PENGARUH PENYAKIT SERVIKSITIS TERHADAP KEPUASAN PERNIKAHAN DAN INTENSI PERCERAIAN PADA IBU RUMAH TANGGA

Khairunnisa-1601275291

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang masalah

            Kesehatan reproduksi sangat penting bagi para pasangan suami istri yang sudah menikah, karena dalam pernikahan hubungan seksual menjadi dasar keintiman dari pasangan suami istri. Keintiman yang di maksudkan dalam pernikahan adalah kedekatan perasaan antara dua orang yang mempunyai ikatan yang kuat antara mereka. pasangan dengan tingkat keintiman yang lebih tinggi mempunyai perasaan dalam hubungan yang mempromosikan kedekatan atau terikat kehangatan. Olforsky ( dalam Marcia, dkk., 1993) mendefinisakan keintiman sebagai kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan hubungan yang intim atau akrab, yang biasanya terlihat dalam bentuk kedekatan, penghargaan terhadap individualitas, keterbukaan, komunikasi, tanggung jawab, hubungan timbal balik komitmen dan seksualitas, seksualitas disini mengacu pada hubungan seks.

Pasangan suami istri haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu indikasi suami istri yang sehat adalah bahwa kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik. Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang menunjukan kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya termasuk didalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut. Reproduksi perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko kesehatan reproduksi. Karena struktur alat reproduksinya perempuan yang rentan seperti penyakit serviksitis. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisah dari hubungan laki-laki dan perempuan. Namun keterlibatan motivasi serta partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih sangat kurang (kementerian kesehatan RI, 2011). Dalam masalah kesehatan pada perempuan ini masih sedikit yang mengetahui tentang penyakit seviksitis ini adalah penyakit kelamin yang menyerang pada wanita saja, sama dengan penyakit kelamin wanita lainnya, Servisitis juga disebabkan oleh infeksi pada bakteri. Banyak penyakit kelamin wanita muncul tanpa gejala atau dengan gejala yang relative dianggap normal bagi kebanyakan wanita.

Hal itulah yang menjadi alasan seringkali terjadi keterlambatan penanganan. Penyakit ini adalah salah satu penyakit yang menyerang leher rahim pada wanita khususnya pada ibu-ibu yang pernah melahirkan. Infeksi ini sering kali tanpa disertai gejala-gejala atau keluhan yang jelas dari infeksi yang bersangkutan.  Serviksitis ini kelihatan normal dan baru di ketahui setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopik yaitu ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks (Prawioharjo, 2002). Serviksitis ini disebabkan oleh kuman seperti Trikomonas vaginalis, kandida dan mikroplasma. yang dapat menyebabkan oleh robekan serviks. hal yang paling umum terjadinya infeksi ini adalah KLAMIDIA dan GONORHEA. (Eva, dkk, 2012).

Banyak pasangan yang telah menikah sangat mendambakan suatu kebahagiaan atas pernikahannya, namun masih banyak pasangan yang menikah tidak mampu mengatasi permasalahan yang ada dalam pernikahan. Setiap pasangan suami istri pasti akan mengalami tantangan dan hambatan dalam mengarungi bahtera rumah tangga (nindya ayu. 2012). Menikah adalah janji yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan (sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta dan kasih ( mawaddah wa rahmah). Penyebutan nama tuhan Yang Maha Esa dalam akad/janji pernikahan berarti bahwa saling bertanggung jawab antaa satu dengan yang lain, suami istri juga bertanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang dilakukan dalam peran dan fungsi mereka sebagai suami istri. Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional andata dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, saling bertanggung jawab, dan sumber pendapatan (Olson, 2003).

Membuat sebuah keputusan untuk menikah dengan pasangan adalah janji yang telah dibuat kepada Tuhan untuk membentuk sebuah keluarga. Keluarga menjadi unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Departemen Kesehatan RI, 1988). Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah.  Hubungan perkawinan atau pengangkatan di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Setiap keluarga sangat menginginkan kehangatan atau keharmonisan dalam keluarga yang dibuatnya, keharmonisan ini adalah dambaan dari setiap keluarga.

