KISAH STUDY ABROAD – ARSYAN MAKARIM SUGIRI

MAHASISWA PSIKOLOGI 2017, BINUS UNIVERSITY

Pengalaman saya selama melakukan program study abroad bukanlah hal yang bisa dibilang mudah. Banyaknya persiapan yang saya harus lakukan dengan jangka waktu yang sangat pendek untuk mengirim semua dokumen yang dibutuhkan. Proses administrasi program ini memang sangat panjang, sehingga hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui apa saja yang dibutuhkan untuk mendaftar diri ke program study abroad.

Ketika saya ingin mendaftar diri, saya menyiapkan dokumen-dokumen sebagai berikut:

  • Passport terbaru
  • Mengisi lembar pendaftaran
  • English Proficiency tes seperti TOEFL atau IELTS

Setelah diterima, saya mulai harus menyiapkan dokumen-dokumen penting buat visa Amerika Serikat. Persiapan visa, saya memperoleh informasi mengenai dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Puji Tuhan saat saya melakukan permohonan visa, saya sudah dibantu oleh letter of acceptance dari universitas yang akan menerima saya.

Selain barang-barang pribadi yang harus disiapkan, saya menyiapkan mental juga karena saya akan tinggal di tempat baru dan memiliki budaya yang berbeda sehingga saya harus mencoba untuk beradaptasi untuk membuka pikiran dan hati saya. Memang tidak mudah untuk beradaptasi, tetapi membuka hati dan pikiran akan membantu kita untuk lebih bisa bersosialisasi dengan berbagai macam orang yang berbeda.

Pengalaman saya ketika melakukan program ini sangat berharga, karena banyak sekali hal-hal baru yang saya dapatkan. Mengenal berbagai macam individu yang berasal dari budaya lain membuat saya lebih terbuka dan pengertian terhadap orang lain, sehingga saya bisa mencoba memahami orang lain tanpa berprasangka buruk. Walaupun budaya di negara tersebut kadang bentrok dengan budaya saya, saya tetap mencoba untuk membuka hati saya agar kita dapat berkomunikasi dengan baik. Pada hari pertama saya datang di asrama kuliah saya, saya dibantu oleh keluarga teman sekamar di hari yang sama. Keluarga tersebut sedang mengantar anak mereka pindahan, namun mereka tetap membagikan waktu dan uang untuk membantu saya belanja mencari barang-barang yang diperlukan. Begitu baiknya mereka untuk membantu orang asing yang mereka baru kenal sangat menyentuh hati saya, sehingga sampai sekarang pun saya tidak melupakan kebaikan mereka.

Kelas pun juga berbeda dari BINUS, karena setiap matakuliah memiliki jadwal ujian yang berbeda. Setiap professor mengatur sendiri apa saja yang dibutuhkan untuk lulus dipelajaran tersebut dan mereka juga yang mengatur berapa kali ujian yang akan dilakukan untuk 1 term, kecuali ujian akhir term. Namun, setiap profesor menerima semua mahasiswa yang butuh bantuan dan akan membantu mereka yang ingin mempelajari matakuliahnya lebih dalam. Sehingga tidak perlu ragu untuk semua mahasiswa meminta bantuan ke profesor yang ada. Karena bantuan mereka, saya berhasil mencapai dean list dua kali.

Apa yang saya bisa bagikan bagi kalian yang ingin mengikuti program study abroad BINUS, daftar saja. Jika kalian ragu terhadap kemampuan kalian, kalian masih memiliki kesempatan untuk mengikuti program ini. Saya hanyalah seorang mahasiswa yang memiliki GPA 2.72 pada saat itu, namun jika kalian bisa yakin terhadap kemampuan kalian diri sendiri maka kalian tinggal butuh percaya diri untuk mengikuti program tersebut. Memang saya tidak bangga terhadap nilai saya yang kurang bagus, namun keinginan saya untuk mengikuti program ini memberikan motivasi untuk bekerja keras. Jika saya bisa ikut study abroad, maka kalian juga bisa terpilih untuk study abroad.