Sesuai janji saya pada bulan Juni yang lalu, artikel berikut ini akan membahas kecemasan dan gangguan kecemasan.

 

Para mahasiswa yang akan menjalani sidang skripsi dalam dua minggu ini, mungkin merasa sulit tidur, serta mengalami jantung berdetak kencang diiringi perasaan gugup saat akan masuk ke ruang sidang. Perasaan ini merupakan hal yang wajar dialami saat akan menghadapi peristiwa yang dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari. Perasaan tersebut dapat disebut sebagai kecemasan. Kecemasan adalah emosi yang ditandai dengan ketegangan, pikiran yang khawatir dan perubahan fisik (seperti naiknya tekanan darah) oleh karena suatu hal yang tidak pasti. Kecemasan berbeda dengan perasaan takut. Takut adalah emosi yang muncul karena adanya suatu ancaman yang nyata. Misalkan tiba-tiba di depan Anda ada seekor ular berbisa, maka jantung Anda berdetak lebih keras, keringat dingin, dan merasa takut. Namun dalam kecemasan, ancaman yang “ditakuti” tidak terlihat secara nyata. Bahkan seringkali, hal yang memuat khawatir adalah kemungkinan munculnya suatu hal yang mungkin membahayakan. Misalnya, Anda cemas menghadapi sidang skripsi, karena ada kemungkinan gagal menjawab pertanyaan dosen penguji. Apakah kegagalan tersebut sudah pasti? Tentu saja tidak, tetapi memikirkan mengenai kemungkinan kegagalan dapat menyebabkan kecemasan.

Pembukaan sidang skripsi
Pembukaan sidang skripsi

Kalau Anda mengalami kecemasan sebelum sidang, tenang saja.. Anda masih normal! Kecemasan dalam derajat tertentu (tidak terlalu tinggi) diperlukan untuk mendorongmu mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin. Bayangkan jika tidak ada rasa cemas, mungkin Anda akan tenang-tenang saja dan tidak membaca lagi skripsi ataupun memperbaiki power point.

Anxiety disorders
Anxiety disorders

Ada kecemasan yang normal, ada juga gangguan kecemasan. Nah, apa saja tanda-tanda gangguan kecemasan? Gangguan kecemasan adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan perasaan takut yang tidak terkontrol, tidak sesuai dengan bahaya aktual, serta mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang. Kecemasan mempengaruhi seseorang pada tiga tingkatan dasar, yaitu tingkat pikiran, tubuh (proses fisiologis), serta perilaku. Berikut ini akan dibahas kelompok gangguan kecemasan menurut DSM 5, yaitu; phobia, social phobia, agoraphobia, panic disorder, generalized anxiety disorder, dan post traumatic stress disorder.

 

Phobia

Phobia. Source http://www.myenglishclub.com/profiles/blogs/phobia-1
Phobia

Phobia adalah bagian dari gangguan kecemasan yang ditandai dengan ketakutan yang berlebihan, irasional dan menetap pada satu objek atau situasi tertentu. Kondisi phobia ini begitu kuat sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang. Misalnya, saya memilki teman yang memiliki ketakutan berlebihan terhadap kerang. Jangankan melihat kerang nyata, mendengar kata “kerang” atau melihat gambar kerang di buku biologi saja sudah membuatnya tidak nyaman. Bahkan, ia menggunting gambar kerang di buku biologinya! Phobia ini cukup menghambatnya, terutama dalam pelajaran biologi. Dalam derajat yang lebih parah, seorang dengan phobia terbang, bisa saja tidak mau memilih menyetir berjam-jam ke kota lain demi menghindari terbang dengan pesawat.

 

Social phobia atau social anxiety disorder

Social phobia. Source: http://www.steveseay.com/social-anxiety-cognitive-behavioral-therapy-group-teens/
Social phobia

Selain ketakutan berlebihan pada objek, seseorang bisa saja mengalami ketakutan dalam situasi sosial, dimana ia berhadapan dengan situasi baru, orang yang tidak dikenal, atau kemungkinan ‘dinilai’ oleh orang lain. Misalnya dalam seorang mahasiswa baru yang perlu mempresentasikan tugasnya di kelas, atau seorang karyawan baru di pesta perusahaan. Sekali lagi, sedikit kecemasan dalam situasi sosial sangatlah wajar. Namun jika ketakutan tersebut sudah tidak rasional, mulai mengganggu kegiatan sehari-hari (misalnya: si mahasiswa jadi sering membolos, menghindari teman dan dosennya), dan berlangsung selama 6 bulan atau lebih, maka besar kemungkinan ia mengalami social phobia.

 

Agoraphobia

Source: http://www.east-buc.k12.ia.us/05_06/psy/VV/vv.htm
Agoraphobia

Ciri khas dari Agoraphobia ialah kecemasan, atau cemas karena mengantisipasi situasi dimana seseorang akan sulit untuk “kabur” atau ada kemungkinan mengalami panic attack (serangan panik). Secara lebih spesifik, menurut DSM 5, seseorang bisa dikatakan memiliki agoraphobia saat memiliki perasaan takut yang sangat intens dalam setidaknya dua dari lima situasi berikut ini: 1) mengendarai kendaraan umum, 2) berada di ruang terbuka, seperti tempat parkir, pasar, atau jembatan, 3) berada dalam ruangan tertutup seperti toko, bioskop, atau gedung teater, 4) berdiri di dalam antrian atau kerumunan, 5) berada di luar rumah, sendirian.

