5 Hal yang Perlu Dibicarakan Sebelum Menikah

Apa kegiatan mu saat berdua pasangan?

 

 

Pacaran, sebaiknya bukan hanya diisi dengan hal-hal yang menyenangkan. Kadang, kencan juga perlu diisi dengan hal-hal serius tapi berguna buat masa depan. Apa saja hal-hal yang perlu dibicarakan sebelum menikah? Mari kita simak saran dari seorang terapis pasangan dan peneliti topik pernikahan: Dr. John Gottman. Dalam buku terbarunya, yaitu Eight Dates: Essential Conversations or a Lifetime of Love, Dr. Gottman menjelaskan bahwa hubungan berkualitas sangat penting bagi kesehatan fisik dan mental seseorang. Salah satu menjaga kualitas hubungan ialah dengan memperhatikan kualitas percakapan dengan pasangan. Dr. Gottman menyarankan 8 topik yang penting untuk dibicarakan oleh pasangan di berbagai fase hubungan (baru menikah, memiliki anak, pasangan lansia). Berhubung tulisan ini dibuat untuk pembaca dewasa muda, terutama mahasiswa, maka saya pilihkan 5 topik yang penting dibicarakan sebelum menikah:

 

  1. Komitmen dan Kepercayaan.

Komitmen dalam hubungan tidak sekedar “menjaga kesetiaan” dengan tidak selingkuh. Komitmen justru dibentuk dari hal-hal kecil yang dilakukan secara konsisten dari hari ke hari. Nah, tiap orang bisa punya harapan yang berbeda-beda tentang perilaku yang dianggap menunjukkan komitmen. Oleh karena itu, coba diskusikan: seperti apa bentuk komitmen dalam hubungan kalian? Perilaku apa yang kamu harapkan sebagai bentuk komitmen pasangan? Apa arti “kepercayaan” buat kamu? Tanyakan juga ke pasangan, dan diskusikan kalau ada perbedaan di antara kalian.

 

  1. Perbedaan Kamu dan Dia.

Manusia diciptakan dengan kepribadian dan latar belakang yang berbeda-beda. Kembar siam saja bisa punya sifat kebiasaan yang berbeda lho! Perbedaan dapat menjadi hal yang indah dalam hubungan. Bisa juga menjadi sumber konflik. Jadi, coba diskusikan dengan pasangan: apa saja hal yang sama di antara kalian? Apa saja hal yang berbeda di antara kalian? Coba perhatikan kebiasaan, nilai, budaya keluarga masing-masing. Jika ada perbedaan, bagaimana kalian menghadapi perbedaan tersebut? Adakah perbedaan yang tidak bsa diterima? Bagaimana kalian menanggapi hal ini?

 

  1. Keuangan dan Pekerjaan.

Keuangan itu adalah salah satu isu yang menjadi konflik pada pasangan lho. Konflik keuangan bisa terjadi saat kamu dan dia memiliki pandangan yang beda tentang uang dan kerja. Coba ceritakan ke pasangan, apa arti uang bagimu? Apa ketakutan terbesar tentang uang? Apa yang kamu harapkan terkait keunangan? Jangan-jangan kamu melihat uang sebagai “gampang dicari, gampang dihabiskan”, sedangkan pasangan melihat uang sebagai “hal yang perlu ditabung”.

 

 

  1. Keluarga dan Anak.

Baik sadar maupun tidak, kondisi keluarga kita turut mempengaruhi bagaimana kita bersikap ke pasangan. Supaya tidak kaget saat sudah menikah nanti, coba diskusikan: Seperti apa keluarganya? Bagaimana kondisi keluargannya setelah punya anak? Bagaimana mereka menjaga kemesraan? Apa artinya membina keluarga buat kamu dan dia? Apakah kamu ingin punya anak? Coba ceritakan ke pasangan,

 

  1. Waktu Luang.

Waktu adalah sumberdaya yang berbatas, dan belum bisa didaur ulang. Jadi, akan sangat baik kalau kamu dan pasangan bisa mengatur waktu bersama. Coba bicarakan: Kegiatan apa saja yang kalian sukai dan bisa nikmati bersama? Bagaimana kalian ingin mengisi waktu luang? Apa yang bisa kalian lakukan supaya lebih seru dalam menghabiskan waktu berdua?

 

Bagaimana? Sudah siap membicarakan topik-topik tersebut dengan pasangan? Tentu saja, untuk mendiskusikan hal penting, ada keterampilan khusus yang diperlukan. Keterampilan tersebut adalah: mengekspresikan perasaan, dan mendengar aktif. Bagaimana cara melatih keterampilan tersebut? Tunggu di tulisan berikutnya ya ?

 

 

Referensi:

Gottman, J., Gottman, J.S., Abrams, D., Abrams, R.C. 2019. Eight Dates: Essential Conversations or a Lifetime of Love. Workman Publishing: New York.

Video: https://www.instagram.com/p/BuLcyjqAq-x/

Featured image taken from: Photo by mentatdgt from Pexels

 

Penulis: Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi., Psikolog, dosen psikologi klinis di Universitas Bina Nusantara, mahasiswa S3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Praktek di Lab & Psychological Services, Universitas Bina Nusantara.