. Dan konon hal itu dianggap yang menjadikan tato kemudian menyebar ke suku – suku di dunia, termasuk salah satunya suku Indian di Amerika Serikat dan Polinesia di Asia, lalu berkembang ke seluruh suku – suku di dunia salah satunya suku Dayak di Kalimantan. Tato dibuat sebagai suatu simbol atau penananda, dapat memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi si pemilik tato dan simbol dari keberanian dari si pemilik tato. Sejak masa pertama tato dibuat juga memiliki tujuan demikian. Tato dipercaya sebagai simbol keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan, dan harga diri (Olong, 2006).

Biasanya kaum laki-laki menganggap tato sebagai lambang untuk menunjukkan kejantanan dan sisi keras dalam dirinya. Selain itu, tato dianggap sebagai simbol pemberontakan serta eksistensi diri (Anwar, 2009). Tato dianggap sebagai lambang identitas, identitas tersebut meliputi upaya mengungkapkan dan menempatkan individu dengan menggunakan isyarat-isyarat nonverbal seperti pakaian dan penampilan (Irianita, 2013).

Agama-agama tertentu melarang umatnya untuk mempunyai tato di tubuh, karena tato dianggap sebagai suatu yang haram dan melanggar etika. Menggunakan tato identik dengan memberontak terhadap tatanan nilai sosial dan agama tersebut. Seiring dengan perjalanan saat ini tato mempunyai makna sebagai budaya tanding atau counter culture. Budaya tanding adalah budaya yang dikembangkan oleh generasi muda sebagai ajang melawan pengawasan kelompok dominan (orang tua, kalangan elit masyarakat, norma sosial yang ketat) (Olong, 2006).

Perlawanan yang ditunjukkan antara lain dalam bentuk pakaian, sikap, bahasa, musik hingga gaya hidup. Tato, dengan kata lain secara ideal merupakan counter culture terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan kemapanan dan norma-norma. Oleh karena itu, kebudayaan tandingan tersebut merupakan indikasi perubahan sosial.

Selain tato dianggap sebagai hal yang negatif dan bersifat melanggar etika, tato juga memiliki dampat negatif seperti rasa sakit yang harus dirasakan oleh seseorang yang membuat tato karena pembuatannya yang menggunakan jarum berisi tinta sesuai warna yang diinginkan, Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat tato, Bersifat permanen sehingga tidak bisa dihilangkan dengan mudah, jika ingin menghapusnya tidak selalu berhasil 100 persen dan harganya pun sangat mahal, Setelah bertahun – tahun warnanya bisa memudah atau muncul garis – garis patahan dari gambar tersebut bahkan ada risiko infeksi dari setiap pembuatan tato, seperti dari jarum yang tidak steril atau tinta yang dipakai mengandung zat – zat berbahaya.

Dalam pandangan negatif masyarakat mengenai seseorang yang memiliki tato, serta dampak negatif dari pembuatan tato, pengambilan keputusan sangat penting untuk menjadi alat ukur para remaja untuk membuat tato. Baron (1986) mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses terjadinya identifikasi masalah, menetapkan tujuan pemecahan, pembuatan keputusan awal, pengembangan dan penilaian alternatif – alternatif, serta pemilihan salah satu alternatif yang kemudian di tindak lanjuti. Pengambilan keputusan awal untuk membuat tato oleh kalangan remaja menjadi salah satu variabel yang akan di teliti.

Masyarakat menganggap tato sebagai sesuatu yang negatif dan tabu hingga muncul suatu larangan untuk menggunakan tato. Namun di sisi lain, merupakan suatu seni yang dapat memperindah penampilan, mempercantik tubuh ataupun membuat individu terlihat menarik. Sehingga dapat dilihat pentingnya peran dari proses pengambilan keputusan awal untuk membuat tato, khususnya pada remaja. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti akan meneliti mengenai proses pengambilan keputusan remaja untuk membuat tato.