 

Panic Disorder

http://www.recovery.org/topics/panic-disorders/
Panic attack

Menjadi “panik”, yang ditandai dengan jantung berdetak kencang, tangan gemetar dan keringat dingin karena komputer mati saat tugas yang dikerjakan semalaman belum disimpan ke USB merupakan perasaan yang wajar. Namun, dalam panic disorder, seseorang merasakan suatu perasaan terror atau kekhawatiran intens yang muncul tiba-tiba dan tanpa alasan yang jelas. Serangan panik ini bisa berupa tiba-tiba kehilangan napas, jantung berdetak kencang, perasaan seperti ingin mati. Timbul pikiran bahwa mungkin dirinya mengalami serangan jantung. Setelah terkena serangan, biasanya orang ini akan merasa khawatir terkena serangan berikutnya, sehingga kekhawatiran ini membatasi kemampuan mereka menjalani hidup sehari-hari, misalnya menjadi takut pergi berbelanja sendirian.

Generalized Anxiety Disoder (GAD)

Source: http://sudarjishanty.blog.ubm.ac.id/2013/08/23/anxiety-disorder/
Generalized Anxiety Disorder

GAD ialah gangguan psikologis yang ditandai kecemasan berlebihan yang terjadi sepanjang hari, ditandai juga dengan berbagai kekhawatiran akan hal-hal yang untuk orang lain merupakan hal normal. Ciri-ciri ini berlangsung selama minimal 6 bulan dan individu tidak dapat menjelaskan alasan kecemasannya tersebut.

 

Post Traumatic Stress Disoder (PTSD)

http://psychiatry.arizona.edu/raison/PTSD
Post traumatic stress disorder

PTSD terjadi karena adanya suatu peristiwa yang hampir merengut nyawa, seperti perang, atau bencana alam. Misalnya, saat mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan kaki patah, Anda bisa saja mengalami satu atau dua mimpi buruk mengenai kejadian tersebut. Hal ini masih normal, namun pada gangguan PTSD, mimpi buruk tersebut terjadi berulang kali, disertai karakteristik lain yang mengganggu penderita dalam kesehariannya. Gejala PTSD antara lain:

  • Mengalami flashback atau kilas balik peristiwa traumatic tersebut. Kilas balik ini bisa membuat individu kehilangan kontak dengan realita untuk beberapa detik, jam, atau bahkan beberapa hari. Pada saat terjadi kilas balik, individu mengingat kembali gambar, suara, aroma, dan perasaan yang dialami saat peristiwa traumatic. Biasanya mereka meyakini bahwa peristiwa tersebut terjadi lagi, meskipun kenyataannya tidak terjadi.
  • Menghindari pengalaman emosional dan tidak mau membicarakan perasaannya kepada orang lain.
  • Berkurangnya kemampuan merasakan emosi, biasanya melaporkan perasaan “mati rasa”, sehingga sulit mengalami kebahagiaan, dorongan seksual, atau relasi antar manusia yang menyenangkan.
  • Merasakan arousal yang berlebihan, sehingga menghasilkan startle response (seperti: kedutan) atau kesulitan tidur.
  • Sulit mengingat dan memusatkan perhatian.
  • Merasa khawatir, disertai juga gemetar yang tidak dapat dikendalikan.
  • Perilaku yang impulsif, misalnya tiba-tiba menjadi agresif, atau perubahan gaya hidup lainnya.

 

Perlu saya tekankan kembali bahwa kecemasan akan menjadi gangguan kecemasan saat ketakutan yang dirasakan sangat intens, tidak rasional, hingga mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari (misalnya: tidak bisa menjalankan kuliah atau pekerjaan), dan gejala kecemasan muncul selama 6 bulan. Lalu, darimana munculnya kecemasan? Bagaimana bisa sampai menjadi gangguan kecemasan?

https://psychlite.wordpress.com/tag/little-albert/
Little Albert Experiment

Gangguan kecemasan tidak terjadi begitu saja. Seseorang tidak terlahir dalam keadaan takut yang intens. Salah satu teori mengenai kecemasan menjelaskan bahwa gangguan kecemasan bisa terjadi karena proses belajar. Pembelajaran ini tidak perlu langsung dari pengalaman (ingat eksperimen tokoh behaviorist John Watson pada little Albert?), bisa saja hasil dari mengamati orang lain, misalnya orangtua. Salah satu studi eksperimen memperlihatkan bahwa bayi yang Ibunya berpura-pura takut karena melihat suatu objek yang tidak berbahaya (misal: mainan), akan menampilkan reaksi takut terhadap maunan. Nah, karena kecemasan ini dipelajari, maka kecemasan juga bisa dikurangi dengan proses pembelajaran. Salah satunya adalah belajar mengendalikan salah satu tingkatan dari kecemasan yaitu: pikiran. Tunggu artikel tentang automatic thoughts minggu depan ya.. 🙂

 

References: