Hasil riset kesehatan dasar 2013 (Riskesdas) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI menunjukkan peningkatan prevalensi beberapa penyakit tidak menular dibandingkan hasil tahun 2007. Prevalensi stroke meningkat dari 8.3 ke 12.1 permil, hipertensi meningkat dari 7.6%  ke 9.5%, dan diabetes mellitus (DM) meningkat hampir dua kali lipat dari 1.1 % ke 2.1%. Nah, penelitian memperlihatkan bahwa salah satu faktor yang membantu menurunkan resiko terkena hipertensi ialah dukungan sosial dan integrasi sosial (Gorman & Sivaganesan, 2007; Cuevas, Williams, & Albert, 2017). Tunggu… Ini kan blog tentang hubungan romantis, kok jadi bahas soal penyakit segala? Ternyata hubungan antar manusia, termasuk hubungan romantis ada kaitannya lho dengan perkembangan penyakit seperti DM! Analisa DiMatteo (2004) dari berbagai penelitian sebelumnya juga memperlihatkan bahwa dukungan sosial berhubungan dengan meningkatnya ketaatan terhadap perawatan DM. Sementara itu, penelitian survey di Jerman memperlihatkan bahwa rendahnya dukungan sosial struktural berhubungan dengan meningkatnya resiko terkena DM tipe 2 (Altevers, Lukaschek, Baumert, Kruse, Meisinger, Emeny, & Ladwig, 2016). Hasil penelitian di atas memperlihatkan pentingnya hubungan antar manusia dalam mencegah atau membantu pemulihan dari penyakit tidak menular yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, menjadi penting untuk membahas lebih lanjut mengenai hubungan interpersonal dan kesehatan fisik maupun mental. Termasuk hubungan romantis, dan pernikahan.

Bagaimana sih asal muasal kaitan antara hubungan antar manusia dan kesehatan?

Berscheid & Regan (2005) merangkum asal muasal asumsi mengenai kaitan hubungan interpersonal dan kesehatan. Asumsi ini berkembang di tahun 1970an, dengan adanya eksperimen yang memperlihatkan bahwa sistem imun tikus dipengaruhi ingatan akan pengalaman sebelumnya. Eksperimen tersebut mengukuhkan asumsi bahwa otak dan sistem endokrin bekerja bersama-sama dalam mempengaruhi ketahanan tubuh. Hasil penelitian ini mendorong bangkitnya bidang ilmu psikoneuroimunologi dan neurosains sosial. Sejak itu, asumsi bahwa mekanisme biologis tubuh berjalan terpisah dari pikiran berubah menjadi anggapan bahwa pikiran manusia (melalui kerja otak dan tulang belakang) bertindak sebagai penghantar pengaruh lingkungan sosiokultural terhadap sistem biologis tubuh. Sehingga pemahaman mengenai etiologi penyakit tertentu memerlukan integrasi pendekatan biologis (molekuler) serta ilmu sosial dan perilaku (molar). Nah, pengalaman dalam hubungan yang dijalin antar manusia menjadi salah satu lingkungan terdekat bagi manusia tersebut. Sehingga, turut memberi dampak pada kesehatan.

Oke, jadi apa bentuk hubungan antar manusia yang berhubungan dengan kesehatan?

Penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa variabel hubungan antar manusia yang sering berkaitan dengan kesehatan ialah dukungan dan integrasi sosial. Seri tulisan ini bertujuan merangkum teori dan penelitian sebelumnya mengenai kaitan dua hubungan antar manusia dengan kesehatan fisik, kesehatan mental dan kebahagiaan. Bentuk-bentuk hubungan antar manusia, terutama hubungan romantis, akan dijelaskan di tulisan berikutnya. Stay tunned!

Referensi:

Altevers, J., Lukaschek, K., Baumert, J., Kruse, J., Meisinger, C., Emeny, R. T., & Ladwig, K. H. (2016). Poor structural social support is associated with an increased risk of Type 2 diabetes mellitus: findings from the MONICA/KORA Augsburg cohort study. Diabetic Medicine33(1), 47–54. http://doi.org/10.1111/dme.12951

Berscheid, E., Regan, P. (2005). The Psychology of Interpersonal Relationship. New Jersey: Pearson

Cuevas, A. G., Williams, D. R., & Albert, M. A. (2017). Psychosocial Factors and Hypertension: A Review of the Literature. Cardiology Clinics35(2), 223–230. http://doi.org/10.1016/j.ccl.2016.12.004

Departemen Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

DiMatteo, M. R. (2004). Social Support and Patient Adherence to Medical Treatment: A Meta-Analysis. Health Psychology23(2), 207–218. http://doi.org/10.1037/0278-6133.23.2.207

Gorman, B. K., & Sivaganesan, A. (2007). The role of social support and integration for understanding socioeconomic disparities in self-rated health and hypertension. Social Science and Medicine65(5), 958–975. http://doi.org/10.1016/j.socscimed.2007.04.017

*Tulisan ini adalah sebagian dari Makalah “RELATIONSHIPS AND HEALTH:
DAMPAK HUBUNGAN INTERPERSONAL TERHADAP KESEHATAN FISIK, MENTAL DAN KEBAHAGIAAN” untuk kelas Hubungan Interpersonal di Magister Sains Psikologi Sosial, Universitas Indonesia, 2017.

*Tulisan ini juga dipublish di blog penulis, yaitu:  https://pingkanrumondor.blogspot.com/2017/11/kesehatan-dan-hubungan-romantis-apa.html