Banyak keluarga atau pasangan suami istri kurang mengetahui arti dari kepuasan dalam pernikahan, pasangan suami istri yang merasa adanya ketidak cocokan lagi selama membina rumah tangga yang telah di jalaninya. Seperti perceraian adalah salah satu cara bagi para pasangan suami istri menjadi jalan keluar dalam  permasalahan yang ada dalam pernikahan. Perceraian adalah cerai hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan mereka menjalankan obligasi peran masing-masing. Dalam hal ini perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku (Erna, 1999­). perceraian bukanlah tujuan akhir dari suatu perkawinan antara pasangan suami istri, akan tetapi sebuah bencana yang melanda perkawinan antara pasangan suami istri. menurut para ahli, seperti Nakamura (1989). Turner & Helms (1995), Lusiana Sudarto & Henny E. Wirawan (2001). Ketentraman dan keserasian hidup perkawinan antara lain di tentukan oleh faktor hajat biologis ini. Kekecewaan yang di alami dalam masalah ini dapat menimbukan keretakan dalam perkawinan, bahkan tidak jarang terjadi penyelewengan pasangan di sebabkan perasaan kecewa dalam hal ini. aspek-aspek kepuasan perkawinan harus terpenuhi di antaranya kebutuhan seksual. Demikian alasan kewajiban yang harus dijalankan pasangan suami istri yaitu salah satu alasan yang membuat perceraian terjadi. (Rini, Q.K.., & Renaningsih. 2008). Penyesuaian yang baik akan mendukung meningkatnya kepuasan pernikahan (Hurloch, 1953). Penelitian Blood dan Wolfe (Rybash, Roodin,& Santrock, 1991) menemukan bahwa kepuasan pernikahan turun secara linier dari awal sampai 30 tahun pernikahan, sedangkan menurut Pineo (Rybash dkk., 1991) kepuasan pernikahan berpuncak pada 5 tahun pertama pernikahan kemudian menurun sampai peeriode ketika anak-anak sudah meranjak remaja/dewasa. Setelah anak meninggalkan rumah, kepuasan pernikahan meningkat tetapi tidak mencapai tahap seperti 5 tahun awal pernikahan.

Istilah perceraian terdapat dalam pasal 38 UU No. 1 Tahun 1974 yang memuat ketentuan fakultatif bahwa “Perkawinan dapat putus karena Kematian, perceraian dan atas putusan Pengadilan”. Ada beberapa faktor dari penyebab ketidak harmonisan keluarga yang mengakibatkan perceraian terjadi seperti:  Masalah seks. Seks merupakan bagian penting dalam perkawinan sekaligus juga bisa menjadi sumber banyak masalah dalam perkawinan. Setiap perkawinan membutuhkan proses penyempurnaan antara lain dengan aktivitas bercinta.  Kegagalan dalam kehidupan seks yang sehat, adanya jurang frekuensi hubungan seks atau seks yang tidak berkualitas, bisa menjurus pada hancurnya perkawinan. (http://www.esensi.co.id/relationship/anda-a-dia/1091-10-penyebab-perceraian.html) . Dalam hasil penelitian di Australia di ketahui bahwa penyebab utama perceraian adalah adanya tindak kekerasan dalam perkawinan serta pada dimensi afeksi yaitu meliputi permasalahan komunikasi, ketidakcocokan, perubahan hasrat gaya hidup, dan masalah ketidaksetiaan. dominasi dari permasalahan merupakan gambaran semakin menurunnya tingkat toleransi terhadap hubungan yang tidak memuaskan. (Wolcot dan Hughes. 1999).

1.2  Pertanyaan penelitian

  1. Mengetahui apakah ada hubungan antara serviksitis pada kepuasan perkawinan?
  2. Apakah kurangnya kepuasan pernikahan terhadap serviksitis dapat menyebabkan perceraian??
  3. Apakah serviksitis ini dapat mempengaruhi penurunan tingkat seksual?

1.3 Tujuan penelitian

            Dalam penulisan penelitian proposal ini bertujuan untuk mengetahui apakah penyakit serviksitis dapat mempengaruhi penurunan seksual yang mempunyai hubungan antara kepuasan pernikahan dan intensi perceraian dalam rumah tangga ?

