Pada Asian Para Games 2018 yang lalu saya, di bawah PHN Consulting,  berkesempatan mendampingi atlet ten pin bowling. Ada 11 atlet ten pin bowling yang harus saya dampingi dengan beragam disabilitas yang dimiliki. Para atlet tenpin bowling tergolong dalam klasifikasi TPB4 (disabilitas intelektual), TPB8 (menggunakan kursi roda), TPB9 (dapat berdiri tetapi mengalami disabilitas di bagian bawah tubuh), dan TPB10 (dapat berdiri tetapi mengalami disabilitas di bagian tubuh atas). 11 atlet terbagi dalam dua orang mewakili TPB4, dua orang perempuan dan dua orang laki-laki mewakili TPB8, tiga orang laki-laki mewakili TPB9, dan dua orang laki-laki mewakili TPB10.

Atlet tenpin bowling telah mengikuti Pelatnas sejak bulan Januari 2018 di Solo. Kemudian dilanjutkan dengan berlatih selama sekitar dua minggu di Jakarta. Atlet tenpin bowling berasal dari berbagai daerah, yaitu Riau, Jakarta, Palembang, dan Semarang. Mengikuti Pelatnas membuat mereka harus terpisah jauh dari keluarga. Hal ini tentu saja tidak mudah untuk para atlet, tetapi ini lah pengorbanan yang harus dilakukan.

Sebelumnya para atlet ini sudah melewati tahap seleksi hingga akhirnya dapat tergabung dalam tim nasional yang mewakili Indonesia di ajang Asian Para Games 2018. Mereka sendiri merupakan atlet-atlet terpilih dan beberapa di antaranya bahkan sering mendapat medali di kejuaraan tingkat nasional.

Meskipun para atlet sudah terpilih mewakili Indonesia dalam Asian Para Games 2018, tetapi sebelum pertandingan dimulai para atlet harus mengikuti proses klasifikasi yang diselenggarakan oleh panitia Asian Para Games. Beberapa hari sebelum pertandingan para atlet secara bergilir mengikuti proses klasifikasi itu. Klasifikasi tahap pertama ditujukkan untuk atlet yang tergolong TPB4. Klasifikasi tahap kedua ditujukkan untuk atlet yang tergolong TPB8, TPB9, dan TPB10. Sebetulnya terdapat juga klasifikasi untuk TPB1-TPB3, yaitu atlet yang mengalami gangguan penglihatan, namun tidak ada wakil Indonesia di kelas itu. Pada proses klasifikasi ini para atlet berpotensi tidak lulus apabila tidak memenuhi standar disabilitas yang ditetapkan pada setiap kelas. Misalnya atlet yang tergolong TPB1-TPB3 haruslah benar-benar mengalami masalah dalam penghilangan, sehingga ketika menggunakan alat bantu (kaca mata) penglihatannya tetap tidak dapat berfungsi dengan baik. Apabila ternyata atlet itu penglihatannya menjadi berfungsi menggunakan alat bantu, maka otomatis tidak dapat bertanding di Asian Para Games. Hal ini dapat menyebabkan kesedihan dan kekecewaan untuk atlet yang mengalaminya, mengingat proses latihan yang panjang dan penuh pengorbanan serta harapan yang telah dipupuk untuk dapat berprestasi. Syukurlah atlet ten pin bowling semuanya lolos dalam proses klasifikasi ini, sehingga dapat meneruskan perjuangannya.

Bersambung ke Bagian II –>