hubungan Citra Diri terhadap Hubungan Interpersonal pada Wanota Dewasa Awal

KRIPI 2015

KREATIVITAS PSIKOLOGI

MATA KULIAH

METODE PENELITIAN ILMIAH DAN PROPOSAL

OLEH:

MADE WIDYA ASTITI

1601269976

LE64

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

FAKULTAS HUMANIORA

JURUSAN PSIKOLOGI

JAKARTA

2015

 

 

 

 

1.Latar Belakang

made

Salah satu penelitian dari ranah psikologi sosial menunjukkan bahwa terdapat peranan penting dari penampilan fisik dalam kehidupan sehari-hari (Berscheid, dalam Davodson & McCabe,2005). Penampilan fisik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penampilan luar seseorang yang mudah diamati dan dinilai oleh orang sekelilingnya (Windura, dalam Susanto,2009). Hal tersebut didukung oleh sebuah data yang menyatakan dua puluh persen wanita berusia 19 hingga 49 tahun di kota Seoul, Korea Selatan, yang melakukan operasi plastik guna mendapatkan kecantikan sempurna (http://health.kompas.com). Tak hanya di luar negeri, di Indonesia sendiri, tidak sedikit wanita yang melakukan operasi plastic terutama di kalangan artis misalkan saja penyanyi dan pencipta lagu Melly G. dan penyanyi Krisdayanti yang mengaku melakukan operasi untuk mendapatkan penampilan yang lebih baik (http://detik.com). Penampilan fisik memang dianggap sebagai suatu hal yang penting dalam kehidupan masa kini terutama kehidupan di Ibu kota seperti Jakarta.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa manusia merupak makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang dikaruniai dengan akal dan pikiran. Namun ada juga manusia yang terlahir dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing yang menjadikan manusia tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kekurangan yang dimiliki manusia inilah yang membuat manusia menjadi dasar dari evaluasi manusia akan peningkatan kualitas diri mereka (Thompson&Altabe 1993, dalam Henggaryadi,2012) orang yang merasa dirinya tidak cantik atau menarik secara fisik mereka menerima pandangan negatif dari lingkungan sosialnya sehingga individu cenderung mengurangi kontak sosial sedangkan dengan memiliki citra tubuh yang baik akan mudah mendapatkjan teman dan beradaptasi dengan lingkungan. Hal tersebutlah yang membuat orang-orang melakukan evaluasi perbaikan diri. Evaluasi akan penampilan fisikdapat dipengaruhi oleh faktor internal; diri sendiri dan eksternal; dorongan dari lingkungan. Evaluasi kondisi tubuh inilah yang disebut dengan Citra Tubuh. Menurut Arthur (2010) citra tubuh adalah imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang mengenai tubuhnya, khususnya yang terkait dengan penilaian orang lain dan seberapa baik tubuhnya dapat menyesuaikan diri dengan persepsi orang lain.

Keyakinan yang sering terjadi di kalangan masyarakat seakan-akan menyatakan bahwa jika anda cantik maka anda berharga dan banyak keuntungan bagi orang-orang memiliki citra tubuh positif (Chase,2001). Citra Tubuh positif yaitu gambaran mengenai diri yang jelas mengenai masa depannya dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sedangkan dengan citra tubuh negatif sering kali menerima perlakuan kurang menyenangkan seperti deskriminasi, merasa keberadaannya tidak dibutuhkan oleh masyarakat, merasa dirinya tidak pantas, tidak disukai oleh lingkungan sekitar, merasa diri selalu kurang dan membandingkan dengan orang lain. Citra tubuh ini bersifat merusak dimana mereka cenderung menjadi canggung dan dan menanamkan pikiran yang salah mengenai kondisi tubuh mereka sehingga mereka cenderung menjadi tidak percaya diri hingga rendah diri. Hal inilah yang membuat individu dengan citra tubuh negatif akan menutup diri dari lingkungan sosial dan membatasi diri dalam bersosialisasi membentuk hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal adalah sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat hidup sendiri, kita selalu menjalin relasi dengan orang lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain adan berusa untuk mempertahankan relasi tersebut. Dorongan untuk mencari individu lain tersebut metuntut individu untuk mampu beradaptasi pada lingkungan. Dalam berinteraksi atau menjalin hubungan tersebut rata-rata kebanyak individu cenderung untuk menilai atau melihat keadaan fisik dari calon relasinya. Hal inilah yang membuat individu dengan citra tubuh negatif akan merasa terdeskriminasi dan takut untuk ditolak pada lingkungan sosial. Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti ingin mengetahui lebihb dalam mengenai hubungan citra diri terhadap hubungan interpersonal.

 

 

  1. Variabel

 

Independent Variabel: Citra Tubuh

Definisi Operasional: Citra tubuh diartikan sebagai bagaimana sikap kita dalam menghadapi tubuh baik dari segi ukuran, bentuk, dan estetika berdasarkan evaluasi individual dan pengalaman efektif terhadap atribut fisiknya (Hoyt, dalam Naimah,2008). Tubuh merupakan citra diri individu dimana seseorang melihat tubuh mereka dari apa yang mereka lihat (James,2009).

 

Dependent Variabel            : Hubungan Interpersonal

Definisi Operasional           : Manusia adalah makhluk sosial dimana manusia akan selalu menjalin relasi dan hubungan dengan orang lain, membentuk interaksi serta berusaha untuk mempertahankan relasi tersebut (Pearson,1983).

 

 

 

  1. Keterkaitan Variabel

 

Jika dikaitkan antara dua variable tersebut, citra tubuh dapat mempengaruhi hubungan interpersonal individu dimana jika individu tersebut memiliki citra tubuh negatif maka akan mempengaruhi proses interaksi sosialnya dimana mereka akan cenderung tidak percaya diri dalam menjalin hubungan, berinteraksi dan masuk ke dalam suatu lingkungan sosial. Jika mereka yang memiliki citra diri positif maka tingkat rasa percaya diri tinggi dan mudah untuk masuk dalam lingkungan sosial. Dalam menjalin hubungan dan berinteraksi dengan orang lain terdapat suatu proses yaitu interpersonal attraction. Barron dan Byrner (2006) dimensi hubungan interpersonal dibagi sebagai berikut,

 

Tingkat Interaksi Katagori Evaluasi Contoh Interaksi
Strong liking Teman Menghabiskan waktu bersama
Mild liking Teman dekat Menikmati interaksi saat bertemu
Neutral Teman biasa Saling mengenal dan menyapa satu sama lain
Mild dislike Pengganggu Memilih untuk menghindar interaksi
Strong dislike Tidak diinginkan Menghindari kontak secara aktif

 

 

 

  1. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalma bentuk pertanyaan,dirumuskan atas dasar kerangka berpikir dan merupakan jawaban sementara atas masalahyang dirumuskan (Sugiyono, 2012). Peneliti membuat hipotesis pada penelitian yaitu terdapat hubungan Citra Diri terhadap Hubungan Interpersonal pada Wanota Dewasa Awal.