1.4 Manfaat penelitian

Dalam penulisan penelitian proposal ini bertujuan untuk mengetahui apakah penyakit serviksitis dapat mempengaruhi penurunan seksual yang mempunyai hubungan antara kepuasan pernikahan dan intensi perceraian dalam rumah tangga ?

1.4.1 Manfaat teoritis

Manfaat dari penelitian ini secara teoritis yaitu dapat menambah hasil penelitian tentang penyakit serviksitis pada ibu rumah tangga terhadap kepuasan pernikahan dan intensi perceraian, kemudian akan memperkaya teori tentang pengaruh serviksitis terhadap kepuasan pernikahan dan intense pernikahan.

1.4.2 Manfaan praktis

Secara praktis diharapkan penelitian ini menjadi acuan konsultasi pernikahan secara klinis dan juga penanganan konflik pada pernikahan yang mengalami konflik tentang penyakit serviksitis yang banyak di alami oleh ibu-ibu yang pernah melahirkan dan  tingkat gairah seksualitasnya yang berpengaruh pada keharmonisan kerluarga dan intense perceraian.

1.5 Sistematika pesmasalahan

Penulisan proposal ilmiah ini dibagi atas dua (2) bab dengan perincian sebagai berikut:

BAB 1 berupa pendahuluan. Di dalam bab ini diuraikan latar belakang dan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian yang terdapat manfaat teoritis dan manfaat praktis, dan sistematika permasalahan.

BAB 2 berupa Kajian Pustaka . Di dalam bab ini diuraikan definisi dan teori – teori yang sumber rujukan penulisan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

  • Penyakit Serviksitis

Serviksitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis sevikalis (saluran yang terdapat dalam leher rahim),  terdiri dari lapisan selindris sehingga lebih mudah terintrfeksi dibanding selaput lendir vagina. (Fakultas Ilmu Kesehatan, 2013). Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan. Jika terdapat luka ringan pada mulut rahim, gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi pendarahaan (saat berhubungan seks). Banyak penyakit kelamin pada wanita yang muncul tanpa gejala atau dengan yang relative dianggap normal bagi kebanyakan wanita. Hal itulah yang menjadi alasan seringkali terjadi keterlambatan penanganan. Menurut mayoclinic.com. Beberapa gejala penyakit servisitis antara lain adalah a) Keputihan berlebih, b) Pendarahan, c) Nyeri ketika buang air kecil, d) Dan saat melakukan hubungan seks.

Seperti namanya, servivisitis adalah penyakit yang menyerang bagian serviks. Oleh karena itu serviks berfungsi melindungi terjadinya infeksi pada uterus atau rahim. Maka dengan terinfeksinya, kemungkinan uterus atau rahim pun juga akan terinfeksi. Hampir sama dengan penyakit kelamin lainnya, servisitis dapat menyebabkan PID atau penyakit pada bagian panggul dan menyerang organ-organ seperti rahim, tuba falopi. Jika servisitis tidak segera diatasi, kemungkinan terburuk yang harus dialami wanita adalah kemandulan.  //kenaliobatikeputihan.wordpress.com/2014/01/20/kenali-gejala-dan-risiko-servisitis/. Servisitis baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan yaitu porsio tampak kemerahaan yang tidak di pisahkan secara jelas dari epitel porio di sekitarnya, sekret yang di keluarkan terdiri dari atas mukus bercampur nanah atau bahkan kadang-kadang serviks kelihatan normal dan baru di ketahui setelah di lakukan pemeriksaan mikroskopik yaitu di temukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks (Prawiroharjo, 2002). Servisitis akut dapat disebabkan oleh gonorhea sebagai salah satu penyakit infeksi hubungan seksual.

Serviks adalah bagian sempit pada ujung dari rahim yang terbuka ke arah vagina. Ketika serviks meradang, serviks membengkak dan dapat menimbulkan gejala, seperti keinginan berkemih yang sering, nyeri saat berkemih, nyeri sewaktu berhubungan seksual, perdarahan vagina yang abnormal, dan keputihan. (Persifi, 2014).

