Di sebuah pagi, saya menonton salah satu saluran televisi lokal yang sedang menyiarkan program “bincang-bincang dengan pakar”. Pada program tersebut menampilkan salah satu pembicara yang adalah seorang psikolog. Pembawa acara menanyakan beberapa hal kepada psikolog tersebut terkait dengan maraknya sekolah untuk anak-anak usia dini. Pembawa acara menyatakan bahwa apakah  benar perkembangan pada usia 5 tahun pertama atau yang biasanya disebut golden age begitu penting sehingga sekolah untuk anak dengan usia tersebut semakin menjamur.

Psikolog tersebut mengatakan bahwa sebenarnya sekolah untuk anak usia dini muncul bisa saja dikarenakan adanya demand dari masyarakat. Masyarakat banyak mendengar informasi yang mereka baca dan dengar bahwa hasil penelitian atau eksperimen yang mengatakan bahwa usia tersebut anak membutuhkan stimulus dari berbagai aspek seperti kognitif, sosial emosi, dan motorik. Sekolah untuk anak usia dini diharapkan dapat memfasilitasi tugas-tugas perkembangan pada aspek-aspek tersebut sehingga pada saat memasuki sekolah dasar, anak tidak begitu mengalami masalah atau hambatan.

Nah, anak yang tidak banyak mengalami masalah biasanya telah memiliki kesiapan dan kematangan untuk bersekolah (School Readiness). Sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Sara Rimm-Kaufman, PhD, seorang profesor dari University of Virginia, Curry School of Education, menyatakan bahwa school readiness menjadi faktor penting yang menjadi prediktor keberhasilan anak di sekolah di beberapa domain seperti sosial dan akademik. Penelitian tersebut juga menunjukan bahwa school success berhubungan erat dengan kestabilan pada indikator-indikator kognitif pada school readiness.

Bagaimana cara mengetahui aspek-aspek perkembangan  anak yang dapat menunjang kesiapan dan kematangan sekolah? Metode yang dapat ditempuh adalah Tes Psikologi. Aspek-aspek yang dapat diukur dalam Tes Psikologi adalah kesiapan fisik, kognitif, emosional, dan sosial. Kesiapan fisik misalnya motorik halus dan sensorik/panca indera. Kesiapan kognitif misalnya konsentrasi, kemampuan membedakan, ketajaman pengamatan, daya ingat dan mengingat cerita. Kesiapan emosional misalnya menerima otoritas lain selain orang tua, mematuhi aturan dan pengendalian emosi. Kesiapan secara sosial misalnya kemandirian, membangun interaksi dengan lingkungan sekitar.

Berdasarkan uraian di atas, Lab Psikologi melihat bahwa sangatlah penting dilaksanakannya upaya untuk melaksanakan tes psikologi sebagai langkah orang tua untuk mendapatkan profil perkembangan psikologis anak. Pada nantinya juga akan bermanfaat untuk sekolah karena dapat memperoleh informasi mengenai aspek mana yang perlu diberikan stimulasi lebih lanjut sehingga arahnya pengembangan stimulasinya tepat. Pusat Layanan Psikologi dalam Lab Psikologi memberikan layanan Pemeriksaan Kematangan Sekolah dengan menggunakan alat ukur psikologi, observasi dan wawancara. Informasi lebih lanjut tentang layanan ini dan layanan psikologi lainnya dapat mengakses http://psychology.binus.ac.id/faculty-staff/lab/ atau menghubung saya langsung Ms. Febriani , 021-532-7630, ext. 2631, fpriskila@binus.edu.

Referensi

Rimm-Kaufman, S., (2009). School transition and school readiness: an outcome of early childhood development. In School Readiness. Diunduh dari http://www.child-encyclopedia.com/sites/default/files/dossiers-complets/en/school-readiness.pdf

Sartika, D., Halimah, L., Annisa, N., (2011). Studi eksplorasi mengenai kesiapan anak masuk sekolah dasar ditinjau dari hasil tes nst di paud cihanjuang dan paud cikutra indah bandung. Diunduh dari prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/sosial/article/download/12/41

Tentang Penulis

Febriani Priskila, seorang ilmuwan psikologi khususnya psikologi pendidikan. Berpengalaman sebagai akademisi baik pada pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi.  Tertarik mempelajari dan pernah  meneliti topik-topik terkait pendidikan anak berkebutuhan khusus dan academic engagement.