Variabel

Pengambilan keputusan (Decision Making)

Sumaryanto (2011) menyatakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan guna membuat keputusan- keputusan, dibutuhkan beberapa bekal untuk melakukan hal tersebut. Pertama; dibutuhkan kemampuan nalar atau pertimbangan yang masak agar setelah meneliti semua faktor yang berhubungan dengan suatu masalah dan segenap alternatif pemecahannya, mampu menetapkan suatu pemecahan terbaik yang dapat dilaksanakan dengan lancar dan juga dituntut untuk memiliki wawasan yang jauh kedepan agar dapat mengantisipasi dan merencanakan aksi dan reaksi yang akan muncul akibat reaksi tersebut. Kedua; harus mempunyai sifat tegas yang diperlukan untuk membuat keputusan terbaik pada waktu yang tepat, dan mengumumkannya juga pada waktu dan tempat yang tepat sehingga akan diperoleh hasil-hasil sesuai yang diharapkan. Menurut Herbert A. Simon ada 3 tahap utama dalam proses pengambilan keputusan yaitu :

  1. Aktivitas intelegensi, penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan keputusan.
  2. Aktiva desain, terjadi tindakan penemuan, pengembangan dan analisis masalah.
  3. Aktivitas memilih, pilihan sebenarnya (memilih tindakan tertentu dari yang tersedia)

Rasionalisasi keputusan

Keputusan dianggap rasional saat penyesuaian rencana pada tujuan dicari oleh individu atau organisasi. Keputusan dianggap rasional secara organisasi jika di maksudkan untuk tujuan organisasi, dan keputusan dianggap rasional secara personal jika di arahkan pada tujuan pribadi.

Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya terdiri dari beberapa langkah. Janis&Mann (1977) menjelaskan 5 proses yang dilalui individu dalam mengambil keputusan, yaitu:

  1. Menilai Masalah Masalah dapat dikatakan sebagai konflik yang terjadi pada situasi riil dengan situasi lain yang dijadikan tujuan oleh invidu. Dengan kata lain masalah dapat diidentifikasi oleh individu saat ia menyadari adanya kesenjangan antara situasi riil dengan yang diharapkan. Masalah menuntut individu untuk mengambil tindakan yang baru.
  2. Mencari Alternatif Pilihan Setelah mendapat pemahaman yang baik terhadap masalah yang dihadapi, individu biasanya memikirkan kembali tindakan yang biasanya ia lakukan. Namun, saat tindakannya tersebut dianggap tidak tepat lagi, individu mulai memusatkan perhatian pada beberapa alternatif pilihan, individu akan mencari informasi atau mencari masukan dari pihak lain yang dianggapnya lebih kompeten dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
  3. Mempertimbangkan Alternatif Pilihan Individu mulai mempertimbangkan keuntungan dan kerugian pada setiap alternatif pilihan. Pertimbangan akan resiko juga menjadi dasar perbandingan dari tiap alternatif pilihan. Biasanya individu akan memperhatikan informasi lain yang mungkin terlewat, sehingga tidak jarang individu mengalami kebimbangan pada tahap ini.
  4. Membuat Komitmen Setelah individu mendapatkan solusi dan tindakan yang tepat bagi masalahnya, ia mulai merealisasikan keputusannya dalam kehidupannya.
  5. Mempersiapkan Diri Menghadapi Umpan Balik Keputusan individu telah dianggapnya tepat, dan ia yakin akan keputusannya tersebut. Ia pun harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terjadinya umpan balik yang negatif. Dalam pengambilan keputusan, proses yang dilakukan terkadang tidak selalu berurutan. Adapula pengambilan keputusan yang dilakukan secara tidak berurutan. Ada kalanya individu mengambil keputusan dengan proses yang cepat. Dalam hal ini, ia dapat melewati satu atau dua tahap sekaligus. Oleh Janis Mann hal ini disebut reversion.

 

Kaitan Variabel dengan Fenomena

Pengambilan keputusan sangat mempengaruhi seseorang melakukan sesuatu. Dalam pengambilan keputusan banyak faktor yang dapat diukur menggunakan berbagai macam alat ukur. Pengambilan keputusan menurut saya sangat penting untuk melakukan sesuatu karena dalam melakukan suatu hal didasari oleh pengambilan keputusan awal yang dibuat oleh seseorang. Baik atau buruknya hasil yang didapat juga dipengaruhi oleh pengambilan keputusan seseorang.

Hipotesis

Dalam membuat tato pada kalangan remaja sangat diperlukan pengambilan keputusan awal yang matang dari remaja yang ingin membuat tato. Dalam penelitian pengambilan keputusan awal inilah, peneliti ingin mengetahui alasan – alasan yang menjadi tolak ukur remaja untuk mendapatkan keputusan, sehingga para remaja ingin membuat tato dibadan mereka.