2.2 Etiologi

Serviksitis ini disebabkan oleh kuman seperti Trikomonas vaginalis, kandida dan mikroplasma. Yang dapat disebabkan oleh robekan serviks. Hal yang paling umum terjadinya infeksi ini adalah KLAMIDIA dan GONORHEA. (Eva, dkk, 2012).

2.2.1 Definisi Trikomonas vaginialis

             Trichomoniasis merupakan infeksi yang biasanya menyerang saluran genitoriani ; vagina  adalah tempat infeksi yang paling umum pada wanita . Trichomonas vaginalis dapat menimbulkan reaksi radang pada rongga vagina yang didominasi oleh sel lekosit polymorphonuclear (PMN).

2.2.2 Definisi Kndida dan mikroplasma

Infeksi jamur dapat dibagi menjadi infeksi superfisial dan dalam. Di antara infeksi superfisial yang sering ditularkan melalui hubungan seksual adalah infeksi olah Candida spp., sedangkan infeksi dalam mungkin disebabkan oleh keganasan jamur sendiri atau karena penurunan resistensi gangguan kekebalan tubuh.

2.2.3 Klamidia

Klamidia adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis yang ditularkan melalui kontak seksual. Ini adalah penyakit menular seksual yang paling umum. Klamidia dapat menginfeksi penis, vagina, leher rahim, dubur, saluran kencing, mata, atau tenggorokan.. mana bakteri berbentuk bola ini sering menyebabkan radang pada mulut rahim, saluran kencing, bahkan anus. Infeksi klamidia ini ternyata berakibat cukup serius bila tidak tertangani dengan baik. Bahkan meski gejalanya sering kali tidak disadari, namun rupanya akibat terparah adalah infertilitas atau kemandulan (Kementrian, RI, 2011).

2.2.4 Gonorhea

Adalah jenis penyakit yang berjangkit melalui hubungan kelamin. Jenis bakteri yang hidup dan mudah berkembang biak dengan cepat di dalam saluran pembiakan/peranakan seperti pangkal rahim (cercerviks, rahim (uterus), dan tuba fallopi (saluran telur), bagi wanita dan juga saluran kencing (urine canal) bagi wanita dan laki-laki. Bakteri ini juga bias berkembang biak di dalam mulut, kerongkong, mata dan dubur.

2.3 Kepuasan pernikahan

Pernikahan adalah satu hubungan yang sacral dan suci dan pernikahan memiliki banyak keuntungan dibandingkan hidup sendiri, karena pasangan yang sudah menikah dapat menjalani hidup sehat, dapat hidup lebih lama, memiliki hubungan seksual yang memuaskan, memiliki banyak aset dalam ekonomi, dan umumnya memiliki teman untuk membesarkan anak bersama-sama (Olson& deFrain 2010). Di setiap pasangan yang menikah pasti  mempunyai keintiman didalam setiap hubungan yang akan di bangun untuk senguatkan segala hubungan yang akan di bangunnya, menimbulkan rasa percaya , kasih sayang. Dari keintiman tersebut akan menimbulkan rasan nyaman satu sama lain. Tuhan memciptakan manusia berpasangan, maka dari itu ada yang di sebut pernikahan. Pernikahan di lakukan oleh 2 orang lawan jenis, dan biasanya diusia dewasa muda seperti penelitian di Amerika serikat usia menikah laki-laki 27 tahun dan wanita 26 tahun ( Biro Sensus AS,2008, dalam Oslon dan DeFrain, 2010). Pernikahan juga bersatunya dua orang menjadi satu kesatuan yang saling membutuhkan, memberikan dukungan dan kesemuanya diwujudkan dalam kehidupan yang dinikmati bersama. Salah satu kriteria yang dapat mempengaruhi kesuksesan suatu perkawinan adalah kepuasan perkawinan. Benokratis (1996) menyatakan bahwa pasangan yang berada pada tahap awal pernikahan menjaga keromantisannya dengan sering bercinta, berbicara secara terbuka dan menghabiskan sebanyak mungkin waktu untuk bersama. Menurut Sadaejoen (2005) kualitas pernikahan yang baik di tandai oleh komunikasi yang baik, keintiman dan kedekatan, seksualitas, kejujuran, dan kepercayaan yang kesemuanya itu menjadi sangat penting untuk menjalin relasi perkawinan yang memuaskan. Selama awal perkawinan, pasangan suami istri terkadang harus melakukan penyesuaian satu sama lain. Pada masa penyesuaian ini terkadang suami ataupun istri sering mengalami suatu permasalahan yang terkadang dapat menimbulkan ketegangan emosional (Nindya Ayu, 2012).

Kepuasan pernikahan merupakan hal penting karena ketika kepuasan perkawinan tidak tercapai salah satu dampaknya adalah perceraian. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan perkawinan salah satunya hubungan dengan keluarga pasangan. Kepuasan perkawinan adalah evaluasi subjektif mencakup perasaan dan sikap didasarkan dari dalam diri yang memengaruhi interaksi pernikahan. Kepuasan pernikahan bagi semua pasngan suami istri ini merupakan salah satu hal yang penting dalam perjalanan pernikahan. Menurut Pinsof dan Lebow (dalam Rini& Rernaningsih, 2008) kepuasan perkawinan merupakan pandangan subjektif mencakup perasaan dan sikap yang di dasarkan pada faktor dari dalam diri individu yang mempengaruhi interaksi atau hubungan dalam pernikahan. Dalam kepuasan pernikahan terdapat beberapa faktor yang memperngaruhi dan juga aspek-aspek kepuasan yang di rasakan oleh masing-masing pasangan seperti aspek finansial, waktu luang dari pasangan terkait waktu yang di habiskan bersama, seksualitas terkait aktifitas seksual dari pasangan, komunikasi terkait keterbukaan dari masing-masing pasangan, resolusi konflik, pengasuh anak, orientasi agama, dan keluarga terkait orang tua dari pasangan, ipar atau pun mertua. Beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu sosioeconomic, tingkat pendidikan, hubungan dengan keluarga, kehadiran anak, dan lama perkawinan (Tjwa Fenny Surya, 2013).

  • Keintiman

Steinberg (dalam Baron & Byrne, 1994) dalam teorinya Triangular Model Of  Love menjelaskan tiga komponen dasar tentang cinta, yaitu keintiman (intimacy), gairah (passion) dan, komitmen. komponen pertama adalah kedekatan perasaan antara dua orang yang mempunyai ikatan yang kuat antara mereka. pasangan dengan tingkat keintiman yang lebih tinggai. Perasaan dalam hubungan yang mempromosikan kedekatan atau terikat kehangatan. ada banyak tanda-tanda keintiman, termasuk keinginan untuk memajukan kesejahteraan kebahagiaan, dan memiliki rasa untuk menjunjung tinggi satu sama lain serta menerima dan memberikan dukungan emosional, saling pengertian dan saling menghargai (Sternberg & Grajek, 1984). Gairah dorongan yang mengarah ke daya tarik fisik, hubungan seksual, dan asmara. Komitmen komponen dasar satu dari tiga teori segitiga cinta dari strenberg. Adalah salah satu keputusan cinta dalam menjaga hubungan.

Keintiman berasal dari bahasa latin INTIMUS yang artinya terdalam. Erikson ( dalam Kroger, 2001) mendefinikan keintiman mengacu pada perasaan saling percaya, terbukan dan saling bergai dalam suatu hubungan. keintiman dapat terjadi karena kita telah mengenal diri kida dan merasa cukup aman dengan identitas yang kita miliki (Erikson dalam Shaffer, 2005).

2.4  Perceraian

Perceraian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) diartikan sebagai peristiwa pemutusan ikatan kernikahan secara hukum dan INPRES No. 1 Th 1991 menjelaskan bahwa perceraian adalah penyebab putusnya perkawinan selain kematian dan putusnya pengadilan. Putusnya pernikahan yang di sebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian. Perceraian terkadang dipandang sebagai jalan keluar terbaik bagi permasalahan rumah tangga. namun demikian, kelanggengan pernikahan dalam keluarga bahagia dan sejahtera tetap diharapkan sebagai bentuk kehidupan yang akan dijalani oleh para penerus dari manusia itu sendiri. Segala apa yang terjadi dalam kehidupan keluarga setiap individu akan tersimpan dalam memori dan teraktualkan ke dalam prilaku kesehariannya. Kehancuran keluarga akan berdampak gangguan kepribadian dan gangguan kejiwaan pada generasi berikutnya (Gottman & Silver, 2001) (dalam Reny Dyah & Sri Lestari, 2008). Keadaan rumah tangga yang tidak menyenangkan serta perubahan cara komunikasi antara suami istri yang berlangsung terus menerus ke arah negatif yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada suami dan istri. adanya rasa tidaknyaman ini merupakanpertanda bahaya bagi pernikahan. penyelesaian dari rasa tidak nyaman ini adalah dengan mengakhiri pernikahan (Gottman & Silver, 2001).

Perceraian menurut Murdock, seharusnya dilihat sebagai proses seperti halnya perkawinan. aktivitas itu terjadi karana sejumlah aspek yang menyertainya seperti emosi, ekonomi, sosial dan pengakuan secara resmi oleh masyarakat melalui hukum yang berlaku (melalui Ihromi,2004;135) (dalam Yoseph Klemens, 2005). Namun dalam hal perceraian, Goode berpandangan sedikit berbeda. Dia berpendapat bahwa pandangan yang menggap perceraian merupakan suatu “kegagalan” adalah bias, karena semata-mata mendasarkan perkawinan pada cinta yang romantis. Padahal semua sistem perkawinan paling sedikit terdiri dari dua orang yang hidup tinggal bersama di mana masing-masing memiliki keinginan, kebutuhan, nafsu serta latar belakang dan nilai sosial yang bisa berbeda satu sama lain. perbedaan-perbedaan itu dapat memunculkan ketegangan-ketegangan dan ketidakbahagiaan yang akhirnya bermuara pada perceraian (melalui Ihromi, 2004:136) (dalam Yoseph Klemens, 2005).

Perceraian merupakan sebuah fakta yang terjadi antara pasangan suami-istri, akibat perbedaan-perbedaan prinsip yang tidak dapat dipersatukan lagi melalui berbagai cara dalam kehidupan keluarga. Masing-masing tetap mempertahankan pendirian, Keinginan dan kehendak sendiri, tanpa berupaya untuk mengalah demi tercapainya keutuhan keluarga. Ketidakmauan dan ketidakmampuan untuk mengakui kekurangan diri sendiri dan atau orang lain, menyebabkan suatu masalah yang sepele menjadi besar, sehingga berakhir dengan sebuah perceraian (Agoes Dariyo , 2004). Angka perceraian di Indonesia yang tercatat sah secara hukum cukup tinggi yaitu hampir 10% dari angka perkawinan (Badan Pusan Statistik) dan Media Indonesia Online (2006) menyebutkan bahwa perceraian yang terjadi di Indonesia, yang paling banyak adalah gugatan cerai dari pihak istri.

2.4.1 Sebab-sebab perceraian

Sebab-sebab perceraian sangatlah beragam antara pasangan yang satu dengan yang lainnya. Di beberapa negara di dunia, faktor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya perceraian adalah (www. divorceform.org.2006).

  1. kegagalan suami istri dalam menjalankan kewajibannya,
  2.  lemahnya dasar keagamaan,
  3.   keikutcampuran pihak ketiga
  4. perbedaan budaya,
  5. masalah seksual,
  6. masalah keuangan,
  7. masalah karir,
  8. kurangnya komitmen pada pernikahan,
  9. komunikasi yang buruk,
  10. perubahan prioritas yang dramatis,
  11. ketidaksetiaan,
  12. kegagalan harapan,
  13. masalah kecanduan dan penyalahgunaan obat-obatan,
  14. kekerasan fisik, seksual dan emosional,
  15. serta lemahnya kemampuan penyelesaian konflik

 

2.5 Hubungan antara Penyakit Servisitis pada Kepuasan Pernikahan dan Intensi Perceraian

Dari hasil penulisan penelitian ini, terdapat hubungan seksual terhadap kepuasan pernikahan dan intense perceraian. Seksual menjadi dasar dari hubungan suami istri yang telah menikah, karena ini menjadi bagian dari keintiman yang akan di jalani. Dan aktifitas seksual dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan. Jika dalam pernikahan tidak mendapatkan kepuasan seksual pada pasangan bisa menimbulkan keretakan rumah tangga  bahkan dapat memicu perceraian pada pasangan suami istri (Reny Dyah & Sri Lestari, 2008).

Kesehatan reproduksi sangat penting bagi para pasangan suami istri yang sudah menikah, karena dalam pernikahan hubungan seksual menjadi dasar keintiman dari pasangan suami istri. Keintiman yang di maksudkan dalam pernikahan adalah kedekatan perasaan antara dua orang yang mempunyai ikatan yang kuat antara mereka. Pasangan dengan tingkat keintiman yang lebih tinggi mempunyai perasaan dalam hubungan yang mempromosikan kedekatan atau terikat kehangatan.  Olforsky ( dalam Marcia, dkk., 1993) mendefinisakan kemampuan keintiman sebagai kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan hubungan yang intim atau akrab, yang biasanya terlihat dalam bentuk kedekatan, penghargaan terhadap individualitas, keterbukaan, komunikasi, tanggung jawab, hubungan timbal balik komitmen dan seksualitas, seksualitas disini mengacu pada hubungan seks. Menurut Sadaejoen (2005) kualitas pernikahan yang baik di tandai oleh komunikasi yang baik, keintiman dan kedekatan, seksualitas, kejujuran, dan kepercayaan yang kesemuanya itu menjadi sangat penting untuk menjalin relasi perkawinan yang memuaskan.

Keadaan rumah tangga yang tidak menyenangkan serta perubahan cara komunikasi antara suami istri yang berlangsung terus menerus ke arah negatif yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada suami dan istri. Adanya rasa tidaknyaman ini merupakan tanda bahaya bagi pernikahan. Penyelesaian dari rasa tidak nyaman ini adalah dengan mengakhiri pernikahan (Gottman & Silver, 2001). Ada beberapa factor yang menjadi penyebab perceraian seperti factor kepuasan pada seksualitas.

2.6 Hipotesis

Berdasarkan uraian penjelasan dan teori penelitian di ajukan adalah sebagai berikut:

H1: Adanya hubungan penyakit servisitis pada aktifitas seksual yang berpengaruh terhadap  kepuasan pernikahan dan dapat menimbulkan perceraian.

H0: Tidak di temukannya penyakit servisitis yang dapat menimbulakan intense perceraian.

 

2.7 REFERENCE

Ayu, Nindya. ( 2012). Self disclosure dan kepuasa perkawinan pada istri di usia awal perkawinan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012), 2, 2, 12.

Rini, Q.K.., & Renaningsih. (2008). Keterbukaan Diri dan Kepuasan Perkawinan pada Pria Dewasa Awal. Jurnal [sikologi Vol.1 No.2 pp. 152-157.

Ardhiantita, I.., & Andayani, B. (2011). Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Berpacaran dan Tidak berpacaran. Jurnal Psikologi Vol 32, No. 2, 103, 101-111. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. ISSN: 0215-8884.

Yuliana E,. M,S. & Anggraini, L. (2011-2012). Makalah Asuhan Kebidanan Patofisiologi “CERVIKSITIS”. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya 2022-2012.

Christina, A. (). Hubungan Antara Vulva Hygiene Dengan Kejadian Servisitis di Desa Sambigede Kecamatan  SumberPucung Kabupaten Malang. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada. Vol. 1. No.1 Agustus 2012. 11.

Ayu, Nindya. ( 2012). Self disclosure dan kepuasa perkawinan pada istri di usia awal perkawinan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012). 5, 2, 12.

Pujiastuti, D, R. (2008). Dinamika Psikologi Terjadinya Peceraian pada Perempuan Bercerai. Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Vol.10, No. 2, Nopember 2006: 16-27, 2,3 